Gambaran Tipe Sikap Terhadap Competitive Intelligence Pada Pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Garmen di Medan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ambastha, A & Momaya, K. (2004). Competitiveness of Firms: Review of

Theory, frameworks, and Models. Singapore Management Review, vol 26,

No. 1. [Online]. Available FTP:

http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-630912/Competitiveness-of-firms-review-of/html (Tanggal Akses 15 Oktober 2011)

Amenta,R., Brownlie,A., & Su, H. (2008). Competitive Intelligence for Small Business. [Online]. Available FTP: http://wiki.telfer.uottawa.ca/ci-wiki/index /php (Tanggal Akses 12 Maret 2012)

Anoraga, P & Sudantoko, D. (2002). Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha

Kecil. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar Offset. Azwar, S. (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Offset.

Azwar, S. (2010). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. (2005). Rancangan Awal

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. [Online].

Available FTP: http:// www.bappenas.go.id/get-file-server/node/765/ doc. (Tanggal Akses 21 Januari 2012).

Brush, C.G. dan Hisrich, R.D. (1986), The Woman Entrepreneur: Starting,

Financing and Managing a Successful New Business. Lexington:

Lexington Books.

D’Cruz, J & Rugman, A. (1992).“New Concepts for Canadian Competitiveness”, Kodak, Canada.

Festervand & Forrest. (2004). Competitive IntelligenceSystem for Small Business. Bradley: Middle Tennessee State University.

Fleisher, C.S. & Bensoussan. (2003). Business and Competitive Analysis for

Strategic Management. New York: Prentice Hall.

Greenberg, J. (1996). Managing behavior in organizations. United States of America: Pearson Education International.


(2)

Groom, J. & David, F. (2001).Competitive Activity Among Small Firms. SAM

Advanced Management Journal. Perancis.

Hadi , S. (2000). Metode Research. Yogyakarta : Andi Offset.

Hafsah, J. (2004). Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. [Online]. Available FTP: http://www.smecda.com/deputi7/file infokop/edisi%2025/pengemb ukm.pdf (Tanggal Akses 12 Februari 2012) Harian Medan Bisnis Senin, 4 Juli 2011. [Online]. Available FTP:

http://www.medanbisnisdaily.com/e-paper/2011-07-04/3/pdf (Tanggal Akses 12 Februari 2012)

Hasan, M.I. (2003). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Hulme,W.H. (2012). The Theory of Garment- Pattern Making- A textbook for

Clothing Designers, Teachers of Clothing Technology, and Senior Students. Kennely Press

Hurlock, E.B. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Indarti, N. dan Langenberg, M. (2004). Factors affecting business success among

SMEs: empirical evidences from Indonesia. [Online]. Available FTP:

http://www.utwente.nl/niks/achief/research/conference/esu/papers/indartila genberg/pdf (Tanggal Akses 28 November 2011).

Jafar, H.M. (2004). Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah

(UKM. Infokop Nomor 25 Tahun XX. [Online]. Available FTP:http://www.smecda.com/deputi7/file_infokop/edisi%2025/pengemb_ ukm/df (Tanggal Akses 29 September 2011)

Jaworski, B.J., Macinnis, D.J.& Kohli A.K. (2002). Generating Competitive Intelligence in Organizations. Journal of Market-Focused Management,

Volume 5, No. 279– 307. [Online]. Available FTP: https://msbfile03.usc.edu/digitalmeasures/macinnis/intellcont/competitive_ intelligence02-1/pdf. (Tanggal Akses 7 Januari 2010)

Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UKM di

Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1

Tahun 1 2006. [Online]. Available FTP: http://www.smecda.com/

kajian/files/jurnal/hal_124/pdf (Tanggal Akses 1 Oktober 2011)

Kementrian Negara Koperasi dan UKM. (2009). Statistik Usaha Kecil Menengah


(3)

Kerlinger. (2000). Asas-asas Penelitian Behavioural. Yogyakarta: Gajah Madas University Press. Kotler, P. & Susanto, AB. (2000). Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Penerbit

Salemba Empat.

Murphy, C. (2005). Competitive Intelligence: Gathering, Analysing, Putting it to

Work. England: Gower Publishing Company.

Nasrie, W. (2011). Investigate Competitive Intelligence Process: An Exploratory Study in Tunisian Companies, International Business Research, Vol4,

No 4. [Online]. Available FTP: http:// www. ccsenet. org/ ibr (Tanggal

Akses 20 April 2012)

Nasution, A. 2000. Peluang Bisnis di Era Kompetitif. Jakarta: PT. Pustaka Binnaman Pressindo

Parashakti, R.D. (2009). Posisi Industri Kecil di Indonesia. Manajemen Usaha Kecil Menengah. Pusat Pengembangan Bahan Ajar. [Online]. Available FTP :http://kk.mercubuana.ac.id/files/31013-4-323480502397/doc (Tanggal Akses 12 Februari 2012)

Patrick, Tarraf & Rick, M. Competitive Intelligence at Small Enterprise. SAM

Advanced Management Journal .[Online]. Available FTP: http://www.freepatentsonline.com/article/SAM-Advanced-Management-Journal/157099459/html (Tanggal Akses 03 Desember 2011)

Prasetyo, B. & Jannah, L.M. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Riani, A.L. (2006). Dasar-Dasar Kewirausahaan. Surakarta: Sebelas Maret University Press .

Rouach, D. and Santi, P. (2001).Competitive intelligence adds value: 5

intelligence attitudes. European Management Journal Vol. 19, No. 5, pp. 552-559. Paris: Elsevier Science.

Staw, B.M. (1991). Psychological Dimensions of Organizational Behaviour. Sydney: Macmillan.

Strauss, A.C. (2008). Competitive Intelligence Skills Needed in South Africa. [Online]. Available FTP: https://ujdigispace.uj.ac.za/bitstream/handle/ 10210/3469/Strauss/pdf (Tanggal Akses 4 Desember 2011)


(4)

Sen,B.A. dan Taylor, R. Determining the Information Needs of Small and

Medium-sized Enterprises: a Critical Success Factor Analysis. [Online].Available FTP: http://informationr.net/ir/12-4/paper329/ html . (Tanggal Akses 12 Maret 2012)

Scarborough, N.M & Zimmerer, T.W. (2002). Essentials of entrepreneurship

and small business management. New Jersey: Pearson Education

International.

Smith, J. (2008). Awareness and Attitudes: the Key Drivers of Competitive

Intelligence for SMEs. UK: De Montfort University. [Online]. Available

FTP:http://www.as-e.be/ase/ase_is- fr/temoignages-is/experts-en intelligence-strategique/jamie-smith- awareness-and-attitudes-the-key-drivers-of-competitive-intelligence-for-smes-en-anglais/html

(Tanggal Akses 12 Februari 2012)

Smith, J.R., Wright, S. & Pickton, D.W. (2010), ‘Competitive Intelligence as

Public Policy in France:Making a Difference in the SME Sector’. Academy of Marketing Conference, Competitive Intelligence, Analysis & Strategy Track. UK.

Strauss, A.C. (2008). Competitive Intelligence Skills Needed in South Africa.

Thesis. University of Johannesburg: Faculty of Management. [Online].

Available FTP: https://ujdigispace.uj.ac.za/bitsream/handle/10210/3469/ Strauss/pdf (Tanggal Akses 12 Februari 2012)

Tarraf, P. & Molz, R.(2006). Competitive Intelligence at Small Enterprise. SAM Advanced Management Journal, Vol. 71, No. 4. [Online]. Available FTP: http://www.questia.com/library/1G1-157099459/competitive-intelligence-small-enterprises (Tanggal Akses 12 Februari 2012)

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2008. [Online]. Available FTP: http://www.google.com/search?hl=id&q=undang-undang+republik+ indonesia+no+20+tahun+208&btnG/html (Tanggal Akses 12 Februari 2012)

Vakola & Wilson. (2004). The challenge of virtual organization: critical success

factor in dealing with constant change. Team Performance Management,

10 (5/6), 112- 120.

Viviers,W., Saayman,A., Cuyvers, L., Muller, M., & Jegers, M., (2004). Testing

the constructs of the Competitive Intelligence Process. Cape Town:


(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur penting di dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran tipe sikap pada pengusaha garment di Medan terhadap competitive intelligence.

Menurut Azwar (2004), metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta, karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Sejalan dengan yang diutarakan Hasan (2003) menyatakan bahwa jenis penelitian ini tidak mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel, dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori disuatu variabel.

Punch (dalam Hasan, 2003) menyatakan bahwa ada 2 kegunaan yang diperoleh dari penelitian deskriptif. Pertama, untuk pengembangan teori dan area penelitian yang baru sebelum penelitian yang lebih mendalam direncanakan atau dilakukan. Kedua, deskripsi yang tepat mengenai proses-proses sosial yang


(6)

kompleks dapat membantu kita untuk memahami faktor apa saja yang mempengaruhi suatu variabel dan faktor apa yang perlu diteliti lebih lanjut dalam penelitian berikutnya secara lebih mendalam.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel merupakan sebuah simbol dimana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu konsep atau pengertian dapat dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya variasi (Kerlinger, 2000). Variabel yang hendak diteliti dalam rancangan penelitian ini adalah tipe sikap terhadap competitive intelligence.

B. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Sikap terhadap competitive intelligence merupakan penilaian atau kecenderungan individu dalam memandang pentingnya mengumpulkan informasi, memprosesnya, dan menyimpannya bagi bisnis yang sedang dijalani. Sikap terhadap competitive intelligence dapat dilihat dari lima tipe sikap yang dikemukakan oleh Rouach dan Santi (2001), antara lain: sikap sleeper, sikap

reactive , sikap active, sikap assault, dan sikap warrior.

Sikap sleeper adalah sikap dimana individu tidak peduli dengan persaingan dan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk menghadapi persaingan. Sikap

reactive adalah sikap yang masih mau merespon terhadap persaingan tetapi jika

hanya sudah merasa terancam dengan posisi pesaing. Sikap active adalah sikap dimana individu aktif dalam memahami, menganalisis, dan menginterpretasikan persaingan meskipun sumber daya yang dimiliki terbatas. Sikap assault adalah


(7)

sikap dimana individu sangat gencar dalam berburu informasi tentang persaingan secara strategis, prosedural, serta dengan perencanaan yang matang supaya dapat memperoleh informasi yang akurat. Sikap warrior adalah sikap dimana individu sangat inisiatif mencari informasi tentang persaingan dan mendiskusikannya dengan pihak lain supaya dapat memutuskan solusi untuk menguasai atau memenangkan persaingan. Sikap terhadap competitive intelligence dianalisis dengan melihat evaluasi individu terhadap aspek-aspek competitive intelligence.

C. POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) garment di Medan.

2. Sampel

Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian yang lebih dikenal dengan nama sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).


(8)

Karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Pengusaha yang menjalankan usaha dalam skala mikro dan skala kecil b. Usaha yang menjual produk-produk garment

c. Berada di Medan d. Maksimal 60 tahun

2. Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kemudahan dalam mengakses sampel dari populasi yang telah ditentukan. Dalam hal ini semua subjek yang ditemukan oleh peneliti dan yang sesuai dengan karakteristik yang ditentukan oleh peneliti dijadikan subjek penelitian.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Suatu sampel yang baik harus memenuhi syarat bahwa ukuran atau besarnya sampel memadai supaya dapat meyakinkan kestabilan ciri-cirinya. Azwar (2004) menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Jumlah total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 122 orang.

D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data di penelitian ini adalah metode self-reports. Menurut Hadi (2000), metode self-report berasumsi bahwa : 1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.


(9)

2. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada

subjek adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan, akurat dan memadai. Pentingnya prosedur adalah baik buruknya penelitian tergantung pada teknik-teknik pengumpulan datanya (Hadi, 2000).

Penelitian ini menggunakan satu buah skala psikologi yaitu skala sikap terhadap competitive intelligence. Pada pengisian skala ini, subjek diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan dirinya dari beberapa alternatif yang tersedia. Aitem-aitem dalam skala ini disusun berdasarkan sikap yang dimiliki individu pada aspek-aspek

competitive intelligence yang diungkapkan oleh Rouach dan Santi (2001). Skala

yang digunakan adalah model penskalaan subjek dengan lima pilihan alternatif jawaban yang langsung mengarah pada salah satu sikap subjek, dengan perincian sebagai berikut:

1. Pilihan A menggambarkan sikap sleeper 2. Pilihan B menggambarkan sikap reactive 3. Pilihan C menggambarkan sikap active 4. Pilihan D menggambarkan sikap assault 5. Pilihan E menggambarkan sikap warrior


(10)

Berikut ini merupakan blue print yang menyajikan distribusi aitem-aitem skala sikap terhadap competitive intelligence yang dianut oleh subjek sebelum uji coba.

Tabel 1

Blue print Skala Sikap terhadap Competitive Intelligence sebelum uji coba

No Sikap Indikator Aspek-aspek Nomor Item Total

1. Sleeper Tidak peduli dengan persaingan dan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk menghadapi persaingan

1.Aspek komersial dan pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18,

29,30,31, 40

10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21,

32,33, 34

9 4.Aspek Strategis dan

Sosial

10,11,12,22,23,2 4,25, 35,36, 37

10 2. Reactive Masih mau

merespon terhadap persaingan jika merasa terancam dengan posisi pesaing supaya usahanya tetap bertahan

1.Aspek komersial dan pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18,

29,30,31, 40

10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21,

32,33, 34

9 4.Aspek Strategis dan

Sosial

10,11,12,22,23,2 4,25, 35,36, 37

11 3. Active Aktif dalam

memahami, menganalisis, dan menginterpretasikan persaingan

1.Aspek komersial dan pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18,

29,30,31, 40

10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21,

32,33, 34,

9 4.Aspek Strategis dan

Sosial

10,11,12,22,23,2 4,25, 35,36, 37

11 4 Assault Gencar dalam

berburu informasi yang akurat tentang persaingan secara strategis, prosedural, etis, serta dengan perencanaan yang matang.

1.Aspek komersial dan pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18,

29,30,31, 40

10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21,

32,33, 34,

9 4.Aspek Strategis dan

Sosial

10,11,12,22,23,2 4,25, 35,36, 37


(11)

5.

Warrior Sangat inisiatif mencari informasi tentang persaingan supaya dapat menemukan solusi untuk menguasai atau memenangkan persaingan.

1.Aspek komersial dan pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18,

29,30,31, 40

10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21,

32,33, 34,

9 4.Aspek Strategis dan

Sosial

10,11,12,22,23,2 4,25, 35,36, 37

11

E. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

Salah satu masalah utama dalam kegiatan penelitian Psikologi adalah cara memperoleh data yang akurat dan objektif. Hal ini menjadi sangat penting dikarenakan kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya apabila didasarkan pada info yang juga dapat dipercaya (Azwar, 2000). Dengan memperhatikan kondisi ini, tampak bahwa alat pengumpulan data memiliki peranan penting. Baik atau tidaknya suatu alat pengumpulan data dalam mengungkap kondisi yang ingin diukur tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan. Untuk itu peneliti melakukan uji coba alat ukur pada sejumlah responden, dengan tujuan untuk memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel.

1. Uji Validitas Alat Ukur

Azwar (2000) mendefenisikan bahwa validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Hal ini tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content


(12)

keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur. Pengertian ini mencakup keseluruhan kawasan isi tidak saja berarti tes itu harus komprehensif akan tetapi isinya harus pula tetap relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran.

Sebelum melakukan penyusunan alat ukur, peneliti menentukan terlebih dahulu kawasan isi dari competitive intelligence. Kemudian peneliti akan membuat item-item yang bertujuan untuk mengungkap kawasan isi tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan pengujian validitas isi dengan melakukan analisis rasional atau profesional judgement, dalam hal ini adalah dosen pembimbing peneliti dan salah seorang dosen yang ahli dalam bidang metode penelitian (Azwar, 2000).

Menentukan kawasan isi

Membuat aitem

Analisis aitem dengan profesional judgment

Setelah skala sikap terhadap competitive intelligence diujicobakan pada sejumlah sampel, peneliti akan melakukan uji daya beda aitem untuk mendapatkan aitem-aitem yang memenuhi persyaratan. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes sebagaimana yang dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2000).


(13)

Peneliti menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product

Moment untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala. Prosedur

pengujian ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2000). Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan SPSS versi 16.00 for Windows akan diperoleh aitem-aitem yang memenuhi persyaratan. Menurut Azwar, (2000) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal rix ≥ 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. Semakin tinggi harga kritik, maka aitem tersebut semakin baik.

2. Uji Reliabilitas Alat Ukur

Menurut Azwar (2000) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama-sama (Azwar, 2000).

Uji reliabilitas skala penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, di mana tes dikenakan sekali saja pada sekelompok subjek (single trial


(14)

administration). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realibilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka satu menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki (Azwar, 2000). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien Alpha Cronbach dengan menggunakan

program SPSS Versi 16.00 for Windows.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur. Uji coba dilakukan pada tanggal 22 Juni 2012 sampai 8 Juli 2012 kepada 62 orang pengusaha khusus Garment di kota Medan. Masing-masing subjek penelitian diberikan skala sikap terhadap competitive

intelligence yang disusun. Dalam skala yang disebarkan terdapat 40 aitem skala


(15)

Tabel 2

Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Competitive Intelligence Sebelum Diuji Coba

No Sikap Aspek-aspek Nomor Item Total

1. Sleeper 1.Aspek komersial dan pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,

37

10 2. Reactive 1.Aspek komersial dan

pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,

37

11 3. Active 1.Aspek komersial dan

pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34, 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,

37

11 4 Assault 1.Aspek komersial dan

pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34, 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,

37

11

5.

