Achmad Zirzis Marwih Argumen Al quran Tentang Hari Kebangkitan

ARGUM EN AL-QUR’AN TENTA NG HARI KEBA NGKITAN

Tesis ini diajukan untuk penyelesaian studi di Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta

Ole h

Ach m a d Zir zis M a r w ih

N I M : 0 2 .2 .0 0 .1 .0 5 .0 1 .0 1 2 1

Pe m bim bin g

Pr of . Dr . H a m da n i An w a r

D r . A. W a h ib M u ΄thi

KONSENTRASI TAFSIR HADIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2005 M / 1426 H

BAB. IV ARGUMEN AL-QUR’AN TENTANG HARI KEBANGKITAN

A. Argumen Melalui Alam …………………………………………... 126

B. Argumen Melalui Sejarah ………………………………………… 142

C. Argumen Melalui Analogi ………………………………………... 157

D. Hikmah Yang Terkandung Dari Hari Kebangkitan …………..... 175

BAB. V PENUTUP

Kesimpulan ……………………………………………………………... 182 Daftar Pustaka …………………………………………………….……. 184

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan sudah empat belas abad lamanya, al-Qur’an masih sebagai cahaya, petunjuk, ilham dan ilmu pengetahuan untuk semua manusia khususnya untuk orang-orang muslim, dan mereka memetik darinya sesuatu untuk kemaslahatan agama

dan dunia. 1 Al-Qur’an yang membimbing dan mengarahkan manusia kejalan yang benar agar ia mendapatkan keselamatan di dunia dan kebahagian di akherat kelak.

Al-Qur’an yang sebagian besar isinya banyak menceritakan tentang keadaan umat-umat terdahulu, para Nabi dan Rasul, peristiwa atau kejadian yang menimpah umat terdahulu seperti banjir taupan pada kaum Nabi Nuh As. dan yang lainnya, tak kalah penting diceritakan pula di dalamnya tentang peristiwa kejadian hari akhir atau hari kiamat.

Salah satu di antara sendi-sendi ’arkân al-’imân ( rukun iman ) yang harus dipercayai oleh setiap mukmin adalah percaya akan adanya hari akhir,

1 Muhammad ‘Ibrahîm al-Jayûsyî, Dirâsât Qur’aniyyah , ( Mesir: Dâr al-Kutub Wa al- ‘Atsâ’iq al-Qawmiyyah, 1991 ), hal.1 1 Muhammad ‘Ibrahîm al-Jayûsyî, Dirâsât Qur’aniyyah , ( Mesir: Dâr al-Kutub Wa al- ‘Atsâ’iq al-Qawmiyyah, 1991 ), hal.1

Dalam ilmu tauhid ada tiga perkara yang dibicarakan, pertama tentang masalah ketuhanan ( al-’Ilahiyât ) kedua tentang masalah kenabian ( al- Nubuwât ) ketiga tentang masalah hal-hal yang ghaib ( al-Ghaybiyât atau al-

Sam’iyât ) 2 dan perkara yang ghaib ini sering dikatakan dalam al-Qur’an, sebagaimana Firman-Nya:

Alif laam miim, Kitab ( al-Qur’an ) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang takwa. ( yaitu ) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka ( QS. a l-Baqarah { 2 } : 1-3 )

Adapun makna ﺏﻴﻐﻟﺎﺒ ﻥﻭﻨﻤﺅﻴ ﻥﻴﺫﻟﺍ pada ayat di atas ialah mereka yang

beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, surga dan neraka, pertemuan-Nya, dan beriman kepada

kehidupan setelah mati dan peristiwa hari kebangkitan. 3

Jelas, bahwa hari akhir yang di dalamnya mencakup hari kebangkitan, termasuk dalam perkara yang ghaib yang harus diimani dan diyakini,

2 ‘Ahmad ‘Abû al-Sa΄âdât, Min al- ΄ Aqîdat al-’Islamiyyah , ( Kairo: Maktabah Ushûl al-Dîn, 1998 ), hal. 6

3 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al- ΄ Azhîm, ( Beirut : Dâr al-Kutub al-΄Alamiyyah, 1998 ), jil. I, hal. 76 3 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al- ΄ Azhîm, ( Beirut : Dâr al-Kutub al-΄Alamiyyah, 1998 ), jil. I, hal. 76

Hari akhir atau hari kiamat adalah unsur pokok dari elemen-elemen aqidah, lebih dari itu iman kepadanya merupakan unsur yang terpenting

setelah mempercayai Allah Swt. hal ini dapat dijelaskan bahwa iman kepada Allah akan menumbuhkan keyakinan pada sumber pertama, yang dari-Nya tercipta seluruh alam semesta berserta isinya. Sedang iman kepada hari kiamat akan menguatkan keimanan, bagaimana akhir kesudahan seluruh materi yang pernah ada dialam dunia ini.

Memang ada hal pokok yang berkaitan dengan dengan keimanan yang mengambil tempat tidak sedikit dalam ayat-ayat al-Qur’an, pertama adalah uraian serta pembuktian tentang keesaan Allah Swt. dan kedua adalah uraian

dan pembuktian tentang hari akhir. 4 Al-Qur’an dan hadis Nabi tidak jarang

4 M. Quraish Shihab, W awasan al-Qur’an, ( Penerbit Mizan, 1998 ), cet. VIII, hal. 80 4 M. Quraish Shihab, W awasan al-Qur’an, ( Penerbit Mizan, 1998 ), cet. VIII, hal. 80

Di antara manusia ada yang mengatakan : “ Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang- orang yang beriman ( QS. a l-Baqarah {2}:8)

Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula meraka bersedih hati ( QS. a l-Mâ’idah { 5 } : 69 )

Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dn hari kemudian ( QS. al-Tawbah { 9 } : 18 )

Dalam hadisnya Nabi bersabda, yang diriwayatkan oleh al-Bukhârî 5

dan Muslim 6 melalui Abû Hurayrah 7 :

5 Beliau adalah ‘Abû ΄Abdullah Muhammad ‘Ibn ‘Ismâ’îl ‘Ibn ‘Ibrâhîm Ibn al-Mughîrah al-Ja΄fî, seorang ulama hadis terkenal dan beliau wafat pada umur enam puluh dua tahun

pada tahun 256 H., ( ‘Ibn Hajar al-΄Asqalânî, Taqrîb al-Tahzîb , ( Dâr al-Fikr, 1995 ), cet. I, jil. II, hal. 502)

6 Beliau adalah ‘Abû Husayn Muslim ‘Ibn al-Hajjaj ‘Ibn al-Qusyayrî al-Naysâbûrî, seorang ulama hadis dan fiqh, wafat pada usia lima puluh tujuh tahun pada tahun 261 H. , (

Ibid . jil. II, hal. 581)

7 Beliau adalah salah satu sahabat Rasullah yang banyak meriwayatkan hadis, para ulama bersilang pendapat pada nama beliau; ΄Abd al-Rahmân, ΄Abdullah dan ΄Amrû, ‘Abû

Dari ‘Abî Hurayrah dari Rasullah Saw. bersabda : Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menghormati tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,

maka hendaklah ia berkata benar atau diam. 8

Ayat-ayat al-Qur’an dan nash hadis menjelaskan bahwa beriman kepada

Allah dan hari akhir mencakupi seluruh hal-hal yang ghaib, termasuk di dalamnya peristiwa hari kebangkitan, untuk dapat mempercayai adanya hari akhir ( kehidupan akherat ) seseorang harus lebih dahulu percaya bahwa setelah mati orang akan dibangkitkan hidup lagi, dan hidup yang terakhir sifatnya kekal abadi tanpa akhir.

