di Pasar Modal, Jakarta: Departemen Keungan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal , 2002.
Tim Studi Penerapan ESOP Etimen atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia.StudiPenerapan EsopEmployee Stock Ownership Plan Emiten
atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal, 2002.
Usman, Rachmadi.Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Bandung: P.T. Alumni, 2004.
Waluyo.Perpajakan Indonesia Pembahasan sesuai dengan ketentuan Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan dan Aturan Pelaksanaan Perpajakan
Terbaru, Jakarta: Salemba Empat, 2008. Warsono, Sony dkk.Corporate Governance Concept and Model, Yogyakarta:
Center for Good Corporate Governance, 2009. Widjaja, Gunawan.150 Pertanyaan tentang Perseroan Terbatas, Jakarta: Forum
Sahabat, 2008. Widjaja, Gunawan.Resiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris Pemilik PT
Terbuka, Jakarta: Forum Sahabat, 2008. Yosephus L. Sinour. Etika Bisnis, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010.
B. Peraturan-peraturan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1997 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek.
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per — 01 Mbu2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Good
Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100MenVI2004
tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu. Peraturan Bapepam No.IX.D.4 tentang Penambahan Modal tanpa Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu HMETD.
Peraturan Bapepam No.IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran Umum.
C. JurnalMedia Cetak
Manurung, Andler. Menjajahi Kepemilikan Saham Karyawan, Kompas 14 Oktober 2001
--------------,Kajian Hukum Bisnis Atas UU No.402007 Tentang PT, Jurnal Hukum Bisnis volume 26 No. 3 2007.
Lukas William Andypratama dan Ronny H. Mustamu. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada Perusahaan Keluarga : Studi Deskriptif
Pada Distributor Makanan, Jurnal Agora Vol 1, No. 1, 2013. Glendoh, Harman.Fungsi Pengawasan dalam Manajemen Koorporasi, Jurnal
Manajemen Kewirausahaan Vol. 2, No. 1, Maret 2000. Herdinata, Christian. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee Stock
Ownership Program, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16, No.1 Januari 2012.
D. SkripsiThesis
Setyaningrum Agatha Niken.“Pengaruh Employee Stock Ownership Program ESOP Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance Kinerja
Perusahaan Studi Kasus pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia”, Tesis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Pascasarjana, UB, 2011.
Ashary, Ahmad.“Analisa Latar Belakang dan Pengaruh ESOP” Tesis Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007.
Putro Arief Endika Sulistyanto. “Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Employee Stock Option Plan ESOP ”, Tesis, Fakultas Ekonomi Program Magister
Akuntansi, 2009. Indah Yulia Puspitasari. “Penerapan Tax Planning Atas Pajak Penghasilan Pph
Badan Studi Kasus Pada Cv. Scronica Sari”, Skripsi, Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2013
E.
Website
Antonio Sri Hendarianto.“Hak-hak Anda Sebagai Karyawan Kontrak”, http:www.kompasiana.comhendarianto.lawfirmhak-hak-anda-sebagai-
karyawan-kontrak_550bae228133116d2cb1e12e diakses pada tanggal 24 Desember 2015 pukul 09.57
Rissanen, Eric.“Stock Based Employee Compensation A Survey Of The Literature”,http:arc.hhs.sedownload.aspx?Mediumld=248 diunduh pada
tanggal 20 November 2015 pukul 13.10. Ramzil, Huda.
