54 Secara kodrati setiap individu manusia memiliki kehendak untuk menyampaikan
atau tidak menyampaikan dan menerima atau menolak suatu hal yang menjadi buah pikirannya kepada orang lain. Jika kehendak ini tidak bisa diwujudkan, hak-hak orang untuk
mengemukakan pendapat telah dirampas dan dikekang. Mengkomunikasikan sesuatu yang ada pada akal manusia merupakan kebutuhan fundamental dalam nilai kehidupan manusia.
Sejak terbentuknya masyarakat dengan kehidupan yang sederhana sampai dengan kehidupan yang modern hak kemerdekaan berpendapat sangat menetukan perkembangan
masyarakat tersebut.
Jaminan perlindungan hak kemerdekaan mengemukakan pendapat ini tertuang dalam peraturan nasional maupun internasional sebagai berikut.
1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Pasal 19
Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan mempunyai pendapat-pendapat dengan tidak mendapat
gangguan, dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat-pendapat dengan cara apapun juga dan tidak memandang batas-
batasnya.
2 Kovenan hak-hak Sipil dan Politik, Pasal 19
Setiap orang berhak untuk mempunyai pendapat tanpa mengalami gangguan. Selain itu, setiap orang berhak untuk mencari, menerima, dan menyampaikan segala macam
penerangan dan gagasan tanpa menghiraukan pembatasan-pembatasan, baik secara lisan maupun tulisan atau tercetak, dalam bentuk seni, atau melalui media lain
menurut pilihannya.
Pelaksanaan hak-hak yang tercantum dalam ayat-ayat dari Pasal ini membawakan kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab yang khusus. Oleh sebab itu, dapat
dikenakan pembatasan-pembatasan tertentu, tetapi pembatasan-pembatasan ini terbatas pada yang sesuai dengan ketentuan hukum dan yang perlu, yaitu dalam hal untuk
menghormati hak-hak atau nama baik orang lain, dan untuk perlindungan keamanan nasional atau ketertiban umum, atau kesehatan dan moral umum.
3. Pasal 28 Undang Undang Dasar 1945. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisandan sebagainya ditetapkan dengan Undang Undang. Selanjutnya dalam Pasal 28 E ayat 3 disebutkan bahwa setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Lebih jauh lagi amandeman UUD 1945 dalam Pasal 28 F menyatakan bahwa setiap orang yang berhak
untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan diri dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenia saluran yang tersedia.
Undang-Undang Dasar 1945 menjadi faktor penting yang selama perjalanan bangsa ini telah berhasil mengikat bangsa Indonesia yang berbhinneka dalam suku bangsa,
bahasa, budaya, agama, adat istiadat. Oleh karena itu penyempurnaan dalam amandemen dirasakan perlu dan tentunya dengan menyesuaikan keadaan di masyarakat agar UUD
1945 dapat terus menerus menjadi konsitusi yang efektif, mengikat dan memberikan semangat bagi bangsa Indonesia.
2. Persamaan Hak untuk Berunjuk Rasa UU No.91998
Melalui Undang-Undang No 9 tahun 1998 tata cara penyampaian pendapat di muka umum diatur sebagai berikut.
55 1
Unjuk rasa atau demonstrasi sebagai bentuk penyampaian pendapat di muka umum yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya secara demonstratif. Demonstrasi diartikan sebagai unjuk rasa; tindakan bersama untuk menyatakan protes.
Pendapat yang disampaikan dalam unjuk rasa bisa juga berupa kritik konstruktif atas kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam berdemontrasi para
demonstran harus tetap menjaga ketertiban, kedamaian, keamanan, dan tidak bertindak anarkis dengan secara sewenang-wenang merusak fasilitas umum
seperti rambu-rambu lalu lintas, telpon umum, dan sebagainya. Demontrasi yang dilakukan secara anarkis hanya akan menimbulkan kerusuhan dan
kerugian. Berunjuk rasa bisa menggunakan media seperti poster, spanduk- spanduk yang bertuliskan pesan, pendapat, protes, atau kritik.
2 Pawai sebagai cara penyampaian pendapat di muka umum dengan arak-
arakan di jalan umum. 3
Rapat umum sebagai cara mengemukakan pendapat dengan pertemuan terbuka yang dilakukan untuk menyampaikan pendapat dengan tema
tertentu. 4
Mimbar bebas sebagai cara penyampaian pendapat di muka umum dengan mengadakan pertemuan yang dilakukan secara bebas tanpa tema tertentu.
Cara mengemukakan pendapat apapun yang digunakan, setiap orang harus menjunjung tinggi keutuhan, persatuan, dan kesatuan bangsa, menjauhkan diri dari
permusuhan, kebencian dengan sesama, dan jangan sampai melakukan penghinaan, pelecehan terhadap suku, agama, ras, antargolongan dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebaiknya Anda Tahu Unjuk Rasa Tuntut Pendidikan Murah
Samarinda, Kompas - Puluhan aktivis mahasiswa dari organisasi massa yang mengatasnamakan Forum Solidaritas Mahasiswa dan Rakyat Peduli Pendidikan
Kalimantan Timur melakukan unjuk rasa di halaman Kantor Gubernur Kalimantan Timur, Selasa 45. Pengunjuk rasa menuntut agar Pemerintah Provinsi Kaltim memberikan
pendidikan yang murah bagi rakyat. Pengunjuk rasa juga meminta kesejahteraan guru lebih diperhatikan dan guru diperlakukan
secara adil seperti pegawai di sektor lain. Elemen mahasiswa yang berunjuk rasa adalah Badan Eksekutif Mahasiswa BEM Universitas Mulawarman, BEM Politeknik Negeri
Samarinda, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Kaltim, Himpunan Mahasiswa Islam HMI Samarinda, Gempar Samarinda, dan HMI Kaltim.
Anggaran pendidikan masih sangat kurang, kami menuntut adanya pendidikan murah dan kesejahteraan para tenaga pendidik ditingkatkan, ujar Adi Supriyadi, aktivis dari
BEM Universitas Mulawarman. Diungkapkan Adi, Kaltim merupakan daerah yang kaya terbukti dengan jumlah APBD
sangat besar, yakni sekitar Rp 3 triliun. Akan tetapi, anggaran untuk sektor pendidikan hanya sekitar Rp 85 miliar. Angka itu mencerminkan Pemerintah Provinsi Kalimantan
Timur tidak peduli pada pendidikan. Ditambahkan, kondisi yang lebih memprihatinkan, dari jumlah penduduk Kalimantan
Timur sebanyak 2,7 juta, 40 persennya atau 1,08 juta tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Akibat yang paling dirasakan adalah masyarakat Kaltim kembali terbelakang
dikutip dari Kompas, Rabu, 5 Mei 2004
56 3. Persamaan Hak Bela negara UUD 1945 Sebelum Amandemen
Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 tidak segera dibentuk tentara kebangsaan. UUD 1945 sendiri hanya memuat dua pasal
mengenai angkatan perang dan pembelaan negara. Di dalam Pasal 10 ditetapkan bahwa presiden memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut,
dan angkatan udara. Pada Pasal 30 ditentukan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. Syarat-syarat tentang
pembelaan negara diatur dengan undang-undang. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila perkembangan tentara Indonesia dalam negara Kesatuan
Republik Indonesia lebih banyak ditentukan oleh dinamika jalannya revolusi perjuangan bangsa daripada oleh ketentuan UUD.
Yang dimaksud warga negara ialah orang-orang Indonesia baik asli maupun keturunan yang tunduk kepada hukum dasar Indonesia dan hukum-hukum lain
yang mengikutinya, baik bertempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maupun yang berada di luar wilayah itu. Dengan demikian,
yang berhak dan wajib ikut serta dalam pembelaan negara itu tidak terbatas pada kalangan angkatan bersenjata tetapi seluruh warga negara, baik pedagang, petani,
pegawai, karyawan perusahaan, abang becak, para ibu rumah tangga, mahasiswa serta pelajar semua wajib ikut membela negaranya.