Oleh karena itu percaya atau tidak percayanya seseorang pada kehidupan akherat tergantung kepada percaya atau tidak percayanya kepada bangkitnya kembali semua orang yang telah mati, di mana sebelum terjadinya peristiwa hari kebangkitan, alam semesta beserta isinya dihancurkan kemudian barulah manusia seluruh manusia, dari manusia pertama Adam As. hingga manusia akhir zaman akan dibangkitkan,

Hurayrah wafat pada usia tujuh puluh delapan tahun pada tahun 57 H. , ( Ibid . jil. II, hal. 774)

8 al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî. Kitâb al-Adab Bâb Man Kâna Yu’min Billah Wa al-Yawm al-‘Akhîr, no. hadis: 6018, ( Beirut : al-Maktabah al-΄Ashriyyah, 1997 ), jil. IV, hal.1903, dan

Muslim, Shahîh Muslim, Kitâb al-’Imân Bâb al-Hatsts ΄Alâ ‘Ikrâm al-Dlayf Wa al-Jâr, no. hadis: 74, ( Beirut : Dâr Ibn Hazm, 1995 ), jil.I, hal.70, dan Muhammad Fu’âd ΄Abd Al-Bâqî al- Lu’lu’ W a al-MarJân, no. Hadis : 29 ( Kairo : Dâr al-Hadîts, 2001 ), hal. 19.

kemudian dikumpulkan di hadapan Allah dan dihitung dan dimintai pertanggungjawabannya apa-apa yang telah dilakukan di dunia.

Dari ayat diatas, iman kepada Allah tidak akan sempurna tanpa diiringi dengan iman kepada hari akhir atau sebaliknya, karena keduanya sangat berkaitan dan akan mendorong, memotivasi manusia untuk selalu melakukan amal-amal kebajikan dan kebaikan serta menjauhkan perbuatan keburukan dan kejelekan di dunia.

Allah Swt. mengutus para Nabi dan Rasul-Nya dari Nabi Adam As. Hingga Nabi terakhir Muhammad Saw. Agar selalu untuk menyerukan

untuk beriman kepada Allah dan hari akhir , seperti :

1. Peringatan dan seruan Nabi Nuh As. Kepada umatnya agar beriman kepada Allah dan hari akhir sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur’an pada surat Hûd :

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, ( dia berkata ) : “ sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah, sesungguh aku khawati kamu akan ditimpa azab ( pada ) hari yang sangat menyedihkan” . ( QS. Hûd { 11 } : 25-26)

2. Seperti do’a Nabi Ibrahim As. Sebagaimana firman-Nya :

Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mu’min pada terjadinya hisab ( hari kiamat )” (QS. ‘ Ibrâhîm { 14 } : 41 )

3. Seruan Nabi Syuaib kepada kaumnya untuk selalu beriman kepada Allah dan hari akhir. Seperti firman Allah :

Hai Kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan. ( QS. a l-Ankabût { 29 } : 36 )

Dan masih banyak lagi contoh yang lain, yang berkaitan pada ayat di atas, tentang seruan para Nabi dan Rasul berkenaan hari kiamat yang di dalam termasuk hari kebangkitan.

Dalam al-Qur’an sering kali diceritkan proses akan terjadinya hari kebangkitan manusia dari tidurnya, sebagimana Allah Swt. berfirman pada :

Dan tiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang dilangit da dibumi kecuali siapa yang dihendaki Allah. kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu ( putusannya masing-masing ) (QS. a l-Zumar { 39 } 68 )

Dan di ayat lain dikatakan :

Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakkan saja yang membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar, lalu mereka tidak kuasa membuat wasiatpun dan tidak pula dapat kembali kepada keluarganya, dan tiuplah sangkakala, mak tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya ( menuju ) tuhan mereka. ( QS. Yasin { 36 } : 49 - 51 )

Kedua ayat diatas, menjelaskan dengan gamlang peristiwa hari kebangkitan, sebagaimana diceritakan sebelum terjadinya kebangkitan

manusia dari kuburnya masing-masing, diawali dengan peniupan sangkakala pertama yang ditandai dengan hancurnya alam semesta akibat goncangan yang sangat dahsyat ketika itu manusia dan alama bagaikan

kertas atau bulu-bulu hewan yang berterbangan 9 dan dilanjutkan dengan dibangkitkannya manusia dari kuburnya masing-masing secara kolektif dan serentak, kemudian seluruh manusia di kumpulkan di padang mahsyar untuk ditindak lanjuti dengan perhitungan amal kebaikan dan keburukan manusia, hingga pada akhirnya orang-orang yang taat mendapatkan kebaikaanya yaitu surga dan orang-orang yang ingkar dari keingkarannya berupa neraka. Dan semuanya itu telah digambarkan secara gamblang dalam al-Qur’an.

Akan tetapi dari penjelasan diatas, masih banyak manusia terutama mereka yang ingkar dan kafir kepada Allah Swt. mereka ingkar bukan

9 Peristiwa tersebut banyak diceritakan dalam al-qur’an seperti dapat dilihat pada surat

al-Zalzalah , al-Qâri ΄ ah dan surat lainya.

karena mereka tidak memahami kandungan isi dari ayat al-Qur’an tetapi ketidakpercayaan mereka adanya kehidupan setelah mati, atau hidupnya kembali orang-orang yang telah mati, dimana jasad yang telah hancur dan menyatu dengan tanah. Karena hal tersebut menurut pandangan mereka sulit diterima dan dicerna oleh akal manusia dan hal tersebut mustahil terjadi, sehingga banyak kemungkaran yang terjadi di dunia, sebab dalam pandangan hidup mereka, hidup hanya di dunia tidak ada kehidupan di luar dunia atau alam akherat. Sebagaimana diabadikan perkataan mereka dalam al-Qur’an pada surat al-‘An ΄ âm ayat 29, tentang keingkaran mereka terhadap hari kebangkitan :

Dan tentu mereka mengatakan( pula ): “ Hidup hanyalah kehidupan di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan “ ( QS. a l-‘An ΄ âm { 6 } : 29 )

Keingkaran mereka karena tidak adanya keimanan di hati mereka, baik iman kepada Allah Swt. dan iman kepada hari akhir, sehingga mengingkari apa yang Allah jelaskan kepada Rasul-Nya termasuk tentang hari kebangkitan dimana manusia akan kembali dibangkitkan dan dibangunkan dari tidur panjangnya.

B. PERMASALAHAN

1. Identifikasi Masalah Dari permasalahan diatas dapat diidentifikasi, bahwa permasalahan hari akhir, banyak hal-hal atau fase-fase yang terjadi seperti : ditiupnya sangkakala pertama bertanda hancurnya seluruh alam semesta ( al-Qur’an banyak menggambarkan kejadiannya ), dan tiupan kedua dimana manusia dibangkitkan kembali yang disebut Yawm al-Ba ΄ st atau Yawm al-Nusyûr , kemudian dikumpulkannya manusia oleh di padang mahsyar disebut Yawm al-Hasyr dan dihitungannya semua amal manusia apa-apa yang mereka lakukan ketika didunia disebut Yawm al-Hisâb , hingga yang terakhir orang mukmin dari amal kebaikannya dibalas dengan surga ( al-Jannah ) dan orang kafir dari kekafirannya dan keingkarannya dibalas dengan neraka ( al-Nâr ).

2. Pembatasan Dan Perumusan Masalah Dari identifikasi masalah, penulis hanya ingin lebih fokus untuk membahas argumen al-Qur’an tentang hari kebangkitan , melalui pendekatan ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan pada masalah ini, sehingga dapat diterima oleh akal ( logika ) manusia. dari sini akan timbul beberapa pertanyaan ; 2. Pembatasan Dan Perumusan Masalah Dari identifikasi masalah, penulis hanya ingin lebih fokus untuk membahas argumen al-Qur’an tentang hari kebangkitan , melalui pendekatan ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan pada masalah ini, sehingga dapat diterima oleh akal ( logika ) manusia. dari sini akan timbul beberapa pertanyaan ;

b. Dapatkan akal ( logika ) manusia untuk membuktikan kebenarannya ?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. Tujuan penelitian :

a. Menguatkan argumen al-Qur’an tentang terjadinya hari kebangkitan, serta

menepis ketidakpercayaan mereka ( orang-orang kafir ).

b. Menghilangkan dan menenangkan hati dari segala keraguan.

c. Membenarkan dan menyakini peristiwa hari kebangkitan dengan melalui ayat-ayat al-Qur’an.

2. Signifikansi penelitian

a. Memberikan kemudahan bagi mereka yang ingin memahami peristiwa hari kebangkitan dalam tinjauan al-Qur’an.

b. Sebagai sumbangan untuk khazanah ilmu pengetahuan islam.

D. KAJIAN KEPUSTAKAAN

Tulisan-tulisan yang mengkaji tentang hari akhir terutama pembahasan tentang hari kebangkitan dalam bentuk artikel, buku-buku memang banyak, Tulisan-tulisan yang mengkaji tentang hari akhir terutama pembahasan tentang hari kebangkitan dalam bentuk artikel, buku-buku memang banyak,

1. ΄ Aqidat al-Mu’min karya ‘Abû Bakr Jâbir al-Jazâirî, buku ini membahas masalah Arkân al-’ Ī mân ( rukun-rukun iman ) yang termasuk didalamnya iman kepada hari kebangkitan, akan tetapi tentang hari kebangkitan sangat pendek hanya menyebutkan beberapa ayat tanpa penjelasan yang cukup.

2. Mîn al- ΄ Aqîdat al-‘Islamiyyah karya ‘Ahmad ‘Abû Al-Sa΄âdât, buku ini membahas hal-hal yang ghaib termasuk di dalamnya berbicara masalah hari kebangkitan akan tetapi beliau tidak menyinggung banyak masalah hari kebangkitan sebatas istilah hari kebangkitan.

3. Jalâl al-Fikr Fi al-Tafsîr al-Mawdlu ΄ Li ‘Âyât min al-Dzikr karya Jum΄at ΄ Alî ΄Abd al-Qadîr, didalam bukunya pada bab VII beliau

membahas hari kebangkitan secara umum menurut agama lain di luar islam.

4. ΄ Aqidat al-Mu’min Fi Dliyâ’ al-Kitâb al-Mubîn karya Thaha ΄Abd al- Salâm Khudlayr, pada bukunya bagian kedua ini berbicara masalah Rasul dan al-Sam ΄ iyât , pada bab ini pembicaraan sangat singkat dan kurang sistematis dalam uraian hari kebangkitan.

5. Dirâsât Fi al- ΄ Aqîdat al-Islamiyyah karya ΄Awadlullah Jâd Hijâzî, buku ini berbicara tentang aqidah islamiah dan penjelasan dari

kebangkitan sangat singkat dan pendek. Dari penelitian penulis di program pasca sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah belum ada tesis yang mengupas tentang hari kebangkitan, kalaupun ada pembahasannya berkenaan “ Pembalasan Di Akherat Menurut al-Qur’an ( sebuah kajian tematik ) ditulis oleh mahasiswa IAIN Alaudin yaitu Mahyuddin. beliau hanya menguraikan term-term yang berkenaan dengan pembalasan di akherat dan gambaran surga dan neraka

sebagai tempat pembalasan. 10

E. METODE PENELITIAN

1. Metode Pengumpulan Data Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian keperpustakaan ( Library Research ) ; karena semua datanya

10 Dapat dilihat tesisnya di perpustakaan pasca sarjana UIN Syarif hidayatullah Jakarta, ( Mahyuddin, Pembalasan Di Akherat Menurut al-Qur’an , IAIN Alaudin, 1995 )

bersumber dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan langsung dan tidak langsung pada topik yang dibahas, karena studi ini secara langsung berkaitan dengan al-Qur’an, maka sumber utama dan pertama adalah kitab suci al-Qur’an, mushaf yang digunakan sebagai pegangan adalah al-Qur’an dan terjemahnya cetakan Mujamma΄ al-Mâlik Fahd Litibâ΄at al-Mushhaf al-Syarîf, Kerajaan Saudi Arabia. Dan sumber-sumber ialah kitab-kitab tafsir yang dianggap memadai, seperti ; Tafsir al-Qur’an al- ΄ Azhîm karya ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Kasysyâf karya al-Zamakhsyarî, al-Jâmi’ Li ‘Ahkâm al-Qur’ân karya ‘Abû ΄Abdullah Muhammad ‘Ibn ‘Ahmad al-Qurthubî, ‘ Anwâr al-Tanzîl Wa ‘Asrâr al-Ta’wîl karya al-Baydlâwî, al -Mîzân Fi al-Tafsîr kaya al-Thabâthabâ’î, Tafsir al-Manâr karya Muhammad Rasyîd Ridlâ, al-Tafsîr al-Wâdhih , karya Muhammad Mahmûd Hijâzî, Shafwat al-Tafâsîr, karya Muhammad ΄Alî al-Shâbûnî dan ‘ Aysar al-Tafâsîr karya ‘Abû Bakr Jâbir al-Jazâ’irî dan lain- lainnya. Adapun data-data penunjang seperti kitab-kitab hadis, seperti Shahîh al-Bukhârî karya al-Bukhârî, Shahîh Muslim karya Muslim, Sunan ‘Abû Dâwud karya ‘Abû Dâwud dan Sunan al-Tirmizî karya al-Tirmizî, dan lain-lainnya dan tulisan-tulisan, buku-buku atau tesis yang berkaitan dengan pembahasan hari kebangkitan.

2. Metode Pembahasan Metode yang dipilih penulis dalam penulisan tesis ini adalah metode maudlu ΄ î atau tematik, dan memang bermacam-macam corak penafsiran metode tematik, salah satunya ialah tafsir maudlu ΄ î terhadap tema-tema dalam al-Qur’an, dan metode ini yang penulis pilih. Adapun langkah- langkah yang dilakukan :

a. Menentukan tema masalah yang akan dibahas.

b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan tema tersebut.

c. Menyusun ayat sesuai dengan kronologis turunnya, disertai pengetahuan tentang asbâb al-nujûl .

d. Memahami munâsabah ( kolerasi ) ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing.

e. Menyusun kerangka pembahasan yang sempurna ( outline ).

f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan.

g. Meneliti ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan cara menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian sama, atau mengkompromikan antara âm ( umum ) dengan khâs ( khusus ), mutlak dengan muqayyad ( terikat ), atau yang pada lahirnya g. Meneliti ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan cara menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian sama, atau mengkompromikan antara âm ( umum ) dengan khâs ( khusus ), mutlak dengan muqayyad ( terikat ), atau yang pada lahirnya

tanpa perbedaan atau pemaksaan. 11

3. Metode Penulisan Mengenai teknis penulisan tesis ini, penulis berpedoman kepada buku “ Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2002.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Tesis ini terdiri atas lima bab, yang terdiri dari satu bab pendahuluan, tiga bab pembahasan dan satu bab penutup dan kesimpulan. Baba pertama adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan kegunanaan penelitian, kajian kepustakaan, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah hakekat hari kebangkitan yang memaparkan tentang pengertian hari kebangkitan, kebangkitan dalam al-Qur’an yang dipaparkan seruan para Nabi tentang terjadinya hari kebangkitan, mereka yang mengingkari hari kebangkitan dan menjelaskan apakah hari kebangkitan dengan ruh dan jasad atau dengan ruh saja, dan menjelaskan proses kebangkitan dalam al-Qur’an dan hadis, dan bagaimana kehidupan di dunia

11 ΄Abd al-Hayy Farmawî, al-Bidâyah Fi al-Tafsîr al-Mawdlû’î, ( Kairo : al-Hadlârah al- ΄ Arabiyyah, 1977 ), hal. 61 11 ΄Abd al-Hayy Farmawî, al-Bidâyah Fi al-Tafsîr al-Mawdlû’î, ( Kairo : al-Hadlârah al- ΄ Arabiyyah, 1977 ), hal. 61

Bab ketiga, menjelaskan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan hari kebangkitan, seperti: alam barzakh, hari akhir, hari pengumpulan, hari perhitungan dan hari pembalasan.

Bab keempat menguraikan argument al-Qur’an tentang hari kebangkitan. dengan argumen melalui alam seperti; alam bumi, alam manusia, alam

hewan dan alam tumbuhan, dan argumen melalui sejarah dan analogi ( kias ) serta hikmah yang terkandung dari hari kebangkitan.

Bab kelima yaitu penutup, penulis menarik kesimpulan dari isi tesis ini secara keseluruhan sebagai penegasan terhadap permasalahan yang diangkat dan diakhiri daftar pustaka.

BAB II HAKEKAT HARI KEBANGKITAN

A. PENGERTIAN HARI KEBANGKITAN Memang terdapat banyak sekali di dalam al-Qur’an, kata-kata atau term- term yang memiliki atau mengandung makna hari kebangkitan, di antara lain kata-kata itu adalah :

1. Yawm al-Ba ΄ ts (ﺙﻌﺒﻟﺍ ﻡﻭﻴ )

Yawm al-Ba ΄ st terdapat dalam al-Qur’an yang berarti hari kebangkitan,

kata al-Ba ΄ st berasal dari kata bahasa arab yaitu : ﹰﺎﺜﻌﺒ – ﹸﺙﻌﺒﻴ – ﹶﺙﻌﺒ yang

memiliki dua makna 1 yang masing-masing berbeda :

l-’ Irsâl a. A ( لﺎﺴﺭﻹﺍ ) yang berarti mengutus atau mengirim sebagaimana disebutkan dalam al-

Qur’an :

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yag membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,

1 ‘Ibn Manzhûr, Lisân al- ΄ Arab, ( Mesir : al-Dâr al-Mashriyyah ), juz II, hal. 421-422, dan Muhammad ‘Ibn ‘Abû Bakr ‘Ibn ΄Abd al-Qâdir al-Râzî, Mukhtar al-Shahâh, ( Beirut : Dâr

‘Ihyâ’ al-Turâts al-΄Arabî, 1999 ), hal. 46, dan Achmad Warson Munawwir, Kamus Arab- Indonesia, ( Yogyakarta : Pustaka Progressif, 1984 ) hal. 101-102 ‘Ihyâ’ al-Turâts al-΄Arabî, 1999 ), hal. 46, dan Achmad Warson Munawwir, Kamus Arab- Indonesia, ( Yogyakarta : Pustaka Progressif, 1984 ) hal. 101-102

( QS. a l-Jum ΄ ah { 62 } : 2 )

Atau di ayat lain disebutkan :

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat ( untuk menyerukan ) : “ sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut ( QS. a l-Nahl { 16 } : 36 )

Dari contoh dua ayat di atas sangat jelas, kedua-duanya tersebut memiliki makna mengutus atau mengirim, dan masih banyak lagi contoh- contoh ayat seperti di atas.

Al-’ Ihyâ’ b. ( ﺀﺎﻴﺤﻹﺍ )

yang berarti membangkitkan, membangunkan atau menghidupkan kembali, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :

Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kami bersyukur ( QS. a l-Baqarah { 2 } : 56 )

Atau di ayat lain disebutkan :

Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguaan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang yang di dalam kubur ( QS. a l-Hajj { 22 } : 7 )

Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan ( kepada orang-orang kafir ) : ” Sesungguhnya kamu telah berdiam ( dalam kubur ) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tiak menyakini ( QS.

a l-Rûm { 30 } : 57 )

Dari semua ayat-ayat di atas sangatlah jelas dan dapat disimpulkan bahwa kata ba ΄ atsa itu mempunya dua makna yaitu pertama mengutus atau

mengirim dan kedua membangkitkan atau menghidupkan kembali, akan tetapi makna yang paling banyak dikandung oleh kata ini adalah

pembangkitan dari kubur. Dan dari kata inilah ( ba ΄ atsa ) tercipta kata al- bâ ΄ ist yang merupakan salah satu dari sembilan puluh sembilan nama Allah yang berarti “ yang membangkitkan “ . 2 Dari sifat Allah ini, dituntut menyakini keniscayaan hari kebangkitan. Adapun pengertian al-ba ΄ st

secara terminologi, sebagaimana yang diungkapkan oleh para ulama adalah :

Kebangkitan ialah Allah hidupkan kembali orang-orang yang mati dan

2 M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, ( Lentera Hati, 1998 ) , hal. 229 2 M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, ( Lentera Hati, 1998 ) , hal. 229

Atau :

Bangkitnya kembali jasad-jasad yang telah mati menuju kehidupan yang abadi. 4

Dari dua istilah diatas bahwa al-Ba ΄ st pada intinya adalah menghidupkan kembali atau membangkitkan orang-orang yang mati untuk bersiap-siap menuju kehidupan yang baru yaitu kehidupan di alam akherat.

2. Yawm al-Khurûj ( ﺝﻭﺭﺨﻟﺍ ﻡﻭﻴ )

Hari kebangkitan dalam al-Qur’an disebut juga dengan Yawm al-Khurûj , kata al-khurûj berasal dari kata :

ﹰﺎﺠﻭﺭﹸﺨ 5 - ﺝﺭﹾﺨﻴ - ﺝﺭﹶﺨ yang berarti keluar ,

adapun dalam al-Qur’an disebutkan :

Dari bumi ( tanah ) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akam mengembalikan kamu dan dari padanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain ( QS. Thaha { 20 } : 55 )

3 Thaha ΄Abd al-Salâm Khudlayr, ΄ Aqidat al-Mu’minîn Fi Dliyâ’ al-Kitâb al-Mubîn, ( Kairo: Wizârat al-‘Awqâf, 2001 ), jil. II, hal. 76

4 ‘Ahmad ‘Abû al-Sa΄âdât, Min al- ΄ Aqîdat al-’Islamiyyah. , hal. 82

5 ‘Ibn Manzhûr, Lisân al- ΄ Arab. , juz III, hal.73-74, dan Muhammad ‘Ibn ‘Abû Bakr ‘Ibn ΄ Abd al-Qâdir al-Râzî, Mukhtar al-Shahâh. , hal. 112, dan Achmad Warson Munawwir, Kamus A rab-Indonesia. , hal. 356

( yaitu ) pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar- benarnya itulah hari keluar ( dari kubur ) ( QS. Qaf { 50 } : 42 )

Al-Baydlâwî 6 dalam kitab tafsirnya menyatakan bahwa makna dari kata ﻯﺭﺨﺃ ﺓﺭﺎﺘ ﻡﻜﺠﺭﺨﻨ pada surat Thaha ayat 55 yaitu menyusun kembali bagian-

bagian tubuh yang hancur yang telah menyatu dengan tanah seperti semula

dan mengembalikan ruh kepadanya. 7

Adapun menurut istilah al-khurûj adalah :

Hari kebangkitan ialah hari keluarnya semua manusia dari kuburnya

masing-masing. 8

Atau di kitab lain disebutkan bahwa al-Khurûj adalah :

Hari kebangkitan ialah keluarnya manusia dari kuburnya menuju

kehidupan akherat . 9

6 Nama lengkap beliau adalah Nâsir al-Dîn ‘Abû al-Khayr ΄Abdullah Ibn ΄Umar ‘Ibn Muhammad ‘Ibn ΄Alî al-Baydlawî al-Syâfi΄î, karya terkenal beliau adalah sebuah kitab tafsir

yaitu : ‘ Anwâr al-Tanzîl W a ‘Asrâr al-Ta’wîl , atau yang lebih dikenal dengan Tafsir al-Baydlâwî, dan beliau wafat pada tahun 691 H. ( Muhammad Husayn al-Dzahabî, al-Tafsîr W a al- Mufassirûn, ( Beirut : Dâr al-Qalam), jil. I, hal. 296 )

7 al-Baydlâwî, ‘ Anwâr al-Tanzîl W a ‘Asrâr al-Ta’wîl, ( Beirut : Dâr al-Kutub al-’Alamiyyah, 1999 ), jil. II, hal. 50

8 ‘Ibn Manzhûr, Lisân al- ΄ Arab, juz III, hal. 74.

9 ‘Ahmad ‘Abû al-Sa΄âdât, Min al- ΄ Aqîdat al-’Islamiyyah , hal. 82

Dari penjelasan diatas, bahwa y awm al-khurûj adalah keluar atau bangkitnya manusia yang telah mati dari kuburnya untuk menuju kehidupan akherat.

3. Yawm al-Nusyûr ( ﺭﻭﺸﻨﻟﺍ ﻡﻭﻴ ) Dalam al-Qur’an kata al-Nusyûr berarti hari kebangkitan, yang berasal

dari kata ﺍﺭﻭﹸﺸﹸﻨ – ﺭﹸﺸﹾﻨﻴ – ﺭﹶﺸﹶﻨ berarti menghidupkan, seperti kata dalam bahasa arab ﷲﺍ ﻡﻫﺎﻴﺤﺍ : ﷲﺍ ﻡﻫ ﺭﺸﻨﺍ yang berarti Allah menghidupkan

mereka. 10

Sebagaimana disebutkan kata-kata al-Nusyûr dalam al-Qur’an :

Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur. Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali ( QS. ΄ Abasa { 80 } : 21-22 )

Dan Allah, Dialah yang mengirim angin ; lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan air hujan, demikianlah kebangkitan itu. ( QS. Fâthir { 35 } : 9 )

10 ‘Ibn Manzhûr, Lisân al- ΄ A rab , juz VII, hal.61-63, dan Muhammad ‘Ibn ‘Abû Bakr ‘Ibn ΄ Abd al-Qâdir al-Râzî, Mukhtar al-Shahâh, hal. 380, dan Achmad Warson Munawwir, Kamus

A rab-Indonesia , hal. 1516

Kata ﺭﻭﺸﻨﻟﺍ ﻙﻟﺫﻜ pada surat Fathîr ayat 9 inilah perumpaman bagaimana

Allah menghidupkan yang telah mati sebagaimana Ia menghidupkan negeri yang kering atau mati dengan cara menurunkan hujan kepadanya kemudian

hiduplah negeri itu. 11

4. Yawm al-Qiyâmah ( ﺔﻤﺎﻴﻘﻟﺍ ﻡﻭﻴ )

dari segi bahasa Yawm al-Qiyâmah disebut juga dengan Yawm al-Ba ΄ ts

yang berasal dari kata ﺔﻤﺎﻴﻗ ﻡﻫﺭﻭﺒﻗ ﻥﻤ ﻕﻠﺨﻟﺍ ﻡﺎﻗ ﺭﺩﺼﻤ ﻪﻠﺼﺍ (berdirinya makhluk dari kuburnya ). Dan dinamakan yawm al-qiyâmah atau yawm al-ba ΄ ts

karena berdiri di dalamnya semua makhluk dan akan menghadap Allah Swt. 12 sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :

Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali. Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan ( kembali ) tulang belulangnya ? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun ( kembali ) jari-jemarinya dengan sempurna ( QS. a l-Qiyâmah { 75 } : 1-3 )

Hari kiamat atau Yawm al-Qiyâmah adalah hari kebangkitan dari kehancuran, yaitu dibangkitkannya manusia setelah terjadinya kehancuran

total dari kehidupan alam besar, yang ditandai adanya goncangan dan

11 al-Baydlâwî, ‘ Anwâr al-Tanzîl W a ‘Asrâr al-Ta’wîl, jil. II, hal. 269

12 ‘Ibn Manzhûr, Lisân al- ΄ Arab , juz XV, hal. 409 12 ‘Ibn Manzhûr, Lisân al- ΄ Arab , juz XV, hal. 409

Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan ( dari

kuburmu ) di hari kiamat ( QS. a l-Mu’minûn { 23 } : 15-16 )

5. Ba ΄ tsara ( ﺭﺜﻌﺒ ) yang berarti ﺝﺭﺨﺘﺴﺍ ﻭﺍ ﺝﺭﺨﺍ , ﺙﻌﺒ yang artinya

Membangkitkan atau mengeluarkan 14 , kata ini hanya terdapat di dua tempat dalam al-Qur’an dan hanya berbentuk kata kerja dan tidak berbentuk mashdar seperti :

Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur.( QS. a l- ΄Ā diyât { 100 } : 9 )

Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar ( QS. a l-’Infithâr { 82 } : 4 )

13 Musa Asy΄arie, Filsafat Islam, Sunnah Nabi Dalam Berfikir, ( Yogyakarta : LESFI, 2002 ) hal.248

14 ‘Ibn Manzhûr, Lisân al- ΄ Arab , juz V, hal.138, dan Muhammad ‘Ibn ‘Abû Bakr ‘Ibn ΄Abd al-Qâdir al-Râzî, Mukhtar al-Shahâh , hal. 46, dan Achmad Warson Munawwir, Kamus Arab- Indonesia. , hal. 102

Pada surat al- ΄ Adiyât ayat 9 terdapat kata ﺭﺜﻌﺒ akan tetapi ada yang membacanya ﺭﺜﺤﺒ yaitu dengan huruf ha . 15 dan kedua ayat diatas memiliki

makna yang sama yaitu membangkitkan. Dari semua uraian di atas, bahwa kata al-ba ΄ st, al-khurûj, al-nusyûr dan al- qiyâmah memiliki terkandung istilah dan makna yang sama yaitu

menghidupkan kembali, membangkitkan, mengelurkan dan membangunkan mereka yang telah mati dari kuburnya masing-masing, akan tetapi kata al-

ba ΄ st lebih sering digunakan oleh para ulama tauhid dalam hal yang berkenaan hari kebangkitan sebab makna yang paling banyak dikandung

kata ini kebangkitan dari kubur.

B. KEBANGKITAN DALAM AL-QUR’AN Sesungguhnya dalil yang menunjukan adanya kebangkitan para makhluk di dalam al-Qur’an adalah diiringi dengan mengesakan Allah dan beriman kepada-Nya. Dan al-Qur’an menyebutkan begitu banyak perihal hari kiamat, bahkan hampir tak satu pun surat dari al-Qur’an yang tidak menampilkan pembahasan perihal hari kiamat. Dan juga uraiannya tentang hal-hal yang dapat mendekatkan jiwa dan nurani, yang terkadang mengunanakan keterangan pendekatan realita, terkadang pula dengan

15 al-Zamakhsyarî, Tafsîr al-Kasysyâf, ( Beirut : Dâr ’Ihyâ’ al-Turâts al-΄Arabî, 1997 ) jil.IV, hal. 795 15 al-Zamakhsyarî, Tafsîr al-Kasysyâf, ( Beirut : Dâr ’Ihyâ’ al-Turâts al-΄Arabî, 1997 ) jil.IV, hal. 795

Seperti : Yawm al-Ba ΄ ts, Yawm al-Khurûj, Yawm al-Nusyûr, Yawm al- Qiyâmah ( hari kebangkitan ), Yawm al-Hasyr, Yawm al-Jam ΄ ( hari pengumpulan ), Yawm al-Dîn (hari pembalasan ), Yawm al-Hisâb ( hari perhitungan ), Yawm al-Fashl ( hari keputusan ) Yawm al-Khulûd (hari kekal ), Yawm al-Fath ( hari kemenangan ), Yawm al-Tanâd ( hari panggil memanggil ),

Yawm al-Wa ΄ îd ( hari ancaman ), al-Wâqi ΄ ah ( kejadian besar ), al-Zalzalah ( guncangan ), al-Qâri ΄ ah ( keributan ) 16 dan demikian banyaknya nama-nama hari kiamat dapat menunjukan kepada sesuatu yang hebat dan besar. Tidak jauh bedanya dengan pedang, yang semakin penting keadaannya dan manfaatnya yang bisa digunakan dalam berbagai segi peperangan sampai-

16 Semua nama-nama hari akhir dapat di lihat pada : QS. al-Rûm { 30 } : 56, QS. Qaf { 50 } : 42, QS. Fâthir { 35 } : 9 dan QS. al-Qiyâmah { 75 } : 1- 3, QS. al-‘An ΄ âm { 6 } : 22 dan QS. al-

Taghâbun { 64 } : 9, QS. al-Fâtihah { 1 } : 4, QS. al-Mu’nim { 40 } : 27, QS. al-Mursalât { 77 } : 38, QS. Qaf { 50 } : 34, QS. al-Sajadah { 32 } : 29, QS. al- Mu ΄ min { 40 } : 32, QS. Qaf { 50 } : 20, QS. al-

W âqi ΄ ah { 56 } : 1-2, QS. al-Zalzalah { 99 } : 1- 6, QS. al-Qâri ΄ ah { 101 } : 1-4 W âqi ΄ ah { 56 } : 1-2, QS. al-Zalzalah { 99 } : 1- 6, QS. al-Qâri ΄ ah { 101 } : 1-4

1. Seruan Para Nabi Tentang Tejadinya Hari Kebangkitan Keimanan terhadap berita akan terjadinya kebangkitan manusia di hari

akhir termasuk pangkal utama dalam keimanan. Para Rasul bersepakat bahwa Allah akan membangkitkan semua makhluknya setelah mati di waktu yang telah ditentukan, maka mereka yang taat akan mendapatkan

ganjarannya dan mereka yang maksiat akan mendapatkan balasanya. 18 Al-Qur’an sebagai kitab suci dari Allah yang telah mengungkapkan, bahwa para Nabi secara keseluruhan telah memperingatkan segenap umatnya tentang akan terjadinya hari akhir yang termasuk didalamnya hari kebangkitan.

Mereka memberitakan dengan adanya alam akherat yang di dalamnya ada dua tempat, yaitu; surga tempat penuh kenikmatan dan kesenangan dan neraka tempat penuh kesengsaraan dan kesedihan. Dalam perkara ini Allah

17 Hussein Khalid Bahreisj, Kiamat,Surga dan Neraka , ( Surabaya : CV. Amin Surabaya ), hal. 19

18 Fakhr al-Dîn al-Râzî, al-Masâ’ il al-Khamsûn Fi ‘Ushûl al-Dîn , ( Beirut : Dâr al-Jayl, 1990 ), Cet, II, hal. 65 ) 18 Fakhr al-Dîn al-Râzî, al-Masâ’ il al-Khamsûn Fi ‘Ushûl al-Dîn , ( Beirut : Dâr al-Jayl, 1990 ), Cet, II, hal. 65 )

Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. katakanlah : tidak demikian, demi Tuhanku, benar- benar kamu kan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” . yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. ( QS. al-Taghabun { 64 } : 7 )

Ayat ini sangat jelas membantah orang-orang Kafir dan orang-orang Musyrik terhadap apa yang mereka dengan tidak adanya hari kebangkitan, dan Allah menyuruh Nabi Muhammad saw. menjawab tentang perkara ini

dengan menggunakan sumpah dan sumpah Nabi yang mengenai hari akhir terdapat tiga ayat di tiga surat yang berbeda ; pertama surat Yûnus ayat 53,

kedua surat Saba’ ayat 3, dan ketiga ayat diatas surat al-Taghabun ayat 7. 19 dan dengan penguatan tiga ayat ini tidak ada kekaburan lagi sesudahnya. Bahkan Iblis 20 la ΄ natullah alaih pun mempercayai adanya hari kebangkitan. yaitu ketika Allah murka padanya, mengutuk dan mengusirnya untuk tidak bakal mendapati rahmat-Nya, maka Iblis lalu meminta untuk

19 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm , jil. VIII, hal. 160

20 Makhluk yang Allah ciptakan dari Api, Nama aslinya adalah ΄Azazîl dan diriwayat lain namanya adalah al-Hârits ( ‘Ibn Katsîr, Qishash al-Qur’an , ( al-Manshurah : Maktabah al- ‘Īmân ), cet. I, hal. 13 ) 20 Makhluk yang Allah ciptakan dari Api, Nama aslinya adalah ΄Azazîl dan diriwayat lain namanya adalah al-Hârits ( ‘Ibn Katsîr, Qishash al-Qur’an , ( al-Manshurah : Maktabah al- ‘Īmân ), cet. I, hal. 13 )

Iblis berkata : “ Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan” . Allah berfirman : “ Sesungguhnya kamu termasuk orang- orang yang ditangguhkan, sampai kepada hari yang telah ditentukan

waktunya ( hari Kiamat )” . ( QS. Shad { 38 } : 79-81 )

Dan dibawah ini keterangan para Nabi kepada kaumnya yang menerangkan tentang kepastian hari kebangkitan, yaitu :

a. Nabi Nuh As. ( surat al-‘A ΄ râf ayat 59, surat Hûd ayat 26 dan surat Nûh ayat 2-3 dan 17- 18 )

b. Nabi Hud As. ( surat Hûd ayat 60, surat al-Syu ΄ ara’ ayat 135 dan surat al-‘Ahqâf ayat 21 )

c. Nabi Ibrahim As. ( surat al-Baqarah ayat 126, surat ‘Ibrâhîm ayat 41 dan surat al-Syu ΄ ara’ ayat 81-83 )

d. Nabi Syuaib As. ( surat al- ΄ Ankabût ayat 36 )

e. Nabi Musa As. ( surat Thaha ayat 14-16, 54-55 ) Dari semua penjelasan ayat-ayat al-Qur’an, maka para ulama sepakat bahwa Allah akan membangkitkan dan menghidupkan kembali semua e. Nabi Musa As. ( surat Thaha ayat 14-16, 54-55 ) Dari semua penjelasan ayat-ayat al-Qur’an, maka para ulama sepakat bahwa Allah akan membangkitkan dan menghidupkan kembali semua

bagi setiap Muslim. 21

2. Mereka Yang Mengingkari Hari Kebangkitan Bahwa agama-agama samawi telah sepakat akan keimanan hari kebangkitan, dan pokok dasar dari keimanan ini ialah untuk menegakkan keadilan Tuhan atas perbuatan yang mereka lakukan di dunia. Bagi mereka yang berbuat baik atau berbuat buruk masing-masing akan mendapatkan balasannya, dan Allah tidak akan menyamai antara Mukmin dengan Kafir atau antara yang berbuat baik dengan yang berbuat buruk. Dan manusia di masa lampau maupun masa kini atau akan datang akan banyak yang mendustakan kejadian kiamat yang akan datang, kecuali mereka yang beriman dan bertakwa. Al-Qur’an menuturkan ada dua kelompok yang mendustakan hari kebangkitan ;

a. Kelompok kaum Kafir Makkah, orang Arab jahiliah begitu ingkar, dan mengadakan pertentangan yang begitu hebat. Sedikit pun mereka tidak percaya akan datangnya hari kebangkitan atau kelompok Mulhid atau Kafir yang memungkiri adanya Allah seperti kelompok pemikir yang beraliran materialisme atau kebendaan semata termasuk dalam hal ini adalah golongan komunisme. Mereka

21 Muhammad ‘Ibn ‘Ahmad, al-‘Ayât al-Muhakamât Fî al-Tawhîd Wa al- ΄ Ibâdât W a- Mu ΄ amalât , ( Dâr al-Fikr ), Cet. VI, hal. 10 21 Muhammad ‘Ibn ‘Ahmad, al-‘Ayât al-Muhakamât Fî al-Tawhîd Wa al- ΄ Ibâdât W a- Mu ΄ amalât , ( Dâr al-Fikr ), Cet. VI, hal. 10

Dan mereka berkata : “ Kehidupan ini tidak lain hanyalah dehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa” , dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. ( QS. al-Jâtsiyah { 45 } : 24 )

Kebangkitan kembali atau pertanggungjawaban manusia yang terakhir adalah sebuah ide yang sangat sulit untuk diterima oleh orang-orang Makkah jahiliah yang berpandangan sekuler. Disamping doktrin-doktrin monotheisme dan wahyu Allah, doktrin kebangktan kembali adalah yang

paling sulit untuk mereka terima. 22

b. Ada pula kelompok mereka yang mempercayai adanya kepercayaan kepada Allah yang maha pencipta, namun mereka tidak percaya kepada adanya kebangkitan pada hari akhir. Mereka itu kelompok Arab yang diterangkan dalam al-Qur’an yaitu :

22 Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur’an , ( Bandung: Penerbit Putaka, 1996 ), cet. II, hal. 168

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “ Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” tentu mereka menjawab : “ Allah” . ( QS. Luqmân { 30 } : 25 )

Juga ada keragu-raguan mereka, seperti diterangkan dalam al-Qur’an :

Mereka berkata : “ Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang beluang, apakah sesungguhnya kami benar- benar akan dibangkitkan?. Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman ( dengan ini ) dahulu, ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang dahulu kala” . ( QS. al-Mu’minûn { 23 } : 82-83 )

Di ayat lain dikatakan :

Berkatalah orang-orang kafir ; “ Apakah setelah kita menjadi tanah dan ( begitu pula ) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan ( dari kubur ) ?. Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan ( juga ) bapak-bapak kami dahulu; ini tidak lain hanyalah dongeng-dongeng orang dahulu kala” . ( QS. al-Naml { 27 } :

67 - 68 )

Mereka memandang bahwa Allah tidak kuasa untuk menghidupkan kembali terhadap mereka dan bapak-bapak mereka yang telah mati akan tetapi Allah menerangkan tentang adanya beberapa contoh dan beberapa Mereka memandang bahwa Allah tidak kuasa untuk menghidupkan kembali terhadap mereka dan bapak-bapak mereka yang telah mati akan tetapi Allah menerangkan tentang adanya beberapa contoh dan beberapa

Bahkan orang-orang yang menyekutukan Allah, mereka memberikan bantahan dengan keras terhadap akan tibanya hari kiamat. dengan berbagai daya dan upaya mereka mempertahankan perdirian yang sesat itu. Dengan cara yang maksimal, mereka mendustakan bahkan bersumpah penuh kesungguhan untuk memantapkan pendirian, bahwa kiamat merupakan sesuatu yang takkan pernah terjadi untuk selama-lamanya. Karena itu Allah membantah mereka, dengan menyatakan bahwa adanya kiamat itu merupakan puncak pemberlakuan keadilan Tuhan, sehingga akan dibedakan dengan nyata dan tegas mana yang haq dan mana yang batil. Sehingga dengan begitu siapa yang mempercayai dan siapa yang mendustakan akan tampak. Allah telah berfirman :

Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh –sungguh : “ Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati “ . Tidak demikian, bahkan pasti Allah akan membangkitkan sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui; agar Allah menjelaskan kepada mereka perselisilah itu dan agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang berdusta.” ( QS. al-Nahl { 16 } : 38 )

Inilah gambaran al-Qur’an tentang kelompok-kelompok yang mendustakan hari kebangkitan. dan ada pula kelompok yang tidak termasuk dalam kelompok agama samawi, dimana mereka percaya kepada hari kebangkitan akan tetapi tidak sama kepercayaannya dengan mereka yang

termasuk dalam aliran agama-agama samawi ( berdasarkan wahyu ). 23

3. Hari Kebangkitan Dengan Ruh Dan Jasad Atau Dengan Ruh Permasalahan kebangkitan kembali memang masih menjadi arena

perdebatan terutama adalah apakah kebangkitan manusia di hari kiamat nanti dengan ruh saja tanpa jasad, atau dengan ruh dan jasad?. Al-Qur’an

memang tidak memfokuskan pada masalah bagaimana proses kebangkitan kembali tersebut, akan tetapi lebih menekankan keimanan sesorang terhadap hari kebangkitan dan keimanan terhadap alam akherat yang terdapat surga tempat mereka yang melakukan kebaikan dan neraka tempat mereka yang melakukan keburukan.

Al-Qur’an ketika berbicara masalah metafisika selalu berada dalam mawqif wasth ( posisi tengah-tengah ) yang terkadang menggambarkan secara mahsûsah ( dapat diindera ) atau terkadang menggambarkan secara ghayr

23 Hussein Khalid Bahreisj, Kiamat,Surga dan Neraka , hal. 19 23 Hussein Khalid Bahreisj, Kiamat,Surga dan Neraka , hal. 19

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. ( QS. al-‘An ΄ âm { 6 } : 103 )

Atau terkadang al-Qur’an berbicara dengan tajsîm ( dapat dilihat ), seperti:

Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka. ( QS. al-Fath { 48 } : 10 )

Begitu pula ketika al-Qur’an berbicara masalah hari kebangkitan atau kebangkitan kembali selalu berada pada mawqif wasth yang terkadang berbicara hari kebangkitan atau kebangkitan kembali yang seakan-akan dengan ruh, seperti :

24 Jum΄at ΄Alî ΄Abd al-Qadîr, Jalâl al-Fikr Fi al-Tafsîr al-Mawdlu ΄ Li ‘Âyât min al-Dzikr, ( Kairo : Maktabah Ushûl al-Dîn, 2001), hal. 311

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi ridla-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba- hambaKu, dan masuklah ke surgaKu. ( QS. al-Farj { 89 } : 27-30 )

Terkadang pula al-Qur’an berbicara hari kebangkitan atau kebangkitan

kembali seakan-akan dengan jasad, seperti :

Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak mengumpulkan ( kembali ) tulang belulangnya? ( QS. al-Qiyâmah { 75 } : 3 )

Dan terkadang pula al-Qur’an berbicara kebangkitan kembali dengan ruh dan jasad dalam satu tempat, seperti :

Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat pengiring dan seorang malaikat penyaksi. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ( hal ) ini, maka Kami singgapkan daripadamu tutup ( yang menutup ) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam ( QS. Qaf { 50 } : 21-22 )

Ayat pertama menjelaskan, bahwa setiap jiwa akan

mempertanggungjawabkan dirinya masing-masing apa yang telah dikerjakan di tempat perhitungan di hari kiamat nanti. Adapun ayat kedua, kesempurnaan penglihatan mata manusia sehingga dapat melihat dengan tajam ketika hari kiamat nanti.

Akan tetapi dari semua keterangan di atas, hanya terdapat dua kelompok yang masing-masing kelompok memiliki alasan atas pendapat mereka tentang hari kebangkitan. apakah dengan ruh dan jasad atau ruh :

a. Kelompok yang berpendapat bahwa hari kebangkitan dengan ruh atau nafs . Ini dikenalkan oleh seorang filosof islam yaitu Ibn Sîna, 25 untuk membuktikan adanya nafs , yaitu dengan adanya alam mimpi atau pengadaian orang bisa terbang. 26 Sebab nafs itu sendiri yang telah berbuat dan yang akan mempertanggungjawabkan amalnya di saat hari kebangkitan kelak atau di hadapan Tuhan . seperti dikatakan dalam al-Qur’an :

Kami tiada membebani seseorang ( nafs ) melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran dan mereka tidak dianiaya ( QS. al- Mu ΄ minûn { 23 } : 62 )

Atau di ayat lain disebutkan :

25 ‘Ibn Sîna atau ‘Abû ΄Alî al- Husayn ‘Ibn ΄Abdullah ‘Ibn Sîna, lahir pada tahun 980 M. , beliau seorang alim yang mengusai ilmu filsafat dan kedokteran, sehingga dikenal dengan

seorang filosof dan dokter, karya terkenalnya adalah al-Syifâ’ dan al-Qanûn Fi al-Thibb. ( ΄Abd al-Rahmân Badawî, Mawsûâat al-Falsafah, ( al-Mu’asasat al-΄Arabiyyah Lildirâsât Wa al- Nasyr, 1983 ), jil. I, hal. 40 )

26 Musa Asy΄arie, Filsafat Islam, Sunnah Nabi Dalam Berfikir , hal.254-255

Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakan. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. ( QS. al- Mu’mîn { 40 } : 17 )

b. Kelompok yang berpendapat bahwa hari kebangkitan dengan ruh dan jasad, ini sesuai dengan al-Qur’an, kekuasaan dan keagungan Allah Swt. atas segala sesuatu dan apa yang telah menciptakan alam ini. Sebagaimana dikatakan dalam al-Qur’an :

( Yaitu ) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran- lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulainya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati; sesungguhnya Kami-lah yang akan melakukannya. ( QS. al-‘Anbiyâ’ { 21 } : 104 )

ayat diatas, sangat jelas bahwa Allah akan menciptakan kembali seperti pertama, dimana Allah menciptakan manusia dengan dua unsur yaitu ruh

dan jasad. Jadi pada saat itu Allah mengembalikan ruh manusia ke dalam tubuhnya, sehingga mereka akan pulih kembali sebagaimana saat hidup di dunia ini. Pengulangan kehidupan ini setelah lenyapnya sama sekali. Tak seorang pun mengetahui secara detail akan proses tumbuh kembang manusia untuk yang kedua kalinya ini. Sebab sungguh-sungguh berbeda dengan proses tumbuh kembang yang pertama, saat manusia terlahir dari rahim sang ibu. dalam hal ini Allah telah berfirman :

Kami telah menentukan kematian di antara kau dan Kami sekali-kali, tidak dapat dikalahkan, untuk menggantikan kamu dengan orang yang seperti kamu ( dalam dunia ) dan menciptakan kamu kelak ( di akherat ) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan pertama yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran ( untuk ciptaan yang kedua ) ? ( QS. al-

Wâqi ΄ ah { 56 } : 60-62 )

Jadi tidak mustahil bagi Allah untuk menciptakan kembali jasad yang telah hancur dan mengembalikan ruh kepada jasad yang telah diciptakan itu dengan demikian manusia akan hidup kembali, bukankah Allah menciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada, hal tersebut sangat mudah bagi Allah.