Faktor Geostrategi Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara

185 ke empat matra POLRI termasuk ABRI. Upaya ini dilakukan pada tahun 1966 dalam seminar Hankam yang berhasil menyusun doktrin Catur Dharma Eka Kharma. Pada tahun 1966 pertama kali dikumandangkan istilah wawasan nusantara sebagai wawasan hankamnas. Kemudian wawasan nusantara ditingkatkan menjadi wawasan nasional Indonesia, sehingga wawasan hankamnas menjadi bagian dari wawasan nusantara.

3. Faktor Geostrategi

Indonesia berada pada posisi silang dunia yang sangat strategis. Posisi silang demikian membawa pengaruh kehidupan terhadap bangsanya. Pengaruh tersebut dapat merupakan pengaruh yang baik dan buruk. Negara harus lebih mempertimbangkan dan memperhatikan pengaruh-pengaruh yang tidak menguntungkan, lebih-lebih jika posisi silang Indonesia ini dikaitkan dengan sumber-sumber kekayaan alamnya, maka bahayaancaman dari luar akan lebih besar lagi. Posisi silang Indonesia jika kita kaji lebih dalam, ternyata tidak hanya bersifat fisik-geografis belaka, tetapi juga bersifat sosial-politik seperti berikut ini. 1 Secara demografis, penduduk di sebelah selatan jarang Australia, sedang disebelah utara cukup padat RRC. 2 Secara ideologis, terletak di antara liberalisme di Selatan dan komunisme di utara; antara liberal di Selatan dan sistem diktator proletariat di utara. 3 Secara politis, sistem demokrasi liberal di selatan, dan sistem diktator proletariat di utara. 4 Secara ekonomis, terletak di antara sistem ekonomi kapitalis di selatan dan sistem ekonomi sosialis terpusat di utara. 5 Secara sosial, terletak di antara individualisme di selatan dan sosialisme di utara. 6 Secara budaya, terletak di antara kebudayaan barat di selatan dan kebudayaan timur di utara. 7 Secara hankam, terletak di antara pertahanan maritim di selatan dan pertahanan kontinental di utara. Keberadaan Indonesia pada posisi silang menimbulkan proses akulturasi yang menjadikan bangsa Indonesia seperti sekarang ini, baik kehidupan sosial, religi, bahasa, maupun budayanya. Di pihak lain pada posisi tersebut memberikan dua alternatif yang harus diambil oleh bangsa Indonesia yaitu i terus menerus menjadi obyek lalulintas kekuatan dan ii ikut serta mengatur ―lalu-lintas‘ kekuatan dalam arti berperan sebagai subyek. Hal ini bila dihubungkan dalam bercaturan politik luar negeri yang bebas aktif. Pengaruh-pengaruh buruk dari posisi silang harus dihadapi dan diatasi, untuk itu diperlukan suatu konsep ketahanan nasional yang dilandasi wawasan nusantara.

4. Historis dan Yuridis Formal Wawasan Nusantara