Sejarah membuktikan jauh sebelum Indonesia merdeka bahwa kesadaran bela negara di kalangan rakyat sudah ada. Sebagai bukti, perlawanan terhadap
penjajah dilakukan oleh rakyat bangsa ini sejak pertama kali datangnya penjajah di bumi Nusantara ini. Sebagai contoh, di antaranya ialah Perang Bali 1814-1849,
Perang Padri 1821-1837, Perang Diponegoro atau disebut juga Perang Jawa 1825- 1830, Perang Batak 1870-1907, dan Perang Aceh 1870-1904. Di samping itu,
perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda pada masa revolusi fisik dapat ditunjukkan pula sebagai bukti. Semua orang yang masih kuat, para pemuda serta
pemudi, baik pegawai negeri maupun swasta, para petani dan pedagang, bahkan tuna karya semua terjun dalam kancah perlawanan terhadap Inggris dan Belanda.
Dalam mendukung perlawanan itu, ada yang berjuang di garis depan, ada yang bekerja di dapur umum, para petani menyediakan beras dan lauk pauknya,
penduduk menyediakan rumah-rumahnya untuk para pejuang, para pedagang menyediakan barang-barang kebutuhan untuk para prajurit serta rakyat umum
yang sedang ikut revolusi. Tidak jarang mereka juga mengusahakan persenjataan untuk kepentingan perlawanan, yang semuanya dilakukan atas dasar kesadaran
tanpa pamrih, tanpa memikirkan balas jasa dan kedudukan. Keterangan di atas menjelaskan bahwa pembelaan negara bukanlah hanya
berarti kita semua harus menyandang senjata, melainkan mempunyai arti luas, yaitu pembelaan dalam segala bidang kehidupan, baik perekonoman, politik,
ideologi, sosial, budaya dan kemiliteran. 4. Persamaan Hak Bela negara UUD 1945 Setelah Amandemen
Sehubungan dengan hak bela negara, sesuai dengan UUD 1945 setelah Amandemen, perlu diperhatikan ketentuan yang tercantum di dalam beberapa
pasal berikut ini. Pasal 27 Ayat 3
: Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
57 Pasal 30 Ayat 1
: Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Pasal 30 Ayat 2 :
Usaha pertahanan dan keamanan dilaksanakan melalui Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI Angkatan
Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Polri sebagai kekuatan utama serta rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Pasal 30 Ayat 3 :
TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara sebagai
alat negara
bertugas mempertahankan dan memelihara keutuhan dan kedaulatan
negara. Pasal 30 Ayat 4
: Polri sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dan bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat serta menegakkan hukum. Pasal 30 Ayat 5
: Susunan dan kedudukan TNI, Kepolisian negara Republik
Indonesia, hubungan kewenangan TNI dan Kepolisian negara Republik Indonesia didalam menjalankan tugas, syarat-syarat
keikut sertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan
keamanan negara diatur dengan undang-undang.
5. Persamaan Hak Bela negara UU No. 3 2002 Tentang Pertahanan negara Sehubungan dengan hak bela negara, sesuai dengan UU No. 32002 tentang
pertahanan negara, perlu diperhatikan ketentuan yang tercantum di dalam beberapa pasal berikut ini.
Pasal 9 ayat 1 : Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
Pasal 9 ayat 2 : Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara,
sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1, diselenggarakan melalui
pendidikan kewargangaraan,
pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasioal Indonesia secara sukarela atau secara wajib, serta
pengabdian sesuai profesi .
Pasal 9 ayat 3 : Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan
dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.
Pasal 2 : Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan
bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan
pada kekuatan sendiri.
Pasal 4 : Pertahanan negara bertujan untuk menjaga dan melindungi
kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman.
6. Persamaan Hak Warga negara dalam Hukum a. Hak-hak Tersangka, Terdakwa, dan Saksi