“Pajak Atas Kompensasi Opsi Saham Karyawan”, https:ramzilhuda.wordpress.com20140409pajak-atas-kompensasi-opsi-
saham-karyawan diakses pada tanggal 04 Desember 2015, pkl. 18:39 http:ind-blog.pnblawfirm.comsubjek-pajak-indonesia,diakses tanggal 15
September 2015, pkl 14.00 WIB http:www.legalakses.comorgan-perseroan-terbatas, diakses pada tanggal 9
Desember 2015, pukul 16.09 WIB. https:pajakupajakmu.wordpress.com20140415sejarah-pajak diakses pada tanggal
18 Desember 2015, pukul 13.45 WIB. http:lyharisih.blogspot.co.id201312konsep-dasar-karakteristik-dan-
sejarah.html diakses pada tanggal 18 Desember 2015, pukul 15.03 WIB. http:www.kemenkeu.go.idsitesdefaultfilesBuku20PPh20Upload.pdf
diakses pada tanggal 18 Desember 2015, pukul 16.01 WIB. http:www.pajak.go.idsitesdefaultfilesBuku20PPh20Upload.pdfdiakses pada
tanggal 19 Desember 2015, pukul 10.09 WIB. https:id.wikipedia.orgwikiPajak_penghasilan diakses pada tanggal 20 Desember 2015,
pukul 13.55 WIB. http:dokumen.tipsdocumentssejarah-pajak-penghasilan.html diakses pada tanggal
20 Desember 14.22 WIB. http:www.ojk.go.ididkanalpasar-modaltentang-pasar-modalPagesTugas.aspx
diakses 24 Desember 2015, pukul 10.02 WIB.
BAB III KEPEMILIKAN SAHAM BAGI KARYAWAN
A. Sejarah Kepemilikan Saham pada PT Terbuka
Sebagaimana diketahui, terkait hal pengaturan mengenai perseroan terbatas saat ini adalah diatur oleh Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Adapun, UU No. 40 tahun 2007 ini adalah pengubahan atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang
sebelumnya Perseroan Terbatas masih diatur di Wetbook van Koophandel S.1847-23. Sebagaimana yang saat ini ingin dibicarakan penulis yaitu terkait
kepemilikan saham oleh Karyawan, maka Penulis akan meninjau latar belakang atau hiostoris kepemilikan saham oleh karyawan berdasarkan sejarah perundang-
undangan yang mengatur perseroan terbatas tersebut, yaitu dari WvK, UU No. 1 Tahun 1995 dan UU No. 40 tahun 2007.
1. Wvk Wetboek van Koophandel
Apabila ditinjau pengaturan terkait kepemilikan saham karyawan di Wvk, maka Wvk sama sekali tidak pernah menyinggung dalam setiap pasalnya terkait
kewajiban atau bahkan kepemilikan saham Karyawan di Perseroan Terbatas. Sebagai perbandingan, hal ini jelaslah berbeda dengan sistem yang diterapkan di
Amerika Serikat dimana adanya dimungkinkan adanya Employee Stock Option Plan ESOP yang diatur dalam peraturan Amerika Serikat yaitu Article 3.02 12
Revised Model Business Corpooration Act 1984 RMBCA yang berbunyi: “to pay pensions and establish pensions plans, pensions trusts, profit sharing
plans, share bonus plans, share options plans, dan benefit or incentive plans for any or all of its current or former directors, officers, employees and agents.”
Sebagaimana pengaturan tersebut, dapat diartikan bahwa Direksi diberi kewenangan untuk dapat menerapkan ESOP di perusahaan yang dia pimpin walau
tanpa sebelumnya telah dinyatakan dalam Anggaran Dasar Perseroan tersebut. Meninjau hal tersebut, Wvk yang adalah pengaturan terkait Perseroan
Terbatas di Indonesia, yang kita ketahui bahwa dalam pengusahaan setiap usahanya menganut asas “kekeluargaan” sebenarnya berbanding terbalik dengan
penerapan RMBCA di Amerika Serikat yang diketahui menganut Kapitalisme. Kebutuhan dan tuntutan pemegang saham di Amerika Serikat akan keuntungan
yang diperoleh melalui saham tidak menutup perhatian mereka terhadap kepentingan karyawan yang dalam hal ini terkait hal penerapan ESOP itu sendiri.
Dengan tidak diaturnya tentang ESOP di Wvk dan tidak diberikannya kebebasan atau kewenangan kepada Organ Perseroan untuk dapat memiliki saham di
perusahaan dengan atau tanpa diatur dalam WvK atau anggaran dasar masing- masing, menunjukkan memang pada zaman keberlakuan WvK ini tidak ada
praktek penawaran saham pada karyawan. Hal ini juga didukung dengan keadaan dimana dalam Tambahan Berita Negara Tahun 1994 Nomor 3851 sampai dengan
Nomor 3899. Standard Clause dalam Anggaran Dasar masing-masing hampir semuanya
menyebutkan bahwa pemindahan saham harus ditawarkan lebih dahulu pada pemegang saham yang lama dari Perseroan dan tanpa diikuti adanya ketentuan
lain yang lebih khusus untuk member kesempatan kepemilikan saham tersebut pada karyawan.
