subjek dengan tipe assault yakni sebanyak 2 orang 1,64. Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Barat tergolongkan ke dalam tipe assault
yakni sebanyak 3 orang 2,46, diikuti subjek dengan tipe sleeper dan warrior yakni sebanyak 2 orang 1,64, dan diikuti subjek dengan tipe reactive yakni
sebanyak 1 orang 0,82. Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Amplas tergolongkan ke dalam tipe assault yakni sebanyak 2 orang
1,64, diikuti subjek dengan tipe active dan warrior yakni sama-sama sebanyak 1 orang 0,82. Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Area
tergolongkan ke dalam tipe assault yakni sebanyak 5 orang 4,09, diikuti subjek dengan tipe sleeper dan assault yakni sama-sama sebanyak 4 orang
3,28, diikuti subjek dengan tipe active yakni sebanyak 3 orang 2,46, dan diikuti subjek dengan tipe warrior yakni sebanyak 1 orang 0,82.Untuk subjek
yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Deli tergolongkan ke dalam tipe sleeper yakni sebanyak 3 orang 2,46, diikuti subjek dengan tipe reactive,
active, assault, dan warrior yakni sama-sama sebanyak 1 orang 0,82
D. Pembahasan
Rouach dan Santi 2001 menyatakan terdapat tipologi sikap yang dimiliki oleh terhadap competitive intelligence. Adapun tipe-tipe sikap tersebut,
antara lain: sikap sleeper, sikap reactive, sikap active, sikap assault, dan sikap warrior. Sikap yang dimiliki oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada
umumnya adalah sikap sleeper, reactive, active sedangkan sikap assault dan warrior umumnya dimiliki oleh perusahaan besar Rouach dan Santi, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Hasil utama dari penelitian ini menunjukkan bahwa subjek penelitian paling banyak tersebar dalam tipe sikap active dengan persentase 20,49. Sikap
active diciri-cirikan dengan sikap yang aktif dalam menganalisis dan menginterpretasikan persaingan. Orang dengan sikap demikian sudah melihat
bahwa competitive intelligence bermanfaat untuk tugas operasional sehari-harinya dalam suatu usaha, tetapi belum melihat tujuan jangka panjang untuk
melakukannya Rouach dan Santi, 2001. Pengusaha dengan tipe active sudah memiliki gambaran tentang tugas operasional yang perlu dilakukan pekerjanya
secara kontinu, tetapi belum memahami visi dan misi yang melandasi tugas operasional tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wright et al dalam Smith, Wright Pickton, 2010 juga mengemukakan bahwa Usaha Kecil dan Menengah pada
umumnya tergolong ke dalam tipe sikap sleeper, reactive, dan active. Dalam penelitian ini, subjek yang tergolong ke dalam tipe sikap sleeper memiliki
persentase 15,57 dan sikap reactive memiliki persentase 13,93. Sikap sleeper diciri-cirikan dengan sikap yang tidak tertarik dalam memantau kondisi
persaingan ataupun melakukan competitive intelligence. Orang dengan tipe demikian diciri-cirikan dengan sering berpikir bahwa orang lain juga tidak mau
tahu tentang persaingan. Orang dengan sikap demikian juga meyakini bahwa mereka benar-benar sudah mengetahui yang mereka butuhkan untuk menjalankan
bisnis sehingga tidak perlu mempelajari dunia luar Rouach dan Santi, 2001. Sikap reactive diciri-cirikan dengan sikap yang masih mau merespon reaktif
jika sudah merasa terancam dengan posisi pesaing. Orang dengan sikap demikian
Universitas Sumatera Utara
masih hanya berpikir bagaimana supaya usahanya tetap bertahan, tetapi belum berpikir jauh bagaimana supaya usahanya dapat memenangkan persaingan
Rouach dan Santi, 2001. Keterbatasan Sumber Daya Manusia pada Usaha Mikro dan Kecil
UMK yang dapat dilihat dari segi pendidikan formal, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tentu sangat berpengaruh terhadap manajemen
pengelolaan usahanya, serta kemampuan pengusaha dalam meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya Anoraga Sudantoko, 2002. Hal tersebut
mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh pengusaha kecil masih terbatas pada tipe sleeper, reactive, dan active.