Warrior 1.Aspek komersial dan pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34, 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,

37


(16)

Hasil uji coba skala sikap terhadap competitive intelligence diolah dengan melihat indeks diskriminasi pada pilihan A, B, C, D, dan E. Dalam skala subjek, suatu aitem akan dinyatakan gagal jika kelima pilihan, (A, B, C, D, dan E) memiliki indeks diskriminasi yang kurang dari 0,300. Jika salah satu pilihan (A, B, C, D atau E) memiliki indeks diskriminasi > 0,300 maka aitem dinyatakan sahih.

Pada pilihan A reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0,884. Jumlah aitem yang memiliki indeks diskriminasi aitem di atas 0,300 adalah 30 aitem dengan nilai rix bergerak dari 0,329 sampai 0,689. Pada pilihan B reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0,794. Jumlah aitem yang memiliki indeks diskriminasi diatas 0,300 adalah 15 aitem dengan nilai rix bergerak dari 0,331 sampai 0,520.

Pada pilihan C reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0,899. Jumlah aitem yang memiliki indeks diskriminasi diatas 0,300 adalah 27 aitem dengan nilai rix bergerak dari 0,324 sampai 0,620. Pada pilihan D reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0,807. Jumlah aitem yang memiliki indeks beda diatas 0,300 adalah 16 aitem dengan nilai rix bergerak dari 0,313 sampai 0,546. Pada pilihan E reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0,856. Jumlah aitem yang memiliki indeks beda diatas 0,300 adalah 18 aitem dengan nilai rix bergerak dari 0,305 sampai 0,734.


(17)

Tabel 3

Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Competitive Intelligence

Setelah Diuji Coba

No Sikap Aspek-aspek Nomor Item Total

1. Sleeper 1.Aspek komersial dan pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28,

38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,

37

10 2. Reactive 1.Aspek komersial dan

pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,

37

11 3. Active 1.Aspek komersial dan

pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28,

38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34, 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,

37

11 4 Assault 1.Aspek komersial dan

pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28,

38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34, 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,

37

11

5.

Warrior 1.Aspek komersial dan pemasaran

1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39

11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34, 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,

37


(18)

Tabel 4

Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Competitive Intelligence dengan Penomoran Baru yang digunakan pada Skala Penelitian

No Sikap Aspek-aspek Nomor Item Total

1. Sleeper 1.Aspek komersial dan pemasaran

1,2,12,13,14, 24,25, 26 , 35,36

10 2.Aspek kompetitor 3,4,5,15, 16,17, 27,28, 29, 37 10

3.Aspek Teknologi 6,7,8,18, 19,20,30,31 8

4.Aspek Strategis dan Sosial 9,10,11,21,22,23,32,33,34,38 10 2. Reactive 1.Aspek komersial dan

pemasaran

1,2,12,13,14, 24,25, 26 , 35,36

10 2.Aspek kompetitor 3,4,5,15, 16,17, 27,28, 29, 37 10

3.Aspek Teknologi 6,7,8,18, 19,20,30,31 8

4.Aspek Strategis dan Sosial 9,10,11,21,22,23,32,33,34,38 10 3. Active 1.Aspek komersial dan

pemasaran

1,2,12,13,14, 24,25, 26 , 35,36

10 2.Aspek kompetitor 3,4,5,15, 16,17, 27,28, 29, 37 10

3.Aspek Teknologi 6,7,8,18, 19,20,30,31 8

4.Aspek Strategis dan Sosial 9,10,11,21,22,23,32,33,34,38 10 4 Assault 1.Aspek komersial dan

pemasaran

1,2,12,13,14, 24,25, 26 , 35,36

10 2.Aspek kompetitor 3,4,5,15, 16,17, 27,28, 29, 37 10

3.Aspek Teknologi 6,7,8,18, 19,20,30,31 8

4.Aspek Strategis dan Sosial 9,10,11,21,22,23,32,33,34,38 10 5.

Warrior 1.Aspek komersial dan pemasaran

1,2,12,13,14, 24,25, 26 , 35,36

10 2.Aspek kompetitor 3,4,5,15, 16,17, 27,28, 29, 37 10

3.Aspek Teknologi 6,7,8,18, 19,20,30,31 8


(19)

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan

Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, antara lain :

a. Rancangan Alat Ukur Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu skala yaitu skala sikap terhadap competitive intelligence. Skala dibuat dengan menggunakan skala subjek yang terdiri dari aitem-aitem berupa pernyataan yang mengarah pada informasi mengenai data yang hendak diungkap dan meminta subjek untuk memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif yang telah disediakan. Aitem-aitem dalam skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek competitive intelligence yang diungkapkan oleh Rouach dan Santi (2001). Skala yang digunakan adalah model penskalaan subjek dengan lima pilihan alternatif jawaban yang langsung mengarah pada salah satu sikap subjek terhadap competitive intelligence , dimana

pilihan “A” menggambarkan sikap sleeper, pilihan “B” menggambarkan sikap

reactive, pilihan “C” menggambarkan sikap active, pilihan “D” menggambarkan sikap assault, dan pilihan “E” menggambarkan sikap warrior.

Penyusunan skala ini didahului dengan membuat blue print yang kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi indikator perilaku dan operasionalisasi dalam bentuk aitem-aitem pernyataan yang berjumlah 40 aitem. Skala tersebut dibuat dalam bentuk booklet ukuran kertas A4 yang dibagi menjadi dua bagian. Aitem


(20)

dalam skala sikap tersebut didistribusikan sedemikian rupa, seperti yang dapat dilihat dalam tabel 2.

b. Uji Coba Alat Ukur

Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, skala diuji validitasnya berdasarkan profesional judgement kemudian skala tersebut diujicobakan kepada sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yaitu pada 62 orang pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) garmen di Medan. c. Revisi Alat Ukur

Setelah aitem pada skala sikap terhadap competitive intelligence diperiksa oleh

professional judgment, dan telah diujicobakan pada pengusaha yang menjual

produk garmen di Medan., maka peneliti mengadakan pembaharuan pada skala tersebut. Aitem-aitem tersebut kemudian disusun kembali dalam bentuk booklet.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah skala penelitian lulus dalam uji validitas dan reliabilitas, maka aitem dalam skala tersebut disusun kembali. Selanjutnya, aitem-aitem yang lulus penyaringan dijadikan alat pengumpulan data pada sampel yang sesungguhnya.

3. Tahap Pengolahan Data

Untuk melihat gambaran sikap terhadap competitive intelligence dari subjek penelitian, subjek akan digolongkan ke dalam salah satu sikap yaitu sikap sleeper,

reactive, active, assault, atau warrior. Salah satu sikap yang dipilih subjek akan


(21)

akan diberi skor 0. Penggolongan subjek akan dilakukan dengan menggunakan Zscore dari tiap total jawaban dari ke lima sikap yang dipilih oleh subjek. Subjek akan digolongkan ke dalam salah satu sikap yang menunjukkan Zscore yang paling tinggi. Z score dihitung dengan menggunakan rumus:

Subjek akan digolongkan ke dalam salah satu tipe sikap jika Zscore dari kelima tipe sikap yang dipilih individu dengan kesepakatan nilai Z:

Zscore A > 0,6, dan Zscore B,C, D, D < 0

Keterangan: Zscore A = Zscore tipe sikap yang ingin dilihat Zscore B,C,D,E = Zscore tipe sikap lainnya

Berdasarkan tabel luas daerah nilai Z di bawah kurva normal, nilai Zscore di atas 0,6 menunjukkan bahwa proporsi dari area di bawah kurva normal yang berada di daerah antara mean dan z score 0,6 yakni sebesar 27,43%. Hal tersebut menunjukkan bahwa peluang subjek yang skornya melebihi mean berdasarkan standard deviasinya yakni 27,43%.

H. METODE ANALISIS DATA

Untuk mendapatkan gambaran tentang sikap terhadap competitive intelligence pada pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) garment di Medan maka digunakan statistik deskriptif. Azwar (2004) menyatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisis dan menyajikan data secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Hal ini didasarkan atas pertimbangan

Sd x x z


(22)

bahwa dalam penelitian ini tidak mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan penyajian frekuensi, mean atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori di suatu variabel. Kesimpulan yang diberikan selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh. Data yang diperoleh dari alat ukur, seperti skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi, akan diolah dengan metode statistik.


(23)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan gambaran keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan menjelaskan gambaran subjek penelitian, kemudian hasil utama penelitian yakni gambaran umum tipe sikap yang dimiliki oleh pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) garment terhadap competitive

intelligence, serta hasil tambahan penelitian yaitu gambaran tipe sikap

berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lamanya berusaha, kategorisasi usaha, suku bangsa, dan kecamatan lokasi usaha.

A. GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang menjual produk garmen. Setiap pengusaha diminta untuk menggolongkan dirinya dalam salah satu tipe sikap terhadap

competitive intelligence,yaitu sikap sleeper, reactive, active, assault, dan warrior. a. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5

Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 59 48,36 %

Perempuan 63 51,64 %


(24)

Tabel 5 menunjukkan jumlah subjek perempuan dalam penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek laki-laki. Subjek laki-laki berjumlah 59 orang (48,36%), sedangkan subjek perempuan berjumlah 63 orang (51,64%). Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 1. Penyebaran Subjek berdasarkan Jenis Kelamin

b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6

Persentase Subjek Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase (%)

Usia remaja 4 3,28 %

Usia dewasa muda (20-40 tahun) 91 74,59 %

Usia dewasa madya (41-60 tahun) 27 22,13 %

Jumlah 122 orang 100 %

Tabel 6 menunjukkan jumlah subjek yang berusia dewasa muda adalah jumlah subjek yang terbanyak dibandingkan dengan jumlah subjek yang berusia dewasa madya dan dewasa remaja. Jumlah subjek yang berusia remaja adalah jumlah subjek yang tersedikit dibandingkan dengan jumlah subjek yang berusia dewasa madya dan dewasa muda. Subjek yang berusia remaja berjumlah 4 orang (3,28%),

57 58 59 60 61 62 63

J enis K elamin

L ak i-lak i P erempuan


(25)

subjek yang berusia dewasa muda berjumlah 91 orang (74,59%), dan subjek yang berusia dewasa madya berjumlah 27 orang (22,13%). Penyebaran subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 2. Penyebaran Subjek berdasarkan Usia c. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7

Persentase Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

SD 3 2,46 %

SMP 5 4,1 %

SMA 76 62,29 %

Diploma 12 9,84 %

Sarjana 26 21,31 %

Jumlah 122 100 %

Tabel 7 menunjukkan jumlah subjek yang berpendidikan SMA adalah jumlah subjek yang terbanyak dibandingkan dengan jumlah subjek yang berpendidikan SD, SMP, diploma, dan sarjana. Jumlah subjek yang berpendidikan SD adalah jumlah subjek yang tersedikit dibandingkan dengan jumlah subjek yang berpendidikan SMP, SMA, diploma, dan sarjana. Subjek yang

0 20 40 60 80 100

Usia

Rem aja Dew asa m uda Dew asa m adya


(26)

berpendidikan SD berjumlah 3 orang (2,46%), subjek yang berpendidikan SMP berjumlah 5 orang (4,1%), subjek yang berpendidikan SMA berjumlah 76 orang (62,29%), subjek yang berpendidikan diploma berjumlah 12 orang (9,84%), dan subjek yang berpendidikan sarjana berjumlah 26 orang (21,31%) . Penyebaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 3. Penyebaran Subjek berdasarkan Tingkat Pendidikan d. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lamanya Berusaha

Berdasarkan lamanya berusaha, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8

Persentase Subjek Berdasarkan Lamanya Berusaha

Lamanya Berusaha Jumlah Persentase (%)

< 1 tahun 2 1,64 %

1 -10 tahun 90 73,77 %

11-20 tahun 23 18,85 %

21-30 tahun 6 4,92 %

31-40 tahun 1 0,82 %

Jumlah 122 orang 100 %

Tabel 8 menunjukkan jumlah subjek yang lamanya berusaha 1-10 tahun adalah jumlah subjek yang terbanyak. Jumlah subjek yang lamanya berusaha

31-40 tahun’ adalah jumlah subjek yang paling sedikit. Subjek yang lamanya

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Tingkat Pendidikan

SD SMP SMA Diploma Sarjana


(27)

berusaha di bawah 1 tahun berjumlah 2 orang (1,64%), subjek yang lamanya berusaha 1-10 tahun berjumlah 90 orang (73,77%), subjek yang lamanya berusaha 11-20 tahun berjumlah 23 orang (18,85%), subjek yang lamanya berusaha 20-30 tahun berjumlah 6 orang (4,92%), dan subjek yang lamanya berusaha 31-40 tahun berjumlah 1 orang (0,82%) . Penyebaran subjek berdasarkan lamanya berusaha dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 4. Penyebaran Subjek berdasarkan Lamanya Berusaha e. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kategorisasi Usaha

Berdasarkan kategorisasi usaha, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9

Persentase Subjek Berdasarkan Kategorisasi Usaha

Kategorisasi usaha Jumlah Persentase (%)

Usaha Mikro 100 81, 97 %

Usaha Kecil 22 18, 03 %

Jumlah 122 orang 100 %

Tabel 9 menunjukkan jumlah subjek yang kategorisasi usahanya mikro lebih banyak dibandingkan jumlah subjek yang kategorisasi usahanya kecil. Subjek yang katagorisasi usahanya mikro berjumlah 100 orang (81,97%), sedangkan subjek yang kategorisasi usahanya kecil berjumlah 22 orang (18,03%).

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Lamanya berusaha

<1tahun 1-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun


(28)

Penyebaran subjek berdasarkan kategorisasi usaha dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 5. Penyebaran Subjek berdasarkan Kategorisasi Usaha

f. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Bangsa

Berdasarkan suku bangsa, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10

Persentase Subjek Berdasarkan Suku Bangsa

Suku Bangsa Jumlah Persentase (%)

Aceh 2 1,64 %

Batak 68 55,74 %

Jawa 8 6,56 %

Manado 1 0,82 %

Melayu 6 4,92 %

Minang 34 27,86 %

Tionghoa 3 2,46 %

Jumlah 122 orang 100 %

Tabel 10 menunjukkan jumlah subjek yang bersuku Batak merupakan jumlah subjek yang terbanyak dibandingkan suku-suku lainnya, sedangkan jumlah subjek yang bersuku Manado merupakan jumlah subjek yang paling sedikit dibandingkan suku-suku lainnya. Subjek yang bersuku Aceh berjumlah 2 orang (1,64%), subjek

0 20 40 60 80 100

Kategorisasi Usaha

Mikro Kecil


(29)

yang bersuku Batak berjumlah 68 orang (55,74%), subjek yang bersuku Jawa berjumlah 8 orang (6,56%), subjek yang bersuku Manado berjumlah 1 orang (0,82%), subjek yang bersuku Melayu berjumlah 6 orang (4,92%), subjek yang bersuku Minang berjumlah 34 orang (27,86%), subjek yang bersuku Tionghoa berjumlah 3 orang (2,46%).

Penyebaran subjek berdasarkan suku bangsa dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 6. Penyebaran Subjek berdasarkan Suku Bangsa

g. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kecamatan lokasi usaha

Berdasarkan kecamatan lokasi usaha, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 11

Persentase Subjek Berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha

Kecamatan Jumlah Persentase (%)

Medan Tembung 29 23,7%

Medan Petisah 24 19,67%

Medan Baru 22 18,03%

Medan Barat 10 8,19%

Medan Amplas 8 6,56%

Medan Area 19 15,57%

Medan Deli 10 8,19%

Jumlah 122 orang 100 %

0 10 20 30 40 50 60 70

Suku

Aceh Batak Jawa Manado Melayu Minang Tionghoa


(30)

Tabel 11 menunjukkan jumlah subjek yang berusaha di Kecamatan Medan Tembung merupakan jumlah subjek yang terbanyak. Subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Tembung yakni sebanyak 29 orang (23,7%), diikuti subjek lokasi usahanya di Kecamatan Medan Petisah yakni sebanyak 24 orang (19,67%), diikuti subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Baru yakni 22 orang (18,03%), diikuti subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Area yakni sebanyak 19 orang (15,57%), diikuti subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Deli yakni sama-sama sebanyak 10 orang (8,19%), dan diikuti subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Amplas yakni 8 orang (6,56%). Penyebaran subjek berdasarkan kecamatan lokasi usaha dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 7. Penyebaran Subjek berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha 0

5 10 15 20 25 30

Kecamatan Lokasi Usaha

M. Tembung M. Petisah M.Baru M.Barat M.Amplas M.Area M.Deli


(31)

B. HASIL UTAMA PENELITIAN

Hasil utama dari penelitian ini adalah berupa gambaran umum tipe sikap yang dimiliki pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) garment di Medan terhadap competitive intelligence.