Dari Standard Clause tersebut juga dapat diartikan bahwa dalam hal pemberian kesempatan penawaran saham kepada karyawan maka sepenuhnya hak
prerogatifnya ada pada pemegang saham lama. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak adanya kesadaran dari Organ Perusahaan dalam menerapkan kebijakan
untuk tidak saja mementingkan tujuan penambahan modalnya tetapi juga kepentingan karyawannya yang akan membantu menjalankan modal melalui
kinerja karyawannya dalam perusahaan. 2.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas Penawaran saham kepada Karyawan merupakan hal yang baru diatur
dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Meskipun demikian, dari intrerpretasi akan pasal 36 dan 51 ayat 2 dan 55 UU No. 1 tahun
1995 ini masih menunjukkan bahwa Kepemilikan saham oleh Karyawan bukanlah suatu kewajiban dalam Perseroan.
Dari ketentuan tersebut diketahui ide dalam penawaran kepemilikan saham bagi karyawan dalam UU No. 1 tahun 1995 ini diberikan oleh Peraturan
Perundang-Undangan dengan didahuluinya pihak lainnya selain pemegang saham yang sudah ada sebelumnya. Dengan adanya hal tersebut sudah menunjukkan niat
dikembangkannnya ide asas kekeluargaan dalam pengaturan Perseraon Terbatas. Namun, pada dasarnya ketentuan tersebut tetap saja belum “wajib” dalam
hal memberikan saham kepada karyawan mengingat apa yang diatur dalam Pasal 36 3 yang mengatur bahwa “Kepemilikan saham ini akan diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Pemerintah”. Hal ini menunjukkan bahwa seolah-olah penawaran saham kepada karyawan itu merupakan sesuatu hal yang belum dapat dijalankan
dengan baik sebelum ada Peraturan Pemerintah yang mengatur hal itu.Hal ini sejalan dengan Pengaturan Pasal 51 ayat 2 dan 5, yang berbunyi:
Pasal 51 ayat 2, bahwa dalam hal perseroan tidak dapat menjamin terlaksananya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, pemegang saham
dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada karyawan mendahului, penawaran kepada orang lain.
Pasal 51 ayat 5, bahwa ketentuan mengenai penawaran dan penjualan saham kepada karyawan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diatur lebih lanjut
dengan peraturan Pemerintah. Oleh karena itu, apabila meninjau pengaturan kepemilikan saham karyawan
pada Undang-Undang No. 1 tahun 1995 ini jelas pembuat Undang-Undang saat itu masih ragu dalam menerapkan penawaran saham kepada karyawan yang
seharusnya sudah ada di dalam sistem hukum perusahaan Indonesia yang menganut sistem kekeluargaan tersebut.
3. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
Terkait kepemilikan saham Karyawan di PT Terbuka, maka tidaklah dapat dilepaskan dari pengaturan UUPM ini.Perseroan yang hendak menjual sahamnya
melalui Bursa Efek, terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu sesuai dengan UU Pasar Modal dan peraturan pelaksananya.
Saat Perseroan ingin melakukan penjualan saham di Bursa Efek untuk pertama kali maka haruslah melampirkan segala persyaratan yang ditetapkan oleh
OJK. Adapun langkah awal adalah perseroan yang ingin menjual sahamnya harus mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut urusan intern perusahaan seperti
RUPS luar biasa untuk membicarakan rencana go public yang bersangkutan, yang nantinya akan diikuti dengan penyampaian pernayataan kepada Bapepam yang
dalam pernyataan tersebut harus mencakup dokumen-dokumen seperti:
a. Data terkait Emiten seperti Izin usaha, Kedudukan, Nama, Alamat dan
lainnya; b.
