186 Pada zaman Hindia Belanda, pada Tahun 1939, keluarlah Ordenanzie
setingkat UU tentang Teritoriale Zee en Maritieme Krengen Ordenantie Ordenansi tentang lautan teritorial dan wilayah maritim. Dengan ordenansi itu ditentukan
bahwa setiap pulau mempunyai batas wilayah sendiri-sendiri dengan lebar 3 mil laut. Hal ini berarti bahwa di antara pulau-pulau terdapat rongga pemisah oleh
―air lautan‖ sehingga air merupakan pemisah. Dengan begitu di antara pulau- pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Kepulauan Maluku
dan Papua terdapat lautan bebas yang dikenal dengan lautan internasional, sehingga kapal-kapal asing dapat bergerak bebas di lautan tersebut. Hal demikian
tentu tidak menguntungkan bagi negara kepulaun yang berdaulat seperti Indonesia. Berarti kapal-kapal perang asing termasuk Belanda dapat berkalayar
bebas dari Belanda menuju Papua Irian Jaya yang pada waktu itu masih dijajahnya, sehingga sangat merugikan dari aspek keamanan nasional.
a. Deklarasi Juanda
Pada tanggal 13 Desember 1957 Pemerintah RI mengeluarkan ―Deklarasi Juanda‖ yang digunakan untuk menggantikan Ordenasi wilayah teritorial laut
produk Pemerintah Penjajahan Belanda. Pada hakikatya Deklarasi Juanda menerapkan ―asas kepulauan‖ yang memandang kepulauan Indonesia sebagai satu
kesatuan utuh tidak terpisahkan, yang mengganti ―asas pulau‖ yang dianut pada zaman Hindia Belanda. Kemudian deklarasi tersebut dituangkan ke dalam
Undang-undang Nomor 4PRP1960 yang isinya sebagai berikut. 1
Perairan Indonesia adalah lautan wilayah beserta perairan pedalaman perairan Wilayah Nusantara.
2 Laut wilayah teritorial Indonesia selebar 12 mil laut dari pulau-pulau terluar
yang dihubungkan dengan garis lurus antara pulau satu dengan pulau lainnya. 3
Apabila ada selat yang lebarnya kurang dari 24 mil laut dan NKRI tidak merupakan satu-satunya negara tepi disebelah wilayah RI ada negara
tetangga, maka batas wilayah laut RI ditarik pada tengah selat. 4
Perairan pedalaman perairan Nusantara adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis dasar.
5 Hak lintas laut damai kapal perang asing diakui dan dijamin sepanjang tidak
mengganggu keamanan dan keselamatan negarabangsa Indonsia. Implikasi positif klaim Wawasan Nusantara yang tercantum dalam UU
No. 4PRP 1960 ialah sesuai dengan Ordenansi 1939 wilayah Hindia Belanda hanya seluas 2.027.087 Km2 berdasarkan
―asas pulau‖, maka berdasarkan ―asas kepulauan‖ wilayah RI menjadi bertambah 3.166.163 Km2 wilayah perairan
pedalamanperairan wilayah nusantara, hingga berdasarkan klaim tersebut luas wilayah RI menjadi 5.193.250 Km2 terdiri dari lautan dan daratan. Meskipun
pertambahan wilayah berwujud perairan, namun mengandung kekayaan alam.
Ketentuan yang ada pada undang-undang tersebut merupakan perwujudan makna dari alinea 4 Pembukaan UUD 1945 apabila dihubungkan dengan pasal 1
ayat 1 UUD 1945 ―Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
Republik‖. Lebih penting dari itu adalah bahwa Deklarasi Juanda 1957 merupakan titik pangkal lahirnya klaim wawasan nusantara yang merupakan konsepsi
kewilayahan.
187 Penentuan
garis batas
Indonesia dengan
menggunakan jalan
menghubungkan pulau-pulau terluar dengan garis lurus antara pulau satu dengan pulau lainnya adalah mengikuti jurisprodensi yang dikeluarkan Mahkamah
Internasional di Den Haag tahun 1951, yaitu tentang putusan sengketa perairan antara Norwegia dan Inggris tahun 1939 Anglo-Norwegian Fisheries Case,
putusannya dikenal dengan istilah sebutan
―point to point theori‟ Mengenal ―lalu-lintas damai‖ diatur dalam PP Nomor 8.1962 dan
dijabarkan dalam Kepres Nomor 161971 tentang izin berlayar bagi kapal asing sipil oleh Menteri Perhubungan dan bagi kapal asing militer harus mendapatkan
izin dari Menteri Pertahanan Keamanan.
b. Konsep Landas Kontinen