Tugas Kelompok Partisipasi dalam Penegakan HAM

135 kekerasan dari pihak manapun. Untuk memenuhi rasa keadilan, setiap korban pelanggaran hak-hak asasi manusia yang berat berhak memperoleh ganti rugi oleh negara kompensasi, ganti rugi oleh pelaku atau oleh pihak ketiga. Sejak reformasi sampai sekarang telah terjadi kemajuan peraturan di bidang HAM. Kemajuan itu di antaranya ditunjukkan i lahirnya Ketetapan MPR No. XVIIIMPR1998 Tentang Hak Asasi Manusia, ii UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, iii UU No. 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, dan iv UUD 1945 hasil amandemen pasal 28A sd 28J yang semuanya memuat tentang HAM. Indonesia dianggap telah banyak melakukan pelanggaran HAM berat terhadap rakyatnya, seperti kasus Timor Timur, Aceh, Papua, Tanjung Priok dan sebagainya. Sorotan dunia terjadi karena upaya penegakan HAM melalui pengadilan HAM ad hoc dinilai belum mampu mengadili penanggung jawab utama kasus-kasus di atas, sehingga ada kesan yang dikorbankan adalah bawahan. Beberapa bentuk partisipasi dalam penegakkan HAM di antaranya ialah sebagai berikut. 1 Mendukung pemerintah dalam menegakkan HAM melalui pengadilan HAM. 2 Mendukung pemerintah dalam menegakkan HAM melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. 3 Memberikan masukan agar setiap kebijakan publik selalu bernuansa HAM. 4 Melakukan kontrol pada pemerintah agar berbagai kebijakannya sejalan dengan HAM. 5 Melaporkan setiap pelanggaran HAM kepada aparat yang berwenang. 6 Mendesak DPR untuk mencabut UU yang praktiknya melanggar HAM. 7 Mengkritisi kinerja Komnas HAM. Latihan a. Tugas Individual 1 Uraikan prosedur penegakan HAM melalui Peradilan HAM 2 Jelasan bentuk jaminan terhadap para korban dan saksi 3 Diskripsikan proses penegakan HAM melalui Komnas HAM 4 Jelaskan proses Pengadilan HAM Ad Hoc 5 Uraikan hambatan dan tantangan dalam penegakan HAM di Indonesia 6 Jelaskan partisipasi warga negara dalam Penegakan HAM di Indonesia

b. Tugas Kelompok

Bentuklah 5 kelompok di kelasmu, masing-masing kelompok membuat makalah untuk dipresentasikan di depan kelas dengan topik sebagai berikut. 1 Penegakan HAM melalui Peradilan HAM 2 HAM di Indonesia Setelah Reformasi 3 Jaminan terhadap Para Korban dan Saksi

