b. RSS-II Kriteria warna cokelat, bebas kontaminan, boleh mengandung sedikit
gelembung udara sebesar kepala jarum dan letaknya berserakan. c. RSS-III
Kriteria warna cokelat, kokoh, bersih, diperbolehkan mengandung gelembung udara yang letaknya berserakan.
d. Cutting Merupakan guntingan kecil-kecil dari hasil guntingan RSS I dan RSS II,
RSS III dan boleh ada karet mentah. 9. Gudang Produksi
Gudang produksi berfungsi untuk menyimpan produksi yang siap untuk di-export.
2.6. Mesin dan Peralatan
Untuk melakukan proses produksinya PTP. Nusantara II Persero Kebun Sei Silau, menggunakan mesin-mesin dan juga peralatan-peralatan produksi yang
sangat berperan dalam menghasilkan produk yang berkualitas.
2.6.1. Mesin
Beberapa Mesin dan Peralatan yang digunakan dalam proses produksi lateks cair antara lain dapat dilihat berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
1. Mesin Sheeter
Kapasitas : 50 kgjam Power
: 75 Hp Tegangan : 220380 v
Fasa : 3 fasa
Frekuensi : 50 Hz Putaran
: 300, 320 rpm
Gambar 2.2. Mesin Sheeter
Fungsi : Menggiling koagulum dari bak koagulasi menjadi lembaran sheet
dengan tebal 2 - 4 mm. 2. Mesin Press Ball
Kapasitas : 1000 kgjam Power
: 75 Hp Tegangan : 220380 v
Fasa : 3 fasa
Frekuensi : 50 Hz Putaran
: 250 rpm
Universitas Sumatera Utara
Fungsi : Untuk memadatkan lembaran sheet menjadi bentuk ball 113 kg
lose ball.
Gambar 2.3. Mesin Press Ball
3. Stirer Mesin Pengaduk Power
: 30 Hp Tegangan : 220380 v
Fasa : 3 fasa
Frekuensi : 50 Hz Putaran
: 30 rpm Fungsi
: untuk menghomogenkan air dengan lateks murni karet alam di
bak pengenceran.
Gambar 2.4. Stirer Mesin Pengaduk
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Peralatan Produksi
Peralatan produksi ribbed smoke sheet RSS adalah sebagai berikut: 1. Lori Sheet
Gambar 2.5. Lori Sheet
Fungsi : Tempat penjemuran sheet atau pengeringan sheet sebelum masuk kamar pengasapan
Kapasitas : 504 - 604 lembar 2. Bak koagulasi
Fungsi : Sebagai tempat lateks yang telah diencerkan untuk
pembekuandengan formic acid 7,5-9,0 kgton kering Kapasitas : 600 literbak
Jumlat : 132 buah
Ukuran : 3,00 x 0,720 x 0,400 m
Gambar 2.6. Bak koagulasi
Universitas Sumatera Utara
3. Plat Scooten Ukuran
: 0,7 x 43,5 x 0,002 m Fungsi
: Pembatas lateks yang akan menggumpal pada bak koagulasi untuk membentuk lembaran sheet.
Gambar 2.7. Plat Scooten
4. pH meter, Metrolax, Timbangan Analytic, Thermometer Bimetal Fungsi
: Untuk mengukur suhu pada saat pengasapan dalam ruang kamar asap.
Gambar 2.8. a pH meter, b Metrolax, c Timbangan Analytic, dan d
Thermometer Bimetal
5. Alat Titrasi Kapasitas : 50 ml
Fungsi : Sebagai alat penguji NH
3
pada lateks.
Universitas Sumatera Utara
6. Oven DRC Merk
: Sanyo OMT oven Nomor seri : OMT 225xxx2C
Fungsi : Alat pengering lembaran sampel sheet olahan dimana mempunyai fungsi yang sama dengan kamar asap pada tahapan
pengolahan. Lokasi : Laboratorium
Gambar 2.9. Oven DRC
7. Alat Dorong Fungsi
: Alat bantu angkut bandela lose bale.
Gambar 2.10. Alat Dorong
Universitas Sumatera Utara
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Decision Making Unit DMU
1
Data Envelopment Analysis DEA adalah sebuah metodologi yang didasarkan pada sebuah aplikasi menarik pemrograman linier. Data Envelopment
Analysis awalnya dikembangkan untuk ukuran kinerja. Setelah berhasil digunakan untuk menilai kinerja relatif dari serangkaian perusahaan yang menggunakan
berbagai input yang identik untuk menghasilkan berbagai output yang identik. Data Envelopment Analysis DEA adalah pemrograman linier yang
didasarkan pada teknik untuk mengukur efisiensi kinerja pada unit organisasi yang disebut unit pengambilan keputusan DMUs . Teknik ini bertujuan untuk
mengukur seberapa efisien sebuah decision making unit menggunakan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan serangkaian output charnes et al.1978 .
Pengambilan keputusan pada unit manufaktur dapat mengikut sertakan unit, departement organisasi besar seperti perguruan tinggi, sekolah, bank cabang
rumah sakit, pembangkit listrik, pos polisi, kantor pajak, penjara,bagian pertahanan, satu set dari perusahaan yang atau bahkan berlatih individu seperti
para praktisi medis. Keberhasilan data envelopment analysis telah diterapkan untuk mengukur kinerja dari semua ini efisiensi jenis DMUs.
Sebagian besar DMUs ini merupakan yang tidak organisasi nirlaba, dimana pengukuran efisiensi kinerja sulit. Catatan bahwa efisiensi organisasi
1
Ramanathan, R. An Introduction Data Envelopment Analysis. Pages 25-26
Universitas Sumatera Utara