1. Gambaran Umum Tipe Sikap pada Pengusaha Usaha Mikro dan Kecil

(UMK) Garment terhadap Competitive Intelligence

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tipe sikap pada pengusaha UMK garment terhadap competitive intelligence. Berdasarkan itulah peneliti menggunakan model penskalaan subjek untuk mengetahui tipe sikap dari subjek penelitian. Skala subjek ini terdiri dari 38 aitem dimana tiap aitemnya memiliki 5 pilihan jawaban dimana tiap pilihan jawaban (A,B, C, D, dan E) mencerminkan masing-masing tipe sikap. Jawaban A mewakili tipe sikap

sleeper, jawaban B mewakili tipe sikap reactive, jawaban C mewakili tipe sikap active, jawaban D mewakili tipe sikap assault ,dan jawaban E mewakili tipe sikap warrior. Tiap pilihan jawaban akan mendapat nilai 1 untuk tipe sikap tertentu dan

mendapat nilai 0 untuk tipe sikap yang lainnya. Untuk mendapatkan penggolongan yang paling murni dari para subjek, maka penggolongan tipe sikap menggunakan Zscore dari tiap total jawaban dari kelima tipe sikap yang dipilih subjek penelitian. Untuk menentukan tipe sikap dari subjek, peneliti menggunakan kesepakatan Zscore yaitu:

Zscore A > 0,6, dan Zscore B,C,D,E < 0

Dengan : Zscore A = Zscore tipe sikap yang ingin dilihat Zscore B,C,D,E = Zscore tipe sikap lainnya


(32)

Berdasarkan kesepakatan tersebut, maka dapat disimpulkan rumus untuk menentukan apakah subjek tergolong tipe sikap A, B, C, D, atau E adalah:

Tergolong tipe A: Zscore A > 0,6 dan Zscore B,C, D,E < 0 Tergolong tipe B: Zscore B > 0,6, dan Zscore A.C,D,E < 0 Tergolong tipe C: Zscore C >0,6, dan Zscore A,B,D,E < 0 Tergolong tipe D: Zscore D> 0,6, dan Zscore A,B,C, E < 0 Tergolong tipe E: Zscore E > 0,6, dan Zscore A,B,C,D < 0 Keterangan:

Tipe A : Tipe sleeper Tipe D : Tipe assault

Tipe B : Tipe reactive Tipe E : Tipe warrior

Tipe C : Tipe active

Berdasarkan hasil utama penelitian, kita dapat melihat bahwa tidak semua subjek penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu tipe sikap, dalam hal ini menjadi tidak tergolongkan. Hasil utama gambaran tipe sikap pada pengusaha UMK garment terhadap competitive intelligence dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel 12

Gambaran Tipe Sikap yang dimiliki pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) garment di Medan terhadap Competitive Intelligence

Tipe Sikap Jumlah (N) Persentase (%)

Sleeper 19 15,57%

Reactive 17 13,93%

Active 25 20,49%

Assault 20 16,39%

Warrior 18 14,75%

Tidak Tergolongkan 23 18,85%


(33)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebaran subjek terbanyak terdapat pada subjek yang berada pada tipe active attitude yaitu sebanyak 25 orang (20,49%), diikuti oleh subjek yang berada pada tipe tidak tergolongkan yaitu sebanyak 23 orang (18,85%), subjek dengan tipe assault attitude yaitu sebanyak 20 orang (16,39%), subjek yang berada pada tipe sleeper attitude yaitu sebanyak 19 orang (15,57%), subjek yang berada pada tipe warrior attitude yaitu sebanyak 18 orang (14,75%), dan subjek yang berada pada tipe reactive

attitude yaitu sebanyak 17 orang (13,93%),. Berikut ini akan ditampilkan grafik

yang menggambarkan tipe sikap yang dimiliki pengusaha garment di Medan terhadap competitive intelligence.

Grafik 8. Gambaran Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence

C. HASIL TAMBAHAN PENELITIAN

Hasil tambahan dari penelitian ini adalah gambaran umum bagaimana tipe sikap pada pada pengusaha garment di Medan terhadap competitive intelligence berdasarkan beberapa data demografis : jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lamanya usaha, kategorisasi usaha, suku bangsa, dan kecamatan lokasi usaha.

0 5 10 15 20 25

Tipe Sikap

Sleeper Reactive Active Assault Warrior


(34)

a. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 14

Gambaran Umum Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Tipe Sikap Jumlah Persentase (%)

1 Perempuan Sleeper 13 10,66%

Reactive 12 9,83%

Active 14 11,48%

Assault 7 5,74%

Warrior 7 5,74%

Tidak tergolongkan 10 8,19%

2 Laki-laki Sleeper 6 4,92%

Reactive 5 3,47%

Active 11 9,02%

Assault 13 10,66%

Warrior 11 9,02%

Tidak tergolongkan 13 10,66%

Jumlah 122 orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang perempuan paling banyak tergolongkan ke dalam tipe active yaitu sebanyak 14 orang (11,48 %), diikuti subjek dengan tipe sleeper yaitu sebanyak 13 orang (10,66%), diikuti subjek dengan tipe reactive yaitu sebanyak 12 orang (9,83%), diikuti subjek dengan tipe assault dan warrior masing-masing memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 7 orang (5,74%). Untuk subjek yang laki-laki paling banyak tergolongkan ke dalam tipe assault yaitu sebanyak 13 orang (10,66%), diikuti subjek dengan tipe active dan warrior masing-masing memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 11 orang (9,02%), diikuti subjek dengan tipe sleeper yaitu sebanyak 6 orang (4,92%), dan diikuti subjek dengan tipe reactive yaitu sebanyak 5 orang (3,47%).


(35)

b. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 15

Gambaran Umum Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Usia

No Usia Tipe Sikap Jumlah Persentase

1 Usia Remaja Sleeper - -

Reactive - -

Active 1 0,82%

Assault 2 1,64%

Warrior - -

Tidak tergolongkan 1 0,82%

2 Usia dewasa muda (20-40

tahun)

Sleeper 16 13,11%

Reactive 13 10,66%

Active 19 15,57%

Assault 16 13,11%

Warrior 14 11,48%

Tidak tergolongkan 13 10,66%

3. Usia dewasa madya (41-60

tahun)

Sleeper 3 2,46%

Reactive 4 3,28%

Active 5 4,09%

Assault 2 1,64%

Warrior 4 3,28%

Tidak tergolongkan 9 7,38%

Jumlah 122 orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang berusia remaja (dari 4 orang) paling banyak tergolongkan ke dalam tipe assault yaitu sebanyak 2 orang (1,64%), diikuti subjek dengan tipe active yaitu sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang berusia dewasa muda paling banyak tergolongkan ke dalam tipe active yaitu sebanyak 19 orang (15,57%), diikuti subjek dengan tipe sleeper dan warrior masing-masing memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 16 orang (13,11%), diikuti subjek dengan tipe reactive yaitu sebanyak 13 orang (10,66%). Untuk subjek yang dewasa madya paling banyak tergolongkan ke dalam tipe


(36)

active yaitu sebanyak 5 orang (4,09%), diikuti subjek dengan tipe reactive dan warrior masing-masing memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 4 orang

(3,28%), dan diikuti subjek dengan tipe assault attitude yaitu sebanyak 2 orang (1,64%).

c. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 16

Gambaran Umum Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Tipe Sikap Jumlah Persentase

1 SD Sleeper 1 0,82%

Reactive - -

Active 1 0,82%

Assault - -

Warrior 1 0,82%

Tidak tergolongkan - -

2 SMP Sleeper 4 3,28%

Reactive - -

Active - -

Assault 1 0,82%

Warrior - -

Tidak tergolongkan - -

3. SMA Sleeper 10 8,19%

Reactive 7 5,74%

Active 14 11,48%

Assault 16 13,11%

Warrior 12 9,84%

Tidak tergolongkan 17 13,93%

4 Diploma Sleeper 4 3,28%

Reactive 3 2,46%

Active 1 0,82%

Assault 1 0,82%

Warrior 2 1,64%


(37)

5 Sarjana Sleeper - -

Reactive 7 5,74%

Active 9 7,38%

Assault 2 1,64%

Warrior 3 2,46%

Tidak tergolongkan 5 4,09%

Jumlah 122 orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki level pendidikan SD tergolongkan ke dalam tipe sleeper, active, dan warrior yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang memiliki level pendidikan SMP tergolongkan ke dalam tipe sleeper yaitu sebanyak 4 orang (3,28%) dan diikuti subjek dengan tipe assault yaitu sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang memiliki level pendidikan SMA paling banyak tergolongkan ke dalam tipe assault yaitu sebanyak 16 orang (13,11%), diikuti subjek dengan tipe active yaitu sebanyak 14 orang (11,48%), diikuti subjek dengan tipe warrior yaitu sebanyak 12 orang (9,84%), diikuti subjek dengan tipe sleeper yaitu sebanyak 10 orang (8,19%), dan diikuti subjek dengan tipe reactive yaitu sebanyak 7 orang (5,74%). Untuk subjek yang memiliki level pendidikan diploma tergolongkan ke dalam tipe sleeper sebanyak 4 orang (3,28%), diikuti subjek dengan tipe reactive sebanyak 3 orang (2,46%), diikuti subjek dengan tipe

warrior sebanyak 2 orang (1,64%), dan diikuti subjek dengan tipe active dan assault yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang memiliki

level pendidikan sarjana paling banyak tergolongkan ke dalam tipe active yakni sebanyak 9 orang (7,38%), diikuti subjek dengan tipe reactive yakni sebanyak 7 orang (5,74%), diikuti subjek dengan tipe warrior yakni sebanyak 3 orang (2,46%), dan diikuti subjek dengan tipe assault yakni sebanyak 2 orang (1,64%).


(38)

d. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Lamanya Berusaha

Berdasarkan lama berusaha, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 17

Gambaran Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Lamanya Berusaha

No Lamanya Berusaha

Tipe Sikap Jumlah Persentase

1 <1 tahun Sleeper - -

Reactive - -

Active 1 0,82%

Assault 1 0,82%

Warrior - -

Tidak tergolongkan - -

2 1-10 tahun Sleeper 16 13,11%

Reactive 11 9,02%

Active 21 17,21%

Assault 16 13,11%

Warrior 13 10,66%

Tidak tergolongkan 12 9,84%

3. 11-20 tahun Sleeper 1 0,82%

Reactive 5 4,09%

Active 1 0,82%

Assault 3 2,46%

Warrior 5 4,09%

Tidak tergolongkan 7 5,74%

4 21-30 tahun Sleeper 2 1,64%

Reactive 1 0,82%

Active - -

Assault - -

Warrior - -

Tidak tergolongkan 3 2,46%

5 31-40 tahun Sleeper - -

Reactive - -

Active 1 0,82%

Assault - -

Warrior - -

Tidak tergolongkan - -


(39)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang lama usahanya < 1 tahun tergolongkan dalam tipe tergolongkan ke dalam tipe active dan assault sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang lama usahanya 1-10 tahun paling banyak tergolongkan ke dalam tipe active yaitu sebanyak 21 orang (3,28%), diikuti subjek dengan tipe sleeper dan assault yaitu sama-sama sebanyak 16 orang (13,11%), diikuti subjek dengan tipe warrior yaitu sebanyak 13 orang (10,66%), dan diikuti subjek dengan tipe reactive yaitu sebanyak 11 orang (9,02%). Untuk subjek yang lama usahanya 11-20 tahun tergolongkan ke dalam tipe reactive dan warrior yakni sebanyak 5 orang (4,09%), diikuti subjek dengan tipe assault yakni sebanyak 3 orang (2,46%), dan diikuti subjek dengan tipe

immune dan active yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek

yang lama usahanya 21-30 tahun tergolongkan ke dalam tipe sleeper yakni sebanyak 2 orang (1,64%), diikuti subjek dengan tipe reactive yakni sebanyak 1 orang (0,82%).Untuk subjek yang lama usahanya 31-40 tahun tergolongkan ke dalam tipe active yakni sebanyak 1 orang (0,82%)

e. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Kategorisasi Usaha

Berdasarkan kategorisasi usaha, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 18

Gambaran Umum Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Kategorisasi Usaha

No Kategorisasi usaha

Tipe Sikap Jumlah Persentase

1 Usaha Mikro Sleeper 17 13,93%

Reactive 13 10,66%


(40)

Assault 18 14,75%

Warrior 16 13,11%

Tidak tergolongkan 18 14,75%

2 Usaha Kecil Sleeper 2 1,64%

Reactive 4 3,28%

Active 7 5,74%

Assault 2 1,64%

Warrior 2 1,64%

Tidak tergolongkan 5 4,09%

Jumlah 122orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang lama usahanya < 1 tahun tergolongkan dalam tipe tergolongkan ke dalam tipe active dan assault sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang lama usahanya 1-10 tahun paling banyak tergolongkan ke dalam tipe active yaitu sebanyak 21 orang (3,28%), diikuti subjek dengan tipe sleeper dan assault yaitu sama-sama sebanyak 16 orang (13,11%), diikuti subjek dengan tipe warrior yaitu sebanyak 13 orang (10,66%), dan diikuti subjek dengan tipe reactive yaitu sebanyak 11 orang (9,02%). Untuk subjek yang lama usahanya 11-20 tahun tergolongkan ke dalam tipe reactive dan warrior yakni sebanyak 5 orang (4,09%), diikuti subjek dengan tipe assault yakni sebanyak 3 orang (2,46%), dan diikuti subjek dengan tipe

sleeper dan active yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek

yang lama usahanya 21-30 tahun tergolongkan ke dalam tipe sleeper yakni sebanyak 2 orang (1,64%), diikuti subjek dengan tipe reactive yakni sebanyak 1 orang (0,82%).Untuk subjek yang lama usahanya 31-40 tahun tergolongkan ke dalam tipe active yakni sebanyak 1 orang (0,82%)


(41)

f. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Suku Bangsa

Berdasarkan suku bangsa, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 19

Gambaran Umum Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Tipe Sikap Jumlah Persentase

1 Aceh Sleeper - -

Reactive - -

Active - -

Assault 1 0,82%

Warrior 1 0,82%

Tidak tergolongkan - -

2 Batak Sleeper 10 8,19%

Reactive 9 7,37%

Active 12

Assault 11

Warrior 12

Tidak tergolongkan 14

3 Jawa Sleeper 1 0,82%

Reactive 2 1,64%

Active - -

Assault 3 2,46%

Warrior - -

Tidak tergolongkan 2 1,64%

4 Manado Sleeper 1 0,82%

Reactive - -

Active - -

Assault - -

Warrior - -

Tidak tergolongkan - -

5 Melayu Sleeper - -

Reactive - -

Active 3 2,46%

Assault 1 0,82%

Warrior - -

Tidak tergolongkan 2 1,64%

6 Minang Sleeper 5 4,09%

Reactive 6 4,91%


(42)

Assault 4 3,28%

Warrior 5 4,09%

Tidak tergolongkan 5 4,09%

7 Tionghoa Sleeper 2 1,64%

Reactive - -

Active 1 0,82%

Assault - -

Warrior - -

Tidak tergolongkan - -

Jumlah 122orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang bersuku Aceh tergolongkan dalam tipe tergolongkan ke dalam tipe assault dan warrior yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang bersuku Batak tergolongkan paling banyak ke dalam tipe active dan assault yakni sama-sama sebanyak 12 orang (9,84%), diiikuti subjek dengan tipe assault yakni sebanyak 11 orang (9,02%), diikuti subjek dengan tipe sleeper yakni sebanyak 10 orang (8,19%), dan diikuti subjek dengan tipe reactive yakni sebanyak 9 orang (7,38%). Untuk subjek yang bersuku Jawa tergolongkan ke dalam tipe assault yakni sebanyak 3 orang (2,46%), diikuti subjek dengan tipe reactive yakni sebanyak 2 orang (1,64%), dan diikuti subjek dengan tipe sleeper yakni sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang bersuku Melayu tergolongkan ke dalam tipe active yakni sebanyak 3 orang (2,46%) dan diikuti subjek dengan tipe assault yakni 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang bersuku Minang paling banyak tergolongkan ke dalam tipe active yakni 9 orang (7,38%), diikuti subjek dengan tipe reactive yakni sebanyak 6 orang (4,91%), diikuti subjek dengan tipe sleeper dan warrior yakni sama-sama sebanyak 5 orang (4,09%), dan diikuti subjek dengan tipe


(43)

tergolongkan ke dalam tipe sleeper 2 orang (1,64%) dan subjek dengan tipe

active yakni sebanyak 1 orang (0,82%).

g. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha

Berdasarkan kecamatan lokasi usaha, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 20

Gambaran Umum Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha

No Daerah Kecamatan

Tipe Sikap Jumlah Persentase

1 Medan Tembung Sleeper 5 4,09%

Reactive 6 4,91%

Active 4 3,28%

Assault 3 2,46%

Warrior 4 3,28%

Tidak tergolongkan 7 5,74%

2 Medan Petisah Sleeper 2 1,64%

Reactive 2 1,64%

Active 8 6,56%

Assault 4 3,28%

Warrior 5 4,09%

Tidak tergolongkan 3 2,46%

3 Medan Baru Sleeper 3 2,46%

Reactive 3 2,46%

Active 8 6,56%

Assault 2 1,64%

Warrior 4 3,28%

Tidak tergolongkan 2 1,64%

4 Medan Barat Sleeper 2 1,64%

Reactive 1 0,82%

Active - -

Assault 3 2,46%

Warrior 2 1,64%

Tidak tergolongkan 2 1,64%

5 Medan Amplas Sleeper - -

Reactive - -


(44)

Assault 2 1,64%

Warrior 1 0,82%

Tidak tergolongkan 4 3,28%

6 Medan Area Sleeper 4 3,28%

Reactive 4 3,28%

Active 3 2,46%

Assault 5 4,09%

Warrior 1 0,82%

Tidak tergolongkan 2 1,64%

7 Medan Deli Sleeper 3 2,46%

Reactive 1 0,82%

Active 1 0,82%

Assault 1 0,82%

Warrior 1 0,82%

Tidak tergolongkan 3 2,46%

Jumlah 122orang 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Tembung tergolongkan ke dalam tipe reactive yakni sebanyak 6 orang (4,91%), diikuti subjek dengan tipe sleeper yakni sebanyak 5 orang (4,09%), diikuti subjek dengan tipe active dan warrior yakni sama-sama sebanyak 4 orang (3,28%), dan diikuti subjek dengan tipe assault yakni sebanyak 3 orang (2,46%). Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Petisah tergolongkan ke dalam tipe active yakni sebanyak 8 orang (6,56%), diikuti subjek dengan tipe warrior yakni sebanyak 5 orang (4,09%), diikuti subjek dengan tipe assault yakni sebanyak 4 orang (3,28%), diikuti subjek dengan tipe sleeper dan reactive yakni sama-sama sebanyak 2 orang (1,64%).Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Baru tergolongkan ke dalam tipe active yakni sebanyak 8 orang (6,56,%), diikuti subjek dengan tipe warrior yakni sebanyak 4 orang (3,28%), diikuti subjek dengan tipe


(45)

subjek dengan tipe assault yakni sebanyak 2 orang (1,64%). Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Barat tergolongkan ke dalam tipe assault yakni sebanyak 3 orang (2,46%), diikuti subjek dengan tipe sleeper dan warrior yakni sebanyak 2 orang (1,64%), dan diikuti subjek dengan tipe reactive yakni sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Amplas tergolongkan ke dalam tipe assault yakni sebanyak 2 orang (1,64%), diikuti subjek dengan tipe active dan warrior yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Area tergolongkan ke dalam tipe assault yakni sebanyak 5 orang (4,09%), diikuti subjek dengan tipe sleeper dan assault yakni sama-sama sebanyak 4 orang (3,28%), diikuti subjek dengan tipe active yakni sebanyak 3 orang (2,46%), dan diikuti subjek dengan tipe warrior yakni sebanyak 1 orang (0,82%).Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Deli tergolongkan ke dalam tipe

sleeper yakni sebanyak 3 orang (2,46%), diikuti subjek dengan tipe reactive, active, assault, dan warrior yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%)

D. Pembahasan

Rouach dan Santi (2001) menyatakan terdapat tipologi sikap yang dimiliki oleh terhadap competitive intelligence. Adapun tipe-tipe sikap tersebut, antara lain: sikap sleeper, sikap reactive, sikap active, sikap assault, dan sikap

warrior. Sikap yang dimiliki oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada

umumnya adalah sikap sleeper, reactive, active sedangkan sikap assault dan


(46)

Hasil utama dari penelitian ini menunjukkan bahwa subjek penelitian paling banyak tersebar dalam tipe sikap active dengan persentase 20,49%. Sikap

active diciri-cirikan dengan sikap yang aktif dalam menganalisis dan

menginterpretasikan persaingan. Orang dengan sikap demikian sudah melihat bahwa competitive intelligence bermanfaat untuk tugas operasional sehari-harinya dalam suatu usaha, tetapi belum melihat tujuan jangka panjang untuk melakukannya (Rouach dan Santi, 2001). Pengusaha dengan tipe active sudah memiliki gambaran tentang tugas operasional yang perlu dilakukan pekerjanya secara kontinu, tetapi belum memahami visi dan misi yang melandasi tugas operasional tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wright et al (dalam Smith, Wright & Pickton, 2010) juga mengemukakan bahwa Usaha Kecil dan Menengah pada umumnya tergolong ke dalam tipe sikap sleeper, reactive, dan active. Dalam penelitian ini, subjek yang tergolong ke dalam tipe sikap sleeper memiliki persentase 15,57% dan sikap reactive memiliki persentase 13,93%. Sikap sleeper diciri-cirikan dengan sikap yang tidak tertarik dalam memantau kondisi persaingan ataupun melakukan competitive intelligence. Orang dengan tipe demikian diciri-cirikan dengan sering berpikir bahwa orang lain juga tidak mau tahu tentang persaingan. Orang dengan sikap demikian juga meyakini bahwa mereka benar-benar sudah mengetahui yang mereka butuhkan untuk menjalankan bisnis sehingga tidak perlu mempelajari dunia luar (Rouach dan Santi, 2001). Sikap reactive diciri-cirikan dengan sikap yang masih mau merespon (reaktif) jika sudah merasa terancam dengan posisi pesaing. Orang dengan sikap demikian


(47)

masih hanya berpikir bagaimana supaya usahanya tetap bertahan, tetapi belum berpikir jauh bagaimana supaya usahanya dapat memenangkan persaingan (Rouach dan Santi, 2001).

Keterbatasan Sumber Daya Manusia pada Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang dapat dilihat dari segi pendidikan formal, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tentu sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, serta kemampuan pengusaha dalam meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya (Anoraga & Sudantoko, 2002). Hal tersebut mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh pengusaha kecil masih terbatas pada tipe

sleeper, reactive, dan active.

Sikap assault dan warrior umumnya dimiliki oleh perusahaan besar (Rouach dan Santi, 2001). Akan tetapi, sikap assault dan warrior tidak menutup kemungkinan dimiliki oleh usaha kecil yang mulai berkembang. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sikap assault merupakan sikap kedua yang banyak dimiliki sebagian besar subjek setelah sikap active. Subjek yang tergolong ke dalam sikap assault memiliki persentase sebesar 16,39% dan sikap warrior memiliki persentase sebesar 14,75%. Sikap assault diciri-cirikan dengan sikap yang gencar dalam mencari informasi tentang kondisi persaingan secara strategis, prosedural, dan dengan perencanaan yang matang. Orang dengan sikap demikian memiliki prosedur yang sudah terintegrasi dan perencanaan dalam memonitor setiap kondisi kompetitor, serta memberikan penghargaan terhadap setiap orang-orang yang terlibat dalam competitive intelligence (Rouach dan Santi, 2001). Sikap warrior diciri-cirikan dengan sikap yang berjuang untuk memenangkan


(48)

persaingan. Orang dengan sikap demikian memikirkan strategi dalam menyerang saingan (tidak hanya bertahan), sangat proaktif (inisiatif mengawali adanya perubahan dan tidak menunggu sampai perubahan terjadi). Orang tersebut juga akan mendiskusikan hasil analisisnya terhadap kondisi persaingan sebelum akhirnya mengambil keputusan (Rouach dan Santi, 2001).

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa subjek penelitian yang tergolong ke dalam tipe tidak tergolongkan memiliki persentase sebesar 18,85%. Dalam hal ini beberapa subjek memiliki lebih dari satu tipe sikap yang dominan dari hasil skornya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakkonsistenan sikap subjek. Efek suatu komunikasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi ketidakkonsistenan individu dalam memilih jawaban (dalam Azwar, 2010). Salah satunya karakteristik pesan, yang meliputi: daya tarik bahasa, kemudahan bahasa dimengerti, atau situasi saat pesan tersebut disampaikan, merupakan faktor yang juga mempengaruhi keseriusan dan kemudahan subjek selama mengisi skala penelitian.

Hasil tambahan penelitian akan menunjukkan tipe sikap individu terhadap competitive intelligence berdasarkan faktor-faktor demografis, antara lain: jenis kelamin, usia, level pendidikan, kategorisasi usaha, suku bangsa, dan kecamatan lokasi usaha. Berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 11,48% dari keseluruhan subjek penelitian, sedangkan subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki paling banyak menyebar pada tipe sikap


(49)

mempelajari perbedaan pria dan wanita dalam menyikapi situasi kompetitif dalam usaha. Brush dan Hisrich (1986) menyatakan bahwa pengusaha laki-laki cenderung lebih kompetitif, lebih suka berpikir sistematik, daripada wanita.

Berdasarkan usia, subjek penelitian yang tergolong usia dewasa muda paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 15,57% dari keseluruhan subjek penelitian, dan subjek penelitian yang tergolong usia dewasa madya paling banyak menyebar pada tipe sikap active juga dengan persentase 4,09%. Belum terlalu banyak penelitian yang mempelajari tentang seberapa besar pengaruh usia dalam menyikapi situasi kompetitif. Staw (1991) menyatakan bahwa usia bisa terkait dengan keberhasilan berkompetisi dalam pekerjaannya bila dihubungkan dengan lamanya seseorang menjadi wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman ketika usia seseorang bertambah maka usia memang terkait dengan keberhasilan. Menurut Hurlock (1991), usia dewasa awal (18 tahun sampai 40 tahun) merupakan masa-masa memilih bidang pekerjaan yang cocok dalam bakat, minat dan faktor psikologis yang dimilikinya. Masih banyak orang dewasa muda yang bingung dengan pilihan kariernya dan masih coba-coba untuk berkarier. Menurut Hurlock (1991), masa dewasa madya (usia 40 tahun sampai 60 tahun), bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan sedangkan usia dewasa akhir (usia di atas 60 tahun) merupakan masa dimana orang mulai mengurangi kegiatan kariernya.

Berdasarkan tingkat pendidikan, subjek penelitian yang tingkat pendidikannya SMA paling banyak menyebar pada tipe sikap assault dengan persentase 13,11% dari keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian yang


(50)

tingkat pendidikannya diploma paling banyak menyebar pada tipe sikap sleeper dengan persentase 3,28% dari subjek penelitian, sedangkan subjek penelitian yang tingkat pendidikannya sarjana paling banyak menyebar pada tipe active dengan persentase 7,38%. Belum terlalu banyak penelitian yang mempelajari tentang seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dalam menyikapi situasi kompetitif. Enoch (1992) menyatakan bahwa wirausahawan yang memiliki tingkat pendidikan formal lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola usahanya, mengambil keputusan-keputusan, dan mengatasi masalah yang terjadi. Pendidikan yang lebih tinggi juga dapat meningkatkan produktivitas dan kompetitif (Sirojuzilam, 2008). Menurut penelitian Kim (dalam Meng & Liang, 1996) pada para wirausaha di Singapura, bahwa wirausaha yang berhasil memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik daripada wirausaha yang kurang berhasil.

Berdasarkan lamanya berusaha, subjek penelitian yang lama usahanya 1- 10 tahun paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 17,21% dari keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian yang lama usahanya 11-20 tahun paling banyak menyebar pada tipe sikap reactive dan warrior dengan persentase yang sama yakni 4,09% dari keseluruhan subjek penelitian. Belum terlalu banyak penelitian yang mempelajari tentang seberapa besar pengaruh lamanya berusaha dalam menyikapi situasi kompetitif. Jaworski (2002) juga mengatakan bahwa lamanya waktu yang telah dilalui individu dalam bekerja membuat individu tersebut lebih ahli dalam mencari informasi yang diperlukan dalam pekerjaannya supaya lebih kompetitif. Pengalaman merupakan salah satu


(51)

faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap pada individu (dalam Azwar, 2010). Middlebrook (dalam Azwar, 2010) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

Berdasarkan kategorisasi usaha, subjek penelitian yang kategorisasi usahanya mikro paling banyak menyebar pada tipe sikap active dan assault dengan persentase yang sama yakni 14,75% dari keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian yang kategorisasi usahanya skala kecil paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 5,74%. Perbedaan usaha mikro dan kecil terletak pada jumlah asset yang dimiliki dan jumlah keuntungan yang diperoleh. Penelitian tentang competitive intelligence pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah belum begitu banyak seperti competitive intelligence pada perusahaan besar (Taraf dan Molz, 2006). Meskipun demikian, saat ini sudah mulai banyak berkembang penelitian competitive intelligence yang fokus pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Tarraf & Molz, 2006). Wright et al (dalam Smith, Wright, & Pickton, 2010) menyatakan bahwa sikap yang umumnya dimiliki Usaha Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yakni sleeper, reactive, dan active.

Berdasarkan suku bangsa, subjek penelitian yang suku bangsanya Batak paling banyak menyebar pada tipe sikap active dan warrior dengan persentase yang sama yakni 9,84%. Subjek penelitian yang suku bangsanya Minang paling banyak menyebar pada tipe sikap active. Berdasarkan suku bangsa, subjek penelitian yang suku bangsanya Batak paling banyak menyebar pada tipe sikap


(52)

yang suku bangsanya Minang paling banyak menyebar pada tipe sikap active. Belum terlalu banyak penelitian yang mempelajari tentang seberapa besar pengaruh lamanya berusaha dalam menyikapi situasi kompetitif. Liyanti & Prita (2006) mengatakan bahwa keberhasilan kinerja berwirausaha ini juga turut dipengaruhi oleh suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai karakteristik tertentu yang mendukung keberhasilan berwirausaha. Orang-orang Tionghoa menekankan sistem nilai yang mementingkan kerajinan, kehematan, kemandirian, ketekunan, pengandalan pada diri sendiri, semangat berusaha, keterampilan, serta rasa saling percaya dan kebersamaan yang kuat antar sesama mereka (Tan, 1981). Cunningham (dalam Riyanti 2003) menunjukkan bahwa keberhasilan wirausahawan 49% berkaitan dengan sifat-sifat kepribadian, seperti keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, keinginan untuk berhasil, motivasi diri, percaya diri, berpikir positif, komitmen dan sabar.

Berdasarkan kecamatan lokasi usaha, subjek penelitian yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Tembung paling banyak menyebar pada tipe sikap

reactive dengan persentase 4,91%. Subjek penelitian yang lokasi usahanya di

Kecamatan Medan Petisah paling banyak menyebar pada tipe sikap reactive dengan persentase 6,56%. Subjek penelitian yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Baru paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 6,56%. subjek penelitian yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Area paling banyak menyebar pada tipe sikap assault dengan persentase 4,09%.


(1)

3. Pengertian Competitive Intelligence ... 12

4. Aspek-aspek Competitive Intelligence ... 14

5. Faktor yang mempengaruhi Competitive Intelligence ... 15

6. Ciri-ciri orang yang memiliki Competitive Intelligence ... 17

7. Tipe-Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence ... 18

B. Usaha Mikro dan Kecil (UMK) 1. Pengertian Usaha Mikro dan Kecil (UMK ... 19

2. Kriteria Usaha Mikro dan Kecil (UMK) ... 20

3. Masalah yang dihadapi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) ... .21

4. Usaha Garmen ... 22

C. Gambaran Sikap terhadap Competitive Intelligence pada Pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32

C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel ... 33

1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 33

3. Metode pengambilan sampel ... 34

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 34

E. Uji Validitas dan Reliablitas ... 37


(2)

2. Reliabilitas ... 39

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 40

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 45

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 45

2. Tahap Pelaksanaan penelitian ... 46

3. Tahap Analisis/ Pengolahan data ... 46

H. Metode Analisis Data ... 47

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Subjek Penelitian ... 49

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 50

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 51

4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lamanya Berusaha ... 52

5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kategorisasi usaha ... 53

6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Bangsa ... 54

7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha... ... 55


(3)

C. Hasil Tambahan Penelitian

1. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

2. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Usia ... 61

3. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Tingkat Pendidikan . 62 4. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Lamanya Berusaha . 64 5. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Kategorisasi usaha .. 65

6. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Suku Bangsa ... 67

7. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha... ... 69

D. Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 79

B. Saran... ... 81

1. Saran Praktis ... 81

2. Saran untuk Penelitian Selanjutnya ... 84


(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Blue Print aitem tipe sikap terhadap competitive intelligence... 36

Tabel 2 Distribusi Blue print Aitem Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence Sebelum Diuji Coba ... 41

Tabel 3 Distribusi Aitem Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence Setelah Diuji Coba ... ..43

Tabel 4 Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Competitive Intelligence dengan Penomoran Baru yang digunakan pada Skala Penelitian 44 Tabel 5 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 49

Tabel 6 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia ... 50

Tabel 7 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 51

Tabel 8 Persentase Subjek Berdasarkan Lamanya Berusaha... 52

Tabel 9 Penyebaran Subjek Berdasarkan Kategorisasi Usaha... 53

Tabel 10 Penyebaran Subjek Berdasarkan Suku Bangsa…………....……..54

Tabel 11 Penyebaran Subjek Berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha…...55

Tabel 12 Hasil utama penelitian, Gambaran Tipe Sikap yang dimiliki Pengusaha Garmen terhadap Competitive Intelligence ... 58

Tabel 13 Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Tabel 14 Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Usia…………...61

Tabel 15 Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Tingkat Pendidikan...62

Tabel 16 Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Lamanya Berusaha....64

Tabel 17 Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Kategorisasi Usaha....65

Tabel 18 Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Suku Bangsa……...67

Tabel 19 Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha...69


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka berfikir ... 30

Gambar 2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Gambar 3 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia ...51

Gambar 4 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan...52

Gambar 5 Penyebaran Subjek Berdasarkan Lamanya Berusaha... 53

Gambar 6 Penyebaran Subjek Berdasarkan Kategorisasi Usaha... 54

Gambar 7 Penyebaran Subjek Berdasarkan Suku Bangsa... 55

Gambar 8 Penyebaran Subjek Berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha... 56


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Data Mentah Hasil Uji Coba Skala Sikap Terhadap Competitive

Intelligence

Lampiran B Hasil Analisis Aitem Uji Coba Skala Sikap Terhadap Competitive

Intelligence

Lampiran C Hasil Uji Normalitas Pada Skala Sikap Terhadap Competitive

Intelligence

Lampiran D Distribusi Jawaban Subjek Penelitian

Lampiran E Data Mentah Subjek Penelitian dalam Skala Sikap Terhadap

Competitive Intelligence

Lampiran F Zscore Tipe Sikap Subjek Penelitian

Lampiran G Data dan Kategorisasi Subjek Penelitian