Sikap assault dan warrior umumnya dimiliki oleh perusahaan besar Rouach dan Santi, 2001. Akan tetapi, sikap assault dan warrior tidak menutup
kemungkinan dimiliki oleh usaha kecil yang mulai berkembang. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sikap assault merupakan sikap kedua yang
banyak dimiliki sebagian besar subjek setelah sikap active. Subjek yang tergolong ke dalam sikap assault memiliki persentase sebesar 16,39 dan sikap warrior
memiliki persentase sebesar 14,75. Sikap assault diciri-cirikan dengan sikap yang gencar dalam mencari informasi tentang kondisi persaingan secara strategis,
prosedural, dan dengan perencanaan yang matang. Orang dengan sikap demikian memiliki prosedur yang sudah terintegrasi dan perencanaan dalam memonitor
setiap kondisi kompetitor, serta memberikan penghargaan terhadap setiap orang- orang yang terlibat dalam competitive intelligence Rouach dan Santi, 2001.
Sikap warrior diciri-cirikan dengan sikap yang berjuang untuk memenangkan
Universitas Sumatera Utara
persaingan. Orang dengan sikap demikian memikirkan strategi dalam menyerang saingan tidak hanya bertahan, sangat proaktif inisiatif mengawali adanya
perubahan dan tidak menunggu sampai perubahan terjadi. Orang tersebut juga akan mendiskusikan hasil analisisnya terhadap kondisi persaingan sebelum
akhirnya mengambil keputusan Rouach dan Santi, 2001. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa subjek penelitian yang tergolong
ke dalam tipe tidak tergolongkan memiliki persentase sebesar 18,85. Dalam hal ini beberapa subjek memiliki lebih dari satu tipe sikap yang dominan dari hasil
skornya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakkonsistenan sikap subjek. Efek suatu komunikasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
ketidakkonsistenan individu dalam memilih jawaban dalam Azwar, 2010. Salah satunya karakteristik pesan, yang meliputi: daya tarik bahasa, kemudahan bahasa
dimengerti, atau situasi saat pesan tersebut disampaikan, merupakan faktor yang juga mempengaruhi keseriusan dan kemudahan subjek selama mengisi skala
penelitian. Hasil tambahan penelitian akan menunjukkan tipe sikap individu
terhadap competitive intelligence berdasarkan faktor-faktor demografis, antara lain: jenis kelamin, usia, level pendidikan, kategorisasi usaha, suku bangsa, dan
kecamatan lokasi usaha. Berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan paling banyak menyebar pada tipe sikap active
dengan persentase 11,48 dari keseluruhan subjek penelitian, sedangkan subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki paling banyak menyebar pada tipe sikap
assault dengan persentase 10,66. Belum terlalu banyak penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
mempelajari perbedaan pria dan wanita dalam menyikapi situasi kompetitif dalam usaha. Brush dan Hisrich 1986 menyatakan bahwa pengusaha laki-laki
cenderung lebih kompetitif, lebih suka berpikir sistematik, daripada wanita. Berdasarkan usia, subjek penelitian yang tergolong usia dewasa muda
paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 15,57 dari keseluruhan subjek penelitian, dan subjek penelitian yang tergolong usia dewasa
madya paling banyak menyebar pada tipe sikap active juga dengan persentase 4,09. Belum terlalu banyak penelitian yang mempelajari tentang seberapa besar
pengaruh usia dalam menyikapi situasi kompetitif. Staw 1991 menyatakan bahwa usia bisa terkait dengan keberhasilan berkompetisi dalam pekerjaannya bila
dihubungkan dengan
lamanya seseorang
menjadi wirausaha.
