BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Endometriosis sebagai penyakit yang bergantung pada estrogen terjadi pada 5 – 19 wanita usia reproduksi di Amerika
Serikat. Endometriosis didefinisikan sebagai timbulnya jaringan endometrium diluar kavum uteri.
1
Umumnya terjadi pada peritoneum pelvis dan ovarium, namun juga dapat ditemukan di berbagai tempat
yang jarang seperti ureter, kandung kemih, perikardium, dan pleura. Gambaran utamanya berupa nyeri kronik pelvis, nyeri saat koital dan
infertilitas.
1,2
Walaupun penyebab pasti endometriosis belum diketahui, namun sejumlah penelitian berupaya untuk menjabarkan patofisiologi
endometriosis. Pengenalan akan patofisiologi endometriosis yang adekuat diharapkan dapat membawa alur pemikiran pada
penatalaksanaan endometriosis yang lebih spesifik. Peranan estrogen terhadap perkembangan endometriosis telah
terbukti secara definitif. Suasana yang hipoestrogenik terbukti menghambat pertumbuhan endometriosis. Hal ini menyebabkan
pada awalnya pengobatan endometriosis adalah dengan pemberian obat-obatan yang mengakibatkan kondisi hipoestrogen sistemik.
3
4,5
Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa kadar estrogen lokal ternyata sangat meningkat pada endometriosis dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
endometrium normal.
,6,7
Penelitan Hutinen dkk. 2012 dilakukan dengan cara mengukur kadar estradiol dan estrone serum serta
kadar estradiol dan estrone jaringan endometriosis pada kelompok penderita endometriosis dan kelompok wanita yang sehat
menemukan bahwa kadar estrogen sistemik penderita endometriosis tidak berbeda dibandingkan wanita normal, namun kadar estrogen
lokal dari ekstrak jaringan endometriosis menunjukkan perbedaan bermakna antara penderita endometriosis dibandingkan wanita
normal, dimana pada endometriosis jauh lebih tinggi. Penelitian lainnya berupaya mencari bukti apakah benar
peningkatan kadar estrogen lokal pada endometriosis itu merupakan hasil dari produksi lokal atau distribusi terlokalisir estrogen.
Aromatase P450 sebagai enzim yang mengkonversi androstenedion menjadi estrone pada tubuh, baik pada kulit, adrenal dan ovarium,
merupakan enzim yang menjadi indikator produksi estrogen. Ternyata pada penelitian ditemukan ekspresi aromatase P450 di
jaringan endometriosis dan tidak ditemukan ekspresi aromatase P450 tersebut pada endometrium normal, walaupun secara
histologis endometriosis identik dengan endometrium. Noble 1997
menemukan peningkatan aromatase P450 pada stroma endometriosis, sementara Kusuki menemukan peningkatan ekspresi
aromatase P450 pada epitel glandular endometriosis dengan menggunakan pemeriksaan imunohistokimia.
7
2,8
Estrone yang dikonversi oleh aromatase P450 dari androstenedione selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
akan diubah menjadi 17β estradiol, estrogen yang lebih poten, oleh 17β hydroxysteroid dehidrogenase 17 βHSD. Estradiol ini akan
mengakibatkan dampak metabolik terhadap pasien endometriosis. Valesco dkk. 2006 melakukan kultur terhadap jaringan
endometriosis dan menemukan ekspresi aromatase secara bermakna ditemukan pada jaringan endometriosis kultur tersebut
dan tidak ditemukan ekspresi aromatase P450 pada jaringan endometrium normal.
8
Peranan aromatase P450 pada patofisiologi perkembangan endometriosis ini juga yang menjadi dasar penggunaan aromatase
inhibitor dalam mengatasi nyeri pelvik dan infertilitas yang sering terjadi pada endometriosis, dengan efek yang lebih minimal dan
efikasi yang lebih baik. Karena hal tersebut, peneliti ingin meneliti bagaimana ekspresi
aromatase P450 pada endometriosis, sebagai endometrium ektopik jika dibandingkan endometrium normal.
4
1.2. Rumusan Masalah