Usaha Garmen USAHA MIKRO DAN KECIL UMK GARMEN 1. Pengertian Usaha Mikro dan Kecil UMK

c. Implikasi perdagangan bebas sebagaimana diketahui AFTA yang mulai berlaku tahun 2003 dan APEC tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Usaha Kecil dan Menengah UKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dan kualitas yang standar d. Sifat produk dengan jangka waktu pendek. Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri dan karakteristik sebagai produk-produk fashion dan kerajinan dengan jangka waktu yang pendek. e. Terbatasnya akses pasar menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.

4. Usaha Garmen

Usaha garmen adalah usaha yang memproduksi pakaian jadi dan perlengkapan pakaian Hulme, 2012. Pakaian jadi adalah segala macam pakaian dari bahan tekstil untuk laki-laki, wanita, anak-anak, dan bayi. Bahan bakunya adalah kain tenun atau kain rajutan. Produknya yakni berupa kemeja shirts, blus blouses, dan rok skirts. Kaus t-shirts, polo shirt, sportswear, pakaian dalam underwear, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara C. GAMBARAN TIPE SIKAP TERHADAP COMPETITIVE INTELLIGENCE PADA PENGUSAHA USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL Kotler dan Susanto 2004 mengatakan bahwa keberhasilan dan kegagalan suatu usaha tergantung dengan strategi dalam memposisikan usaha yang dimiliki dalam persaingan pasar dan perdagangan bebas yang sangat kompetitif, serta kemampuan suatu usaha dalam melaksanakan strateginya secara bertahap dalam menapaki ruang lingkup persaingan usaha, mulai dari skala lokal, skala nasional, sampai berkembang menjadi usaha yang berskala internasional. Pengembangan potensi kewirausahaan khususnya usaha mikro dan kecil diarahkan untuk menjadi pelaku ekonomi yang berdaya saing tinggi di tengah-tengah adanya perdagangan bebas tersebut Badan Perencanaan dan Pengembangan Nasional, 2005. Usaha Mikro dan Kecil UMK yang dapat berkompetisi secara efektif merupakan usaha yang dapat mengetahui lingkungan bisnis, menemukan apa yang akan dilakukan kompetitor, dan mengantisipasi ancaman-ancaman kompetitor. Hal inilah yang disebut competitive intelligence Smith, 2008. Rouach dan Santi 2001 menyatakan bahwa competitive intelligence sebagai tindakan dalam mengumpulkan informasi, memprosesnya dan menyimpannya supaya bisa tersedia bagi semua orang di dalam organisasi, dengan tujuan menjadi bisnis yang lebih baik kelaknya dan dapat melindungi bisnis dari ancaman kompetitif. Calof dalam Strauss, 2008 menyatakan competitive intelligence ini sangat bermanfaat dalam memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Universitas Sumatera Utara pelanggan, kebijakan, kompetitor, dan dapat memprediksikan perubahan- perubahan serta mengambil kesempatan dari situasi-situasi kompetitif. Competitive intelligence juga mampu membangun profil informasi yang dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasikan kekuatan kompetitor, kelemahannya, strateginya, tujuannya, strategi pemasarannya Bose dalam Nasrie, 2011. Berner dalam Nasrie, 2011 juga menambahkan fungsi dari competitive intelligence yakni untuk menantisipasi situasi-situasi mengejutkan dan yang dapat menghancurkan bisnis, untuk mengidentifikasikan peluang bagi organisasi, dan untuk memperbaiki perencanaan jangka panjang maupun pendek. Beberapa studi tentang competitive intelligence hanya fokus pada fungsi, aktivitas atau proses competitive intelligence di dalam suatu lingkungan bisnis. Hanya sedikit penelitian yang mempelajari seberapa besar persepsi dan sikap terhadap lingkungan bisnis tersebut sangat mempengaruhi proses