Data terkait Manajemen Perseroan; c.
Data terkait modal dan hutang perseroan; d.
Kegiatan usaha emiten yang mengandung informasi terkait kegiatan usaha mencakup jenis produk atau jasa yang dilaksanakan atau dihasilkan . Hal ini
berfungsi untuk sebagai dasar bagi OJK untuk melakukan uji tuntas atas kondisi sifat usaha emiten.
e. Rencana emisi yang menunjukkan apakah yang menjadi tujuan emisi, jumlah
dana yang diperlukan, jenis efek yang ditawarkan di bursa, nilai nominal saham dan keterangan lainnya yang terkait;
f. Penjamin Pelaksana Emisi.
Selain pernyataan, maka perseroan juga harus melampirkan semua dokumen seperti Anggaran Dasar Perseroan beserta perubahan terakhir,
Prospektus, Laporan Keuangan, Akta-akta yang dimiliki perusahaan, Pernyataan Pendapat dari segi hukum, Pernyataan Pendapat dari segi Akuntansi, Jadwal
Emisi, Laporan dari Perusahaan Penilai dan Laporan Evaluasi dari Penjamin Emisi.
Apabila menelaah apa yang diatur dalam UUPM dan apa yang disampaikan kepada Bapepam, dapat diketahui bahwa tidak terlihat adanya
kewajiban yang mendukung pelaksanaan ESOP dalam proses sebelum aperusahaan menjadi PT Terbuka atau memperdagangkan efeknya di Bursa Efek.
Artinya, dalam semua rangkaian proses pendaftaran baik company listingmaupun
partial listing belum ada korelasi UU No. 1 tahun 1995 yang sudah memungkinkan adanya kepemilikan saham
oleh karyawan dengan UUPM.Sedangkan, apabila kita berpikir secara logika hukum, maka keharusan
untuk menawarkan saham Perseroan kepada karyawan harus didahulukan sebelum adanya penawaran saham atau efek kepada masyarakat umum di Bursa Efek.
Oleh karena itu, dapat diketahui pada zaman berlakunya UUPM 1995 ini pun, belum dilakukan penyelarasan terkait kepemilikan saham oleh karyawan
yang telah diatur atau dimungkinkan oleh UU No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sehingga dalam prosesnya memang tidak diwajibkan adanya dokumen
atau persyaran atas kepemilikan saham oleh Karyawan sebelum PT tersebut menjadi PT Terbuka.
4. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT
Pada UUPT ini, sudah secara eksplisit diatur dalam Pasal 43 3 khususnya dalam penjelasannya bahwa dalam Perseroan memanglah dimungkinkan adanya
pengeluaran saham secara langsung yang ditujukan pada karyawan. Adapun dalam penjelasan Pasal 43 3 UUPT diatur bahwa saham yang dikeluarkan untuk
karyawan adalah memang dalam rangka ESOP employee stocks option program dengan segenap hak dan kewajiban akan melekat pada karyawan. Selain daripada
itu, dalam prakteknya karyawan juga dapat memiliki saham di Perusahaan dengan membeli sendiri saham dari Pemegang saham lama atau ditawarkan terlebih
dahulu oleh Pemegang saham lama atau perusahaan saat terjadinya pengeluaran saham untuk penambahan modal, sebagaimana diatur dalam pasal 43 1
UUPT.
5. Peraturan Bapepam IX.D IV dan IX.A.7
Pada Pengaturan Bapepam IX.A.7 tentang Pemesanan dan Penjatahan Efek dalam Penawaran Umum, pada Nomor 3 a jelas diatur bahwa Pegawai
Emiten Perusahaan Terbuka memiliki jatah efek dengan jumlah maksimum 10 sepuluh persen dari jumlah saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum.
Terkait dengan kepemilikan saham karyawan yang dapat melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, dalam penerapannya dengan kepemilikan saham oleh
karyawan, maka dalam Peraturan Bapepam No.IX.D.IV, dimungkinkan untuk karyawan memiliki saham tanpa hak memesan efek terlebih dahulu.
B. Sarana Kepemilikan Saham pada PT Terbuka