Dengan bertambahnya pengalaman ketika usia seseorang bertambah maka usia memang
terkait dengan keberhasilan. Menurut Hurlock 1991, usia dewasa awal 18
tahun sampai 40 tahun merupakan masa-masa memilih bidang pekerjaan yang cocok dalam bakat, minat dan faktor psikologis yang dimilikinya. Masih banyak
orang dewasa muda yang bingung dengan pilihan kariernya dan masih coba-coba untuk berkarier. Menurut Hurlock 1991, masa dewasa madya usia 40 tahun
sampai 60 tahun, bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan sedangkan usia
dewasa akhir usia di atas 60 tahun merupakan masa dimana orang mulai
mengurangi kegiatan kariernya. Berdasarkan tingkat pendidikan, subjek penelitian yang tingkat
pendidikannya SMA paling banyak menyebar pada tipe sikap assault dengan persentase 13,11 dari keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
tingkat pendidikannya diploma paling banyak menyebar pada tipe sikap sleeper dengan persentase 3,28 dari subjek penelitian, sedangkan subjek penelitian yang
tingkat pendidikannya sarjana paling banyak menyebar pada tipe active dengan persentase 7,38. Belum terlalu banyak penelitian yang mempelajari tentang
seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dalam menyikapi situasi kompetitif. Enoch 1992 menyatakan bahwa wirausahawan yang memiliki tingkat
pendidikan formal lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola usahanya, mengambil keputusan-keputusan, dan mengatasi masalah
yang terjadi. Pendidikan yang lebih tinggi juga dapat meningkatkan produktivitas dan kompetitif Sirojuzilam, 2008. Menurut penelitian Kim dalam Meng
Liang, 1996 pada para wirausaha di Singapura, bahwa wirausaha yang berhasil memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik daripada wirausaha yang kurang
berhasil. Berdasarkan lamanya berusaha, subjek penelitian yang lama usahanya 1-
10 tahun paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 17,21 dari keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian yang lama usahanya
11-20 tahun paling banyak menyebar pada tipe sikap reactive dan warrior dengan persentase yang sama yakni 4,09 dari keseluruhan subjek penelitian. Belum
terlalu banyak penelitian yang mempelajari tentang seberapa besar pengaruh lamanya berusaha dalam menyikapi situasi kompetitif. Jaworski 2002 juga
mengatakan bahwa lamanya waktu yang telah dilalui individu dalam bekerja membuat individu tersebut lebih ahli dalam mencari informasi yang diperlukan
dalam pekerjaannya supaya lebih kompetitif. Pengalaman merupakan salah satu
Universitas Sumatera Utara
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap pada individu dalam Azwar, 2010. Middlebrook dalam Azwar, 2010 mengatakan bahwa tidak adanya
pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.
Berdasarkan kategorisasi usaha, subjek penelitian yang kategorisasi usahanya mikro paling banyak menyebar pada tipe sikap active dan assault
dengan persentase yang sama yakni 14,75 dari keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian yang kategorisasi usahanya skala kecil paling banyak menyebar
pada tipe sikap active dengan persentase 5,74. Perbedaan usaha mikro dan kecil terletak pada jumlah asset yang dimiliki dan jumlah keuntungan yang diperoleh.
Penelitian tentang competitive intelligence pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah belum begitu banyak seperti competitive intelligence pada perusahaan
besar Taraf dan Molz, 2006. Meskipun demikian, saat ini sudah mulai banyak berkembang penelitian competitive intelligence yang fokus pada Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah Tarraf Molz, 2006. Wright et al dalam Smith, Wright, Pickton, 2010 menyatakan bahwa sikap yang umumnya dimiliki Usaha Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah yakni sleeper, reactive, dan active. Berdasarkan suku bangsa, subjek penelitian yang suku bangsanya Batak
paling banyak menyebar pada tipe sikap active dan warrior dengan persentase yang sama yakni 9,84. Subjek penelitian yang suku bangsanya Minang paling
banyak menyebar pada tipe sikap active. Berdasarkan suku bangsa, subjek penelitian yang suku bangsanya Batak paling banyak menyebar pada tipe sikap
active dan warrior dengan persentase yang sama yakni 9,84. Subjek penelitian
Universitas Sumatera Utara
yang suku bangsanya Minang paling banyak menyebar pada tipe sikap active. Belum terlalu banyak penelitian yang mempelajari tentang seberapa besar
pengaruh lamanya berusaha dalam menyikapi situasi kompetitif. Liyanti Prita 2006 mengatakan bahwa keberhasilan kinerja berwirausaha ini juga turut
dipengaruhi oleh suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai karakteristik tertentu yang mendukung keberhasilan berwirausaha. Orang-orang Tionghoa
menekankan sistem nilai yang mementingkan kerajinan, kehematan, kemandirian, ketekunan, pengandalan pada diri sendiri, semangat berusaha, keterampilan, serta
rasa saling percaya dan kebersamaan yang kuat antar sesama mereka Tan, 1981. Cunningham dalam Riyanti 2003 menunjukkan bahwa keberhasilan
wirausahawan 49 berkaitan dengan sifat-sifat kepribadian, seperti keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, keinginan untuk berhasil, motivasi diri,
percaya diri, berpikir positif, komitmen dan sabar. Berdasarkan kecamatan lokasi usaha, subjek penelitian yang lokasi
usahanya di Kecamatan Medan Tembung paling banyak menyebar pada tipe sikap reactive dengan persentase 4,91. Subjek penelitian yang lokasi usahanya di
Kecamatan Medan Petisah paling banyak menyebar pada tipe sikap reactive dengan persentase 6,56. Subjek penelitian yang lokasi usahanya di Kecamatan
Medan Baru paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 6,56. subjek penelitian yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Area paling
banyak menyebar pada tipe sikap assault dengan persentase 4,09.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN