HAKEKAT HARI KEBANGKITAN

C. PROSES KEBANGKITAN

Adanya kehidupan baru bagi manusia setelah matinya sesudah disiram air dari langit adalah semisal dengan apa yang digambarkan oleh Allah dalam al-Qur’an :

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya ( hujan ); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai mcam-macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-

mudahan kamu mengambil pelajaran. ( QS. al-‘Arâf { 7 } : 57 )

Dan pada ayat lain Allah berfirman :

Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakan awan itu ke suatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah mati dengan air hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu. ( QS. Fâthir { 35 }:9)

Allah menghidupkan manusia yang telah mati sebagaimana menghidupkan bumi yang mati. Adapun kata-kata dalam firman Allah

ﻰﺘﻭﻤﻟﺍ ﺝﺭﺨﻨ ﻙﻟﺫﻜ dan ﺭﻭﺸﻨﻟﺍ ﻙﻟﺫﻜ maka pada kedua ayat itu menunjukan

adanya persamaan antara adanya kehidupan tumbuh-tumbuhan yang tumbuhnya atau hidupnya setelah disiram air. Adanya kehidupan manusia yang tumbuhnya sesudah diturunkan hujan. Sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadis Nabi :

Dari ‘Abî Hurayrah Ra. berkata : Rasullah Saw. bersabda : …. Kemudian Allah menurunkan air hujan dari langit, maka bangkitlah sekalian manusia sebagaimana tumbuhnya sayur-sayuran ( selepas hujan ), tidak ada sesuatu pun dari manusia semuanya hancur dimakan oleh bumi kecuali satu tulang yaitu tulang pangkal ekornya, dari tulang inilah

terbentuk kejadian manusia pada hari kiamat. 27

Ayat al-Qur’an dan hadis Nabi di atas, menjelaskan bahwa proses kebangkitan manusia yang telah mati seperti Allah menghidupkan tumbuhan dari bumi yang mati dengan air hujan yang diturunkan dari langit.

D. KEHIDUPAN DUNIA DAN KEFANAAN DUNIA

1. Kehidupan Dunia Hidup adalah suatu perjuangan, oleh karena itu segala sesuatu yang dilakukan dan dikerjakan bermanfaat untuk kehidupan di dunia dan kehidupan di alam akherat kelak. 28 Kehidupan di dunia ini adalah kehidupan sementara, yang terkadang memperdayakan manusia, demikian pula

27 al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî , no. hadis: 4936, Kitâb al-Tafsîr, Bâb Yawm Yanfakh Fi al- Sûr, jil. III, hal. 158

28 H. M. Syureich, Pengadilan Di Padang Mahsyar, ( Jakarta: Offset Sistimatis, 1987 ) hal. 6 28 H. M. Syureich, Pengadilan Di Padang Mahsyar, ( Jakarta: Offset Sistimatis, 1987 ) hal. 6

. ﺭﻭﺭﻐﻟﺍ ﷲﺎﺒ ﻡﻜﻨﺭﻐﻴ ﻻﻭ ﺎﻴﻨﺩﻟﺍ ﺓﺎﻴﺤﻟﺍ ﻡﻜﻨﺭﻐﺘ ﻼﻓ ﻕﺤ ﷲﺍ ﺩﻋﻭ ﻥﺇ

Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. ( QS. Luqmân {

31 } : 33 )

Allah memperingatkan, bahwa janji-Nya membangkitkan manusia dari alam kubur adalah suatu keniscayaan yang akan terjadi dan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan sedikitpun, 29 atau bahwa janji Allah untuk

membalas setiap kebaikan bagi mereka yang melakukan amal shaleh dan membalas setiap keburukan bagi mereka yang melakukan amal keburukan

dan membangkitkan manusia dari kuburnya. 30 Karena itu janganlah sekali- kali menusia tertipu oleh kesenangan hidup di dunia dengan segala nikmatnya, sehingga lalai untuk beribadah kepada Allah dan enggan mengerjakan kebaikan ( amal shaleh ) padahal kehidupan di akherat itulah kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan yang kekal dan abadi.

29 Muhammad Mahmûd Hijâzî, al-Tafsîr al-W âdlih, ( al- Zaqâzîq : Dâr al-Tafsîr, 1992 ), jil. III, hal. 56

30 Muhammad ΄Alî al-Shâbûnî, Shafwat al-Tafâsîr, ( Kairo : Dâr al-Shâbûnî, 1997 ), jil. II, hal. 458

Memang terkadang harus diakui, setiap manusia dalam hidupnya di dunia ini cenderung untuk mencari kepuasan dalam segala hal. Untuk mencapai kepuasan tersebut manusia kadang-kadang mau berbuat apa saja asal memuaskan dirinya meskipun merugikan orang lain. Namun pada akhirnya dapat dirasakan kepuasan yang dicari hanyalah bersifat sementara, tidak ada kepuasan yang terus-menerus berpanjangan, oleh karena itu hendaknya manusia waspada dan jangan terperdaya oleh kesenangan dunia yang sifatnya sementara. Dan Allah mengingatkan manusia dalam surat ‘Al ΄ Imrân ayat 185 :

Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ( QS. ‘Al ΄ Imrân { 3 } : 185 )

Bahwa kehidupan di dunia yang di dalamnya kesenangan yang memperdayakan atau kesenangan yang sementara yang terkadang kalau dilihat sangat indah akan kemudian akan pergi dan hilang tanpa bekas. 31 kesenangan yang pada umumnya dirasakan di dunia ini pada umumnya memperdayakan

kurang pandai mempergunakannya, maka kesenangan itu akan menjadi bencana yang menyebabkan kerugian di dunia dan kesengsaraan di akherat.

31 ‘Abû Bakr Jâbir al-Jazâ’irî, ‘ Aysar al-Tafâsîr, ( Madina Munawara : Maktabat al-΄Ulûm Wa al-Hikam, 1995 ), jil. I, hal. 421

Sebagaimana Rasullah Saw. menggambarkan bahwa kehidupan seseorang di dunia itu laksana pengembara yang sedang berteduh di bawah pohon dan setelah itu ia akan pergi dan meninggalkan pohon tersebut, sebagaimana sabdanya :

Apakah arti dunia bagiku, hubunganku dengan dunia ini laksana seorang pengembara yang sedang berjalan lalu ia berteduh sejenak

dibawah pohon, sesaat kemudian ia pergi dan meninggalkan pohon tersebut. 32

Inilah ungkapan hadis Rasullah Saw. tentang hakekat kehidupan di dunia ini, yang mengingatkan kepada umatnya, bahwa kehidupan di dunia hanya sebentar saja, hanya sesaat bila dibandingkan dengan kehidupan di akherat kelak, seperti berteduhnya musafir dibawah pohon kemudian akan pergi. artinya perjalanan di dunia sangat singkat dan akan berakhir dengan kematian dan pindah ke akherat.

Dan orang yang beriman, percaya dan membenarkan adanya akherat dimana setiap manusia akan menerima balasan dari Allah sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing. Walaupun ia mengerjakan kebaikan

32 al-Mundzirî, al-Targhîb W a al-Tarhîb, ( al-Halabî, 1373 H. ), jil. IV, hal. 198 32 al-Mundzirî, al-Targhîb W a al-Tarhîb, ( al-Halabî, 1373 H. ), jil. IV, hal. 198

masing-masing akan melihat balasannya. 33

Hakekat dunia dibandingkan akherat, memang seperti seseorang yang memasukkan jari tangannya ke dalam laut, kemudian diangkat jarinya tersebut maka terlihat sisa air laut yang menempel di jari itu. 34 Kesenangan dunia hanya seperti air laut yang menempel pada jari sedangkan kesenangan di akherat seperti seluruh air laut ( sangat banyak ).

Meskipun kehidupan di dunia hanya sementara, akan tetapi anggapan ini bukan untuk meremehkan kehidupan dunia, karena dunia hanya sebatas

wasilah atau perantara untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya, 35 dan jangan sampai bermalas-malasan di dalam bekerja mencari nafkah di dunia dan jangan lalai mencari bekal untuk kehiupan di akherat. Sebagaimana firman-Nya :

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu ( kebahagian) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari ( kenikmatan ) dunia dan berbuat baiklah ( kepada orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan

33 QS. al-Zalzalah { 99 } : 7- 8

34 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm , jil. II, hal. 158.

35 Muhammad Fawqî Hajâj, al-Tashawwuf al-Islâmî W a al-Akhlâq, ( Kairo : Mathba΄at al- Fajr al-Hadîd, 1995 ) jil. I, hal. 35 35 Muhammad Fawqî Hajâj, al-Tashawwuf al-Islâmî W a al-Akhlâq, ( Kairo : Mathba΄at al- Fajr al-Hadîd, 1995 ) jil. I, hal. 35

Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk mencari bekal kehidupan di akherat, yaitu untuk meraih surga, yang menjadi tujuan hidup sebenarnya. Namun diperingatkan pula agar jangan sekali-kali melupakan mencari rezeki untuk beribadah kepada Allah dan kesejahteraan hidup di dunia.

a . Tugas Hidup Manusia Sejak manusia pertama diciptakan, Allah sudah menyatakan dan memberitahukan kepada para Malaikat, bahwa Dia menciptakan manusia adalah untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi. Ketika Allah memberitahukan kepada para Malaikat-Nya bahwa dia akan menjadikan Adam As. khalifah di bumi, maka para Malaikat itu bertanya, mengapa Adam yang diangkat menjadi khalifah di bumi, padahal Adam dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di

bumi, 36 para Malaikat menganggap bahwa dirinya lebih patut memangku jabatan itu, sebab mereka yang selalu bertasbih, memuji dan mensucikan Allah, akan tetapi anggapan mereka tidak benar karena Allah lebih mengetahui dari pada yang diketahui para hamba-Nya.

36 QS. al-Baqarah { 2 } : 30

Adapun yang dimaksud kekhalifahan Adam di bumi adalah kedudukannya sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi, guna melaksanakan

perintah-perintah-Nya, memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala yang terkandung didalamnya dan penanggungjawab di muka bumi.

Agar manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai Khalifah maka Allah menurunkan al-Qur’an ke dunia sebagai pedoman hidup bagi manusia

dalam melaksanakan tugasnya, dan al-Qur’an juga sebagai petunjuk bagi manusia agar dapat mengatur hidup dan kehidupan manusia itu sendiri

serta mewujudkan kehidupan yang baik dan yang serasi dan seimbang dengan alam sekitanya, di sisi lain al-Qur’an sebagai penuntun bagi manusia kearah kehidupan dan penghidupan yang makmur, sejahtera dan bahagia serta mengangkat harkat dan martabat manusia kepada kemuliaan.

Keberadaan manusia di bumi mempunyai arti dan misi, yaitu manusia dalam kedudukannya sebagai khalifah yang mempunyai tanggungjawab dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. yang terpokok tugas dan tanggungjawabnya adalah :

1. Mewujudkan

manusia dengan cara memanfaatkan bumi sebagai sumber daya alam untuk diolah bagi keperluan hidup manusia. Sebagaimana firman-Nya :

kemakmuran

hidup

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu ( QS. a l-Baqarah { 2 } : 29 )

Ayat di atas Allah menganugerahkan karunia yang besar kepada manusia dengan menciptakan bumi dengan segala isinya untuk diambil manfaatnya oleh manusia, agar dapat menjaga keberlangsungan hidup dunia

dan untuk beribadah kepada Allah.

2. Mewujudkan kebahagian hidup manusia maka Allah menurunkan al- Qur’an sebagai petunjuk bagi seluruh manusia dan bagi umat muslim khususnya yang akan menuntun manusia kearah kehidupan dan

penghidupan yang bahagia di dunia dan di akherat. Allah berfirman :

Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya kejalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula ) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizing-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. ( QS. a l- Mâ’idah { 5 } : 16 )

Pada ayat ini ada tiga tuntunan yang sangat besar faedahnya untuk manusia :

a. Dengan mematuhi ajaran al-Qur’an, akan membawa manusia kepada keselamatan dan kebahagian.

b. Dengan mentaati ajaran al-Qur’an akan membebaskan manusia dari segala macam kesesatan yang ditimbulkan oleh perbuatan syirik.

c. Dengan mengamalkan ajaran al-Qur’an, akan menyampaikan manusia kepada tujuan akhir dari agama islam yaitu keselamatan dan kebahagian hidup di dunia dan kehidupan di

akherat. 37

b . Tujuan Hidup Manusia Allah Swt. memberitahukan kepada manusia lewat al-Qur’an bahwa Dia

menciptakan manusia tidak dengan sia-sia atau sesuatu yang percuma, tanpa tujuan yang mulia atau target yang luhur. Sebab hal demikian tentu akan bertentangan dengan sifat ke-Maha Sempurna-Nya yang paling suci, tidak sesuai dengan kebijaksanaan-Nya yang paling luhur.

Tidak mungkin Allah menciptkan manusia dengan tangan kekuasaan- Nya, meniupkan ruh ke dalam jasad manusia, mengutamakannya melebihi Malaikat, menaklukan segala yang dilangit dan di bumi untuknya, menjadikannya khalifah di muka bumi, semua itu memiliki tujuan karena seorang yang beriman harus mengetahui tujuan hidupnya, agar perjalanan

37 H. M. Syureich, Pengadilan Di Padang Mahsyar , hal. 6 37 H. M. Syureich, Pengadilan Di Padang Mahsyar , hal. 6

1. Beribadah kepada Allah. karena tujuan manusia hidup adalah beribadah atau mengabdikan diri kepada-Nya dalam bentuk beriman dan beramal shaleh atau bertaqwa kepada-Nya. Orang yang bertaqwa kepada-Nya akan selalu mentaati dan patuh kepada segala peraturan dan hukum-hukum-Nya dan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjahui segala larangan-Nya. Sebagaimana firman-Nya :

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melaikan supaya mereka menyembah-Ku ( QS. a l-Dzâriyât { 51 } : 56 )

Ayat ini menegaskan, bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia, melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. 38 dan dari ayat ini, manusia dapat mengetahui tujuan hidup yang sebenarnya di alam dunia yang fana ini, yaitu untuk beribadah kepada Allah.

2. Mengharapkan ridla Allah. Seorang hamba yang beribadah kepada Allah Swt. dengan penuh keikhlasan karena taat kepada-Nya dengan satu tujuan semata-mata ingin mengabdikan diri kepada-Nya dan mengharapkan ridha-Nya. Pengabdian diri kepada Allah merupakan

38 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm , jil. VII, hal. 396 38 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm , jil. VII, hal. 396

Katakanlah : sesungguhnya shlatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam ( QS. a l-‘An ΄ âm { 6 } : 162 )

Ayat di atas menyatakan, bahwa seluruh shalat, ibadah bahkan hidup

dan mati semata-mata hanya untuk mengabdikan diri dan mencari ridla kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Demikian itulah yang

diperintahkan Allah kepada hamba-Nya.

2. Kefanaan Dunia Kefanaan dunia atau kebinasaan alam mungkin terjadi sebab alam bersifat tidak azali dan tidak abadi, dan sesuatu yang tidak azali dan tidak abadi adalah Hâdits ( yang baru ), karena alam bersifat hâdits maka kefanaan

dan kehancuran tak akan terlepas dari sifat alam. 39 Kefanaan alam terbukti terungkap baik menggunakan bukti akal atau bukti materi adanya perubahan yang terus berjalan terjadi pada alam, perubahan inilah yang menjadi dasar hukum bahwa alam akan mengalami kebinasaan atau kefanaan.

39 ‘Abû Bakr Jâbir al-Jazâ’irî, ΄ Aqîdat al-Mu’min, ( Kairo : al-Maktabat al-Tawfiqiyyah ), hal. 254

Kefanaan sangat mungkin terjadi karena karena keberaadan Allah yang bersifat azali dan abadi, Dia adalah dzat maha wujud yang tak akan hilang dan pergi. Karena Allah Azali maka semua makhluk-Nya termasuk alam bersifat hâdits atau baru.

Kefanaan alam mungkin saja terjadi, sebab alam ini tersusun dan terbentuk dari berbagai macam makhluk-makhluk yang Allah ciptakan

seperti manusia, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain-lainya, yang semua itu terkadang berputar, ada yang mati dan ada yang hidup bahkan apa pula hancur dan menyatu dengan tanah, ini semua menunjukan adanya kefanaan dan kehancuran di alam sebab bagian-bagian dari ini selalu adanya perubahan jadi kebinasaan mungkin saja terjadi di alam semesta ini.

Kehancuran dan kefanaan alam akan terjadi di hari akhir sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur’an, yang ditandai dengan goncangan bumi, jatuhnya langit dan berjalannya planet-planet tidak pada aturan dan porosnya. Dari peristiwa itu dimulai babak kehidupan baru yaitu kehidupan akherat yang abadi, karena Allah menciptakan segala sesuatu berpasang- pasangan seperti laki-laki dan perempuan, siang dan malam, begitu juga ada alam dunia yang fana dan alam akherat yang abadi.

Dari semua rangkaian di atas menjelaskan bahwa kefanaan mungkin saja terjadi, dengan binasanya seluruh alam dan selesainya kehidupan dunia dan Dari semua rangkaian di atas menjelaskan bahwa kefanaan mungkin saja terjadi, dengan binasanya seluruh alam dan selesainya kehidupan dunia dan

Allah Swt. menegaskan bahwa sesungguhnya semua penduduk bumi akan pergi dan mati semuanya, begitu pula dengan penghuni langit akan mati dan hancur semua kecuali mereka di izinkan Allah, berikut pula alam semesta akan hancur lebur, dan Allah Tuhan yang maha hidup tidak akan

hancur dan mati selamanya. 40 Dan Dia selalu mengingatkan bahwa dunia atau alam ini akan hancur, sebagaimana diungkpkan dalam al-Qur’an :

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan ( QS. a l-Rahmân {

55 } : 26 - 27 )

Atau di ayat lain dikatakan :

Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah ( QS. al-Qashash { 28 } : 88 )

Dan semua yang ada di muka bumi yang terdiri manusia, jin, hewan dan semua makhluk yang memiliki jiwa akan hancur dan binasa tidak akan ada sisa satu pun baik ruh dan jasad, hanya Allah yang hidup dan tak akan mati

40 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, jil. VII, hal. 456 40 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, jil. VII, hal. 456

Dan Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan, tanpa diragukan dan dipertanyakan bahwa kehidupan memang nikmat, akan tetapi yang menjadi pertanyaan besar, apakah kematian itu nikmat ? “ ya, kematian adalah sebuah nikmat yang Allah berikan kepada manusia yang beriman, bertaqwa dan beramal shaleh, sebab mereka akan pindah dari kehidupan dunia yaitu tempat berusaha, beribadah menuju kehidupan akherat tempat balasan, tempat bersenag-senang. Karena gambaran umum dunia adalah penjara untuk orang mukmin dan surga untuk orang kafir, karena itu kematian adala nikmat yang paling besar untuk menuju alam akherat yang kekal setelah hidup di alam fana.

E. KEHIDUPAN AKHERAT

Makhluk yang Allah ciptakan yaitu manusia akan menjalani keberadaannya melalui tiga panggung sejarah perjalanan, yaitu panggung dunia yang fana, panggung alam barzakh, panggung alam akherat yang kekal dan abadi. Perpindahan dari panggung dunia ke panggung alam barzah yang disebut “ mati” , sedangkan perpindahan dari panggung alam barzah kepanggung akherat namanya ‘ kiamat ‘ atau kebangkitan.

41 ‘Abû Bakr Jâbir al-Jazâ’irî, ΄ Aqîdat al-Mu’min , jil. V, hal. 228

Alam akherat yang kekal dan abadi inilah yang dimaksud dengan hari akhir atau yawm al-akhîr , hari atau yawm bukan dalam arti tenggang waktu antara pagi dengan pagi hari selama 24 jam, melainkan hari yang dimaksud

periode kurun zaman sejarah. 42

Kehidupan akherat adalah lawannya kehidupan dunia, secara harfiah bermakna bahwa kehidupan akherat adalah kehidupan yang berjangka

panjang dan jauh, sedangkan kehidupan dunia adalah kehidupan yang jangka pendek dan dekat. 43 meskipun demikian, kehidupan di dunia dalam arti kehidupan yang berlangsung di dunia, akan dapat memberi makna akherat, jika manusia mengisi dan mengunakan kehidupannya di dunia untuk mengabdi dan mencapai nilai-nilai keakhiratan, mengabdi pada kebaikan, keadilan, kebenaran dengan melandaskan dirinya pada ketulusan iman

Beriman kepada kehidupan alam akherat adalah sangat ditentukan oleh apakah sesorang itu percaya kepada adanya kehidupan lagi setelah mati, setelah tulang belulangnya berserakan menyatu dengan tanah. Yang tidak bisa dijelaskan secara keilmuan, kerena di luar jangkauan kajian keilmuan, sehingga untuk memahami realitas kehidupan akherat harus melalui

42 Djauhari Muhsi, Kuliah Iman Yang Qur’ani, ( Bandung: Penerbit Pustaka, 1987 ), hal. 86

43 Musa Asy΄arie, Filsafat Islam, Sunnah Nabi Dalam Berfikir , hal.256 43 Musa Asy΄arie, Filsafat Islam, Sunnah Nabi Dalam Berfikir , hal.256

Orang tidak percaya bahwa ada kehidupan lagi setelah mati, tentu tidak bisa mempercayai adanya periode kehidupan di akherat. Mereka

beranggapan bahwa mati akhir dari segala-galanya. Atau apakah hidup manusia itu selesai begitu saja dengan menemui kematian atau hidup manusia berjalan terus, menempuh berbagai peristiwa dan tingkatan, sehingga sampai kepada suatu masa, menerima kesenangan yang abadi atau siksaan yang pahit getir. Akal memberikan ilham dan hati merasakan bahwa umur yang pendek itu bukanlah kesudahan hidup manusia karena kematian hanyalah terlepasnya jiwa manusia dari jasad seperti terlepasnya baju dari badan dan kemudian dia hidup kekal dengan cara lain, yang hakekatnya

belum diketahui, 44 hidup itu bukanlah seperti dugaan kaum materialis yang dinyatakan dalam al-Qur’an

Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi ( QS. al-

Mu’minûn { 23 } : 37 )

44 Yûsuf al-Qardlawî, al-‘ Ī mân W a al-Hayâh, ( Kairo : Maktabah Wahbah, 1996 ), hal. 39

Inilah contoh celoteh mereka yang tidak percaya akan adanya hidup setelah mati. Bagaimana gelanggang hidup ini selesai begitu saja, padahal di dunia ini ada yang merampas, ada yang mencuri, ada yag membunuh, ada yang aniaya dan sewenang-wenang dengan kekuatan sedangkan banyak diantara mereka belum menerima hukum, karena dapat bersembunyi dan menutupi kesalahannya. Menyebabkan dia dapat bebas atau kepadanya tidak dapat hukuman.

Dan di pihak lain banyak pula orang-orang berbuat baik dan mengerjakan kebaikan, berjuang dan berkorban untuk menegakan yang hak,

tetapi belum menerima balas jasa ada kalanya kerena mereka prajurit yang tidak dikenal atau perasaan benci dan dendam menyebabkan orang sengaja melupakan jasa baiknya, atau karena ajal datang lebih cepat sebelum mereka menerima kesenangan sebagai buah amal baiknya. Banyak pula orang yang menyerukan ke jalan yang benar, berpegang teguh dan membela kebenaran lalu orang-orang zalim tegak di jalan, menghalangi dan merintangi mereka, menyakiti, menyiksa sehingga jatuh terbaring sebagai korban perjuangan.

Tidak akan mungkin sama antara orang yang mengerjakan perbuatan baik dengan orang yang mengerjakan kejahatan. Allah berfirman :

Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh sama dengan orang-orang yang berbuat keruskan di muka bumi? Patutkah kami menganggap orang-orang yang bertakwa sema dengan orang-orang yang berbuat ma’siat? ( QS. Shad { 38 } : 28 )

Adapun kehidupan akherat akan dimulai setelah peniupan sangkakala yang pertama yang menandakan hancurnya alam semesta dan peniupan ke dua bangkitnya semua makhluk untuk menghadap pengadilan Allah Swt. 45

45 QS al-Zumar { 39 } ayat 68