aktivitas dari competitive intelligence itu sendiri dalam Tarraf Molz, 2006. Beberapa studi dan survey tentang competitive intelligence hanya fokus pada perusahaan besar saja sendiri dalam Tarraf Molz, 2006. Groom David dalam Tarraf Molz, 2006 menemukan dalam studinya bahwa perusahaan kecil kurang tertarik dengan proses competitive intelligence. Ada beberapa perbedaan yang cukup nyata di antara banyak perusahaan berhubungan dengan sumber-sumber yang dialokasikan untuk aktivitas competitive intelligence. Perusahaan dengan jumlah pekerja yang lebih banyak akan mempercayakan aktivitas competitive intelligence tersebut kepada pekerja nya Groom David dalam Tarraf Molz, 2006. Oubrich dalam Smith, 2010 Universitas Sumatera Utara menemukan bahwa Usaha Kecil dan Menengah sangat terbatas dalam mengawasi pasar dan persaingan sedangkan perusahaan besar sudah terintegrasi dengan program competitive intelligence sebagai pengembangan strategi. Salah satu perbedaan utama antara usaha kecil dan usaha besar yakni strategi pada usaha kecil lebih dipengaruhi karakter dari pemilik usaha yang sangat berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan Burke, Jarrat, dan McCarthy dalam Tarraf Molz, 2006. Sikap, persepsi, dan kepribadian dari pembuat keputusan tersebut sangat berpengaruh dalam usaha kecil. Wright et al. dalam Smith, Wright, Pickton 2010 dalam studinya tentang competitive intelligence di U.K. menemukan bahwa sikap manager mempunyai pengaruh langsung terhadap aktivitas competitive intelligence. Sikap merupakan hal yang utama bagi pengusaha Usaha Mikro dan Kecil untuk melakukan competitive intelligence dalam Smith et al, 2010. Keinginan pengusaha dalam menyikapi atau meresponi informasi lebih penting dibandingkan dengan isi informasi itu sendiri. Competitive intelligence di dalam Usaha Mikro dan Kecil UMK lebih ditentukan faktor karakter, kesadaran awareness, dan sikap attitude dari pengusahanya sendiri sebagai pembuat keputusan. Competitive intelligence tidak akan dilakukan jika individu belum memiliki sikap yang positif akan pentingnya competitive intelligence dalam Smith, et al 2010. Setiap usaha memerlukan adanya kesadaran organisasi akan pentingnya budaya kompetitif dan competitive intelligence. Tanpa adanya kesadaran dan sikap yang mengawali sangat sulit untuk mengembangkan budaya kompetitif dan competitive intelligence di perusahaan. Universitas Sumatera Utara Survey yang dilakukan oleh Pricewaterhouse-Coopers dalam Amenta, Brownlie, dan Su, 2008 menemukan bahwa 84 pengusaha mengemukakan pengumpulan informasi tentang kompetitor merupakan kunci pertumbuhan usaha mereka. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat 32 pengusaha Usaha Mikro dan Kecil yang sudah aktif mempraktekkan competitive intelligence. Beberapa Usaha Mikro dan Kecil UMK belum aktif berpartisipasi dalam aktivitas competitive intelligence dikarenakan pengusaha yakin bahwa mereka sudah mengenal pasar mereka sendiri dan menganggap hanya sedikit manfaatnya. Rouach dan Santi 2001 menyatakan terdapat tipologi sikap yang dimiliki oleh terhadap competitive intelligence. Adapun tipe-tipe sikap tersebut, antara lain: sikap sleeper, sikap reactive, sikap active, sikap assault, dan sikap warrior. Sikap yang dimiliki oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada umumnya adalah sikap sleeper, reactive, active sedangkan sikap assault dan warrior umumnya dimiliki oleh perusahaan besar Rouach dan Santi, 2001. Rouach dan Santi 2001 menyatakan bahwa sikap sleeper dikarakteristikkan dengan sikap yang tidak takut persaingan, tidak tertarik dengan competitive intelligence, dan sering menganggap bahwa proses competitive intelligence hanya membuang-buang waktu saja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pricewaterhouse- Coopers dalam Amenta, Brownlie, dan Su, 2008 yang menunjukkan bahwa pengusaha Usaha Mikro dan Kecil juga menganggap bahwa manfaat dari competitive intelligence tidak sebanding dengan banyak sumber daya yang harus dikeluarkan, misalnya: uang, waktu, dan orang- orang yang juga masih terbatas dimiliki dalam usaha kecil. Hal ini dikarenakan Universitas Sumatera Utara pengusaha berpikir bahwa usaha lain juga tidak mau tahu tentang persaingan. Sikap sleeper biasanya dimiliki oleh manajemen yang pasif yang meyakini bahwa mereka benar-benar sudah mengetahui yang mereka butuhkan untuk menjalankan bisnis dan tidak perlu mempelajari tentang lingkungan eksternal. Sikap demikian banyak dimiliki oleh usaha kecil. Hal ini dikarenakan usaha kecil masih lemah di dalam hal manajemen dan sumber keuangan Anoraga Sudantoko, 2002. Rouach dan Santi 2001 menyatakan bahwa sikap reactive dikarakteristikkan dengan sikap yang akan merespon hanya jika merasa terancam dengan posisi pesaing. Sikap ini hanya lebih bersifat bertahan dengan ancaman daripada menyerang saingan. Pemimpin bisnis belum percaya akan manfaat dari competitive intelligence. Rouach dan Santi 2001 menyatakan bahwa sikap active dikarakteristikkan dengan sikap yang aktif dalam memahami, menganalisis, dan menginterpretasikan persaingan meskipun sumber daya yang dimiliki terbatas, mulai membentuk orang yang dipekerjakan secara khusus untuk mengkoordinir competitive intelligence. Pemilik usaha sudah dapat melihat bahwa proses competitive intelligence bermanfaat untuk meningkatkan keuntungan, akan tetapi belum melihat adanya tujuan jangka panjang untuk melakukannya. Wright et al dalam Smith, Wright, dan Pickton, 2010 juga menambahkan sikap active yang dimiliki Usaha Mikro Kecil membuat usaha tersebut kurang memiliki proses yang terintegrasi antara hasil dari competitive intelligence untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Pengusaha Usaha Mikro dan Kecil UMK cenderung menggunakannya hanya untuk keputusan jangka pendek dan operasional sehari-harinya, yakni setelah menerima Universitas Sumatera Utara informasi tersebut, langsung bertindak, tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu. 43 menyampaikan bahwa mereka menggunakan informasi kompetitif untuk membantu mereka membuat keputusan tentang perubahan harga dan usaha promosi. Rouach dan Santi 2001 menyatakan bahwa sikap assault dikarakteristikkan dengan sikap yang gencar dalam berburu informasi secara strategis, prosedural, dan dengan perencanaan yang matang. Perusahaan dengan sikap ini biasanya memiliki prosedur yang sudah terintegrasi dan perencanaan dalam memonitor setiap kemajuan kompetitor. Perusahaan ini juga memiliki sumber signifikan mendukung competitive inteligence, serta adanya penghargaan terhadap orang-orang yang terlibat dalam competitive intelligence. Perusahaan dengan sikap assault sudah memiliki bagian unit tertentu yang khusus melakukan aktivitas competitive intelligence beserta adanya manajemen yang sudah baik. Rouach dan Santi 2001 menyatakan bahwa sikap warrior ditunjukkan dengan adanya suatu sikap atau pendirian yang berjuang untuk memenangkan persaingan, sangat proaktif inisiatif mengawali adanya perubahantidak menunggu sampai perubahan terjadi. Usaha yang memiliki sikap demikian didukung oleh alat yang canggih ataupun ahli yang berpengalaman dalam memperlancar proses competitive intelligence, serta adanya sumber yang tidak terbatas, dan adanya proses pembuatan keputusan Hasil penelitian Wright, et al dalam Smith, Wright, Pickton 2010 di Turki menanyakan berbagai perusahaan kecil tentang seberapa sering perusahaan tersebut mengumpulkan informasi tentang kompetitor, teknologi, dan Universitas Sumatera Utara pelanggan dalam Smith, et al 2010. Mereka meresponi dengan berkata, “tidak teratur melakukannya”. Hanya 16,4 persen yang melaporkan bahwa perusahaan mereka mempunyai proses yang tertulis dan sistem yang didedikasikan untuk competitive intelligence. Hampir 8 mengatakan bahwa mereka tidak tahu. 26,8 menyatakan bahwa perusahaan mereka memberikan komitmen yang penuh supaya dapat memahami kompetitor dan sangat merasakan manfaatnya. 44, 7 me nyatakan bahwa “kami terlalu sibuk memikirkan apa yang dikerjakan hari ini dan tidak sempat melakukannya” dan ada yang menyatakan bahwa “competitive intelligence hanya menghabiskan waktu yang begitu berharga”. Tidak seorangpun yang menyatakan dan mengindikasikan bahwa mereka mempunyai proses untuk mengolah informasi kompetitif secara terintegrasi, memonitor kompetitor mereka, dan merumuskan rencana-rencana untuk mengantisipasi perkembangan kompetitor. Keterbatasan Sumber Daya Manusia pada Usaha Mikro dan Kecil UMK yang dapat dilihat dari segi pendidikan formal, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tentu sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, serta kemampuan pengusaha dalam meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya Anoraga Sudantoko, 2002. Hal tersebut mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh pengusaha kecil masih terbatas pada tipe active, reactive, dan active. Universitas Sumatera Utara KERANGKA BERPIKIR Pengembangan Kewirausahaan UMKM Perdagangan bebas Kompetisi Kondisi yang seharusnya Kondisi yang sebenarnya UKM dapat bersaing dan UKM tidak dapat bersaing berkembang mulai dari skala dan mengalami kebangkrutan lokal, nasional, dan internasional Faktor yang menghambat UKM dapat bersaing Perlunya competitive intelligence Peranan sikap dalam competitive intelligence Bagaimanakah gambaran sikap terhadap competitive intelligence pada pengusaha UKM di Medan? Keterangan : Keterangan Menyebabkan Masalah kompetisi pasar dan produk Masalah akses terhadap informasi pasar Masalah Kemitraan Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Globalisasi mengakibatkan banyaknya terjadi permasalahan yang begitu kompleks di Indonesia, seperti halnya dengan tingginya pengangguran. Tingginya pengangguran tersebut disebabkan penciptaan lapangan kerja yang tak mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja. Salah satu potensi yang dikembangkan untuk mengatasi rendahnya jumlah lapangan pekerjaan tersebut yakni potensi kewirausahaan Badan Perencanaan dan Pengembangan Nasional, 2005. Kewirausahaan merupakan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menciptakan dan menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam Inpres No.4 Tahun 1995. Pengembangan potensi kewirausahaan diarahkan untuk menjadi pelaku ekonomi yang berdaya saing tinggi di tengah-tengah adanya perdagangan bebas Badan Perencanaan dan Pengembangan Nasional, 2005. Tiap usaha berkompetisi dalam kancah perekonomian untuk menjadi yang terbaik Anoraga Sudantoko, 2002. Tiap usaha ingin mengembangkan ruang lingkup persaingan yang lebih luas dan tidak hanya memusatkan perhatian pada pasar domestik. Persaingan tersebut juga terkait dengan perdagangan bebas yang harus dihadapi oleh setiap negara, termasuk Indonesia yang juga telah meratifikasi perjanjian Universitas Sumatera Utara