4 Hambatan dan Tantangan dalam Penegakan HAM di Indonesia

5 Berpartisipasi dalam Penegakan HAM Sebaiknya Kamu Tahu Covenants of Human Rights : konvensi HAM PBB, disetujui pada sidang PBB tangal 16 Desember 1966 136 CCPR : Covenant on Civil and Political Rights konvensi hak sipil dan politik PBB Declaration on the Rights of the Child of 1959 : Deklarasi PBB mengenai Hak-hak Anak tahun 1959 Declaration on the International Year of the Child of 1979 : deklarasi PBB tentang Tahun anak-Anak Internasional. Freedom of Speech : kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat Freedom of Religion : kebebasan untuk beragama Freedom from Fear : kebebasan dari ketakutan Freedom from Want : kebebasan dari kemelaratan Habeas Corpus Act 1679 : salah satu tonggak HAM Kompensasi : ganti rugi atas pelanggaran HAM yang berat oleh negara. Kejahatan genosida : perbuatan yang dilakukan dengan maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis atau kelompok agama tertentu. La Declaration des Droits de l‟homme et du Citoyen di Prancis 1789. The Four Freedom : empat hak asasi manusia menurut Franklin D. Roosevelt mantan Presiden AS Universal Declaration of Human Rights : deklarasi HAM PBB pada 10 Desember 1948 di Paris. Magna Charta : tonggak pertama HAM di Inggris 1215 Personal rights : hak asasi pribadi meliputi i hak akan kebebasan berpendapat, ii hak akan kebebasan beragama, iii hak akan kebebasan bergerak, dan sebagainya. Property rights : hak asasi ekonomi meliputi i hak memiliki, ii hak manfaat, iii hak membeli, iv hak menjual, dan sebagainya Procedural rights : hak asasi keadilan meliputi i hak mendapatkan keadilan, ii hak mendapatkan peradilan, iii hak mendapatkan perlindungan, dan sebagainya Political rights : hak asasi politik meliputi i hak untuk memilih dan ii hak untuk dipilih, Pengadilan HAM ad hoc : Pengadilan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum diundangkannya UU No. 26 Tahun 2000. Restitusi : ganti rugi atas pelanggaran HAM oleh pelaku atau pihak ketiga. Rehabilitasi : pemulihan pada kedudukan semula, seperti: nama baik, jabatan, kehormatan atau hak-hak lain. Social and cultural rights : hak asasi sosial dan kebudayaan meliputi i hak mendapatkan pendidikan dan ii hak mengembangkan kebudayaan, dan sebagainya Save the Children Fund 137 International Union : Deklarasi Jenewa 1924 tentang pembentukan Uni Internasional Dana dan Keselamatan Anak-Anak UNICEF : United Nations Childrens FundDana PBB untuk Anak-Anak. UU No. 8 Tahun 1998 : Tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam 138

BAB VI KONSTITUSI NEGARA

A. Pengertian dan Konsep Dasar Konstitusi

Istilah dalam bahasa Inggris constitution atau dalam bahasa Belanda constitutie secara harafiah sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Undang- Undang Dasar. Permasalahannya penggunaan istilah undang-undang dasar adalah bahwa kita langsung membayangkan sesuatu naskah tertulis. Padahal istilah constitution bagi banyak sarjana ilmu politik merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan peraturan –peraturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Kebiasaan menerjemahkan istilah constitution menjadi undang-undang dasar, hal ini sesuai dengan kebiasaan orang Belanda dan Jerman, yang dalam percakapan sehari-hari memakai kata Grondwet grond = dasar; wet = undang-undang dan grundgesetz grund = dasar; gesetz = undang-undang yang keduanya menunjukkan naskah tertulis Miriam Budiardjo, 2007: 95. Pengertian konstitusi itu dalam praktik ketatanegaraan pada umumnya dipahami secara i lebih luas daripada undang-undang dasar atau ii sama dengan pengertian undang-undang dasar. Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas daripada pengertian undang-undang dasar karena pengertian undang-undang dasar hanya meliputi naskah tertulis saja dan di samping itu masih terdapat konstitusi yang tidak tertulis, yang tidak tercakup dalam undang-undang dasar Kaelan, 2004:180. Para penyusun Undang-Undang Dasar 1945 menganut arti konstitusi lebih luas daripada undang-undang dasar karena dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dikatakan bahwa Undang-Undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar negara itu. Undang-Undang Dasar adalah hukum yang tertulis, sedang di sampingnya Undang-Undang Dasar berlaku juga Hukum Dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis . Namun, dalam masa Republik Indonesia Serikat, yaitu antara 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950, penyusun Konstitusi RIS menerjemahkan secara sempit istilah konstitusi sama dengan undang-undang dasar. Hal ini terbukti dengan disebutnya istilah Konstitusi Republik Indonesia Serikat bagi Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Serikat Totopandoyo, 1981: 25-26. Menurut E.C.S Wade dalam bukunya Constitutional Law Miriam Budiardjo, 2007, 96 undang-undang dasar adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok- pokok cara kerja badan-badan tersebut. Ditinjau dari segi kekuasaan undang-undang dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas-asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan itu dibagi antara beberapa lembaga kenegaraan. Mengacu konsep trias politika, kekuasaan dibagi antara badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Undang-undang dasar menentukan bagaimana pusat-pusat kekuasaan itu bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lain. Undang-undang dasar merekam hubungan- hubungan kekuasaan dalam suatu negara.