ARGUMEN MELALUI ANALOGI
C. ARGUMEN MELALUI ANALOGI
1. Analogi Melalui Awal Penciptaan Manusia Dari Ketiadaan Telah datang pada suatu masa atas manusia, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang disebut, kemudian Allah menciptakannya dan diberi keistimewaan dan keutamaan dari seluruh makhluk yang ada di bumi ini. Dan tidak diragukan lagi, kemampuan menciptakan pertama dari sesuatu yang tidak ada lebih mampu menciptakan yang kedua dari sesesuatu yang telah ada. Seperti tukang kayu yang sudah berpengalaman dan mahir dalam membuat kursi atau meja, maka untuk membuat kursi atau meja yang kedua lebih mudah karena kemampuan tukang kayu membuat kursi atau meja yang pertama, begitu pula membuat yang ketiga lebih mudah dari yang kedua dan yang pertama.
Dalam analogi ini ada beberapa ayat al-Qur’an yang akan dikemukakan :
Pertama, pada menjelang akhir surat Yasin disebutkan :
tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes air ( mani ), maka tiba-tiba ia menjadi penentang yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi kami ; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata : “ siapakah yang dapat menciptakan tulang belulang, yang telah hancur luluh?’’. Katakanlah : “
Dan apakah manusia
Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali pertama. Dan Dia Maha mengetahui tentang makhluk.( QS. Yasin { 36 } : 77 –79 )
Adapun sebab dari turunnnya ayat ini.
Bahwa pada suatu hari datang al-΄Ash Ibn Wâ’il 26 kepada Rasullah Saw.
dengan membawa sebuah tulang yang sudah lapuk seraya berkata : “ Hai Muhammad! Apakah Allah akan membangkitkan kembali tulang belulang ini yang sudah lapuk? Nabi menjawab : “ Ya Allah akan membangkitkan kembali tulang belulang ini dan akan mematikanmu dan menghidupkanmu kembali kemudian akan memasukkanmu ke dalam neraka jahanam. Maka turunlah ayat ini (Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes air ( mani ), maka tiba-tiba ia menjadi penentang yang nyata. hingga akhir
surat ). 27
Ayat ini mencakup sangat luas dan umum untuk setiap orang yang ingkar kepada kebangkitan kembali. Dan ayat ini sangat tepat untuk menjawab tantangan kaum Musyrik dan bagi orang-orang sombong yang lupa diri bahwa yang akan menghidupkan tulang belulang itu adalah yang menciptakan sebelumnya. Dan ayat ini juga sebagai seruan ada panggilan
26 diriwayat lain bahwa yang datang adalah ‘Ubay ‘Ibn Khalaf ( ‘Abî al-Hassan ΄Alî ‘Ibn ‘Ahmad al-Wâhidî, ‘A sbâb al-Nuzûl, ( Dâr al-Fikr, 1998 ), cet.I, hal. 203-204 )
27 ‘Abû ΄Umar Nâdî ‘Ibn Mahmûd Hassan al-‘Azharî, al-Manqûl ‘Asbâb al-Nuzûl, no.
Hadis : 592, ( Mesir : Mathba΄at al-‘Amânah, 1997 ), cet. I, hal. 563-564 dan ‘Abû Ja΄far Muhammad ‘Ibn Jarîr al-Thabarî, Tafsîr al-Thabarî, no. Hadis : 29243, ( Beirut : Dâr al-Kutub
al-΄Alamiyyah, 1999 ), cet. III, jil. X, hal. 464 al-΄Alamiyyah, 1999 ), cet. III, jil. X, hal. 464
Pada ayat ini ditemukan dua kalimat yang menunjukan dua masa kejadian. Yang pertama penciptaan manusia pada awal mula yang berarti menjadikan sesuatu yang belum ada serta menghidupkan atau mangadakannya, sedangkan yang kedua mendaur ulang yang telah ada serta menghidupkannya.
Bagaimana manusia bisa mendustakan dan mengingkari hari kebangkitan dan padahal pada dirinya terdapat tanda dan argumen yang
sempurna akan terjadinya hari kebangkitan. Tidaklah manusia melihat proses awal mula kejadiannya, yaitu Allah menciptakan dari nuthfah kemudian menjadi manusia yang sebelumnya sesuatu yang tidak ada menjadi sesuatu yang ada.
Ayat di atas adalah sebagai jawaban bagi mereka yang ragu dan ingkar kepada kebangkitan dan sebagai argumen keniscayaannya. Ini dapat dibagi sebagai berikut :
a. Jawaban al-Qur’an atas tantangan kaum Musyrik seperti al-΄Ash ‘Ibn
Wâ’il ﻪﻘﻠﺨ ﻲﺴﻨﻭ ( dan dia lupa kepada kejadiannya ) yakni kalau
manusia mengingat kembali dan berpikir keberadaannya pertama maka tidak mustahil untuk keberadaannya yang kedua. Ini mengajak manusia mengingat kembali dan berpikir keberadaannya pertama maka tidak mustahil untuk keberadaannya yang kedua. Ini mengajak
Dan berkata manusia : “ Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?’’. Dan
tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan terdahulu, sedangkan ia tidak ada sama sekali?. ( QS. Maryam { 19 } : 66-67 )
b. Dan jawaban kedua al-Qur’an ﺓﺭﻤ لﻭﺃ ﺎﻫﺄﺸﻨﺃ ﻱﺫﻟﺍ ﺎﻬﻴﻴﺤﻴ لﻗ
( Katakanlah : “ Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali pertama . ) yakni Allah berkuasa untuk mendaur ulang ciptaannya, karena mendaur ulang ciptaanya lebih mudah dari menciptakan ciptaan pertama yang sebelumnya tidak ada, dan perlu diingat tidak ada perkara sulit pada kuasa Allah. sebagaimana firman-Nya :
Dan mereka berkata : “ Apakah bila kami menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur. Apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru ?” . Katakanlah :” Jadilah kamu sekalian batu atau besi. Atau suatu makhluk yang tidak mungkin ( hidup ) menurut pikiranmu” . Maka mereka akan Dan mereka berkata : “ Apakah bila kami menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur. Apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru ?” . Katakanlah :” Jadilah kamu sekalian batu atau besi. Atau suatu makhluk yang tidak mungkin ( hidup ) menurut pikiranmu” . Maka mereka akan
Walaupun jasad dan tulang belulang telah hancur menjadi bentuk yang sangat sulit untuk dipikirkan dan lebih jauh dari itu maka Allah yang akan mengembalikan kembali dan menghidupkannya karena Dialah yang menciptakan pertama kali.
c. Ketika manusia mati lalu dikubur di dalam tanah setelah beberapa tahun mungkin telah hancur, dan bahwa bagian-bagian mayit tidak akan hancur seluruhnya akan tetapi tersisa walaupun kecil dan halus. Dan kadang-kadang tercecer di dalam perut bumi, atau terkadang dimakan oleh manusia lain, atau terkadang dimakan oleh binatang buas. Pertanyaan besar, bagaimana akan kembali hidup bagian-bagian manusia, padahal bagian tubuhnya telah menjadi bagian tubuh manusia lain. Di sini al-Qur’an menjawab semua keraguan tersebut :
ﻡﻴﻠﻋ ﻕﻠﺨ لﻜﺒ ﻭﻫﻭ ( Dan Dia Maha mengetahui tentang makhluk ) yakni
ayat menunjukkan bahwa Dia ( Allah ) tidak akan lupa dan bodoh terhadap sesuatu dari makhluk-Nya, maka apabila Dia Pencipta tulang belulang ini pada awal mulanya dan Dia tidak bodoh sesuatu baik sebelum mati dan ayat menunjukkan bahwa Dia ( Allah ) tidak akan lupa dan bodoh terhadap sesuatu dari makhluk-Nya, maka apabila Dia Pencipta tulang belulang ini pada awal mulanya dan Dia tidak bodoh sesuatu baik sebelum mati dan
Ini sebuah argumen bahwa manusia yang Allah ciptakan, sebelumnya tidak ada, maka Allah adakan, menciptakan kembali sesuatu yang telah ada
lebih mudah dari pada menciptakan yang belum ada, tetapi dalam kudrat dan kuasa Allah tidak ada mengenal kata sulit, semuanya sama mudah.
Kedua , ayat yang terdapat pada awal surat Qaf :
Apakah kami setelah mati dan menjadi tanah ( kami akan kembali lagi )?, itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin ( QS. Qaf { 50 } : 3)
Dalam ayat ini, orang-orang kafir menyakini tidak adanya kebangkitan kembali orang yang telah mati dan itu sesuatu yang mustahil. Mereka tidak melihat sebagian peristiwa yang ada di alam ini, seandai mereka menengok kekuasaan Allah yang tejadi di alam ini, seperti langit
28 Muhammad Husayn al-Thabâthabâ’î, al-Mîzân Fi Tafsîr al-Qur’an , jil. XVII, hal. 346 28 Muhammad Husayn al-Thabâthabâ’î, al-Mîzân Fi Tafsîr al-Qur’an , jil. XVII, hal. 346
Dan di surat yang sama Allah menjawab keraguan dan keingkaran meraka terhadap kebangkitan kembali.
Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru ( QS. Qaf { 50 } : 15 )
Ayat ini Allah menjelaskan, bahwa Dia tidak lemah untuk menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna dan Dia akan menciptakan kembali ciptaan-Nya dan akan membentuk kembali ciptaan-Nya dengan sebaik- baiknya. Dan bagaimana Allah lemah untuk menciptakan kembali padahal Dia telah menciptakan sebelumnya.
Ketiga , keingkaran mereka terhadap kebangkitan mananusia,
sebagaimana dikemukakan pada surat al-Wâqi ΄ ah :
Dan mereka selalu mengatakan :” Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnyakami benar- Dan mereka selalu mengatakan :” Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnyakami benar-
Ayat di atas, menjelaskan kepada manusia bahwa hari kebangkitan akan datang dan tidak ada kerguan di dalamnya, sebagaimana argumen yang dikemukkan al-Qur’an untuk menolak anggapan mereka yang ingkar terhadap hari kebangkitan dengan melihat penciptaan awal mula manusia,
bila mereka bersedia merenung dengan kejernihan pikiran, tentu hal itu saja sudah menjadi argumen yang tegas, pertanda yang jelas untuk menghapuskan keingkaran yang senantiasa mereka lontarkan. Bukankah kekuasaan untuk menghidupkan mereka untuk pertama kalinya adalah bukan hal yang sulit bagi Allah? jika demikian, lalu apa sulitnya bagi Allah untuk mengumpulkannya dan menghidupkannya untuk kedua kali, bila ini dimengerti