pemberian kampil kepada anak beru bermakna metami man anak beru ‘memanjakan anak beru’.
4.2.3. Uis Adat
Pada upacara adat cawir metua hampir semua keluarga dan kade-kade ‘tamu’ yang hadir harus menggunakan uis adat. Uis adat yang digunakan bermacam-macam
tergantung siapa yang akan menggunakannya. Berikut ini akan dipaparkan beberapa penggunaan uis adat pada upacara adat cawir metua:
a. Uis adat yang digunakan pada jenazah
Uis adat yang dipakaikan kepada jenazah adalah uis jungkit mbiring ‘kain adat berwarna hitam’ yang digunakan untuk menutup peti.
Uis jungkit dipakaikan kepada almarhum menandakan bahwa yang meninggal sudah cawir metua. Apabila yang meninggal sudah cawir metua,
jenazah dipakaikan juga uis beka buluh yang disebut bulang bila dikenakan laki- laki dan tudung bila dikenakan oleh perempuan.
b. Uis adat yang digunakan keluarga langsung sedarah
Keluarga langsung merupakan keluarga yang meneruskan marganya. Keluarga langsung adalah adik laki-laki, anak laki-laki, dan cucu laki-laki karena
merekalah yang akan meneruskan garis keturunan keluarga. Uis adat yang dipakai adalah beka buluh . Biasanya salah satu anak laki-
laki dan menantunnya akan rose ‘berpakaian adat lengkap’ biasanya, yang menngggunakan pakaian adat lengkap adalah anak tertua dan menantunya
menggunakan tudung teger.
Universitas Sumatera Utara
Pemakaian beka buluh adalah tanda bahwa yang memakainya merupakan keluarga langsung dari yang meninggal yang akan meneruskan garis keturunan
keluarganya. c.
Uis adat yang digunakan anak perempuan Pada upacara adat cawir metua anak perempuan biasanya ertudung lepas.
Ertudung lepas adalah menggunakan kain adat dengan melipatkannya dikepala dan membiarkan ujung kain terurai ke bawah. Uis yang digunakan biasanya
adalah uis gara atau uis jungkit megara bagi yang sudah menikah dan kain panjang untuk yang belum menikah.
Ertudung menandakan bahwa mereka merupakan bagian dari keluarga yang berduka cita.
d. Uis adat yang digunakan tamu
Umumnya tamu yang berasal dari suku Karo dan masih memiliki hubungan keluarga juga menggunakan uis adat pada saat mengikuti upacara adat
cawir metua. Uis yang digunakan biasanya adalah kampuh untuk laki-laki dan uis nipes untuk perempuan.
Makna dari seluruh kain ini adalah sebagai penghormatan terakhir kepada almarhum dan biasanya uis yang dipakai adalah kain yang paling bagus diantara semua
kain adat. Selain itu, kain tersebut juga memiliki makna bahwa keluarga yang ditinggalkan turut berduka cita dan bersedih atas meninggalnya almarhum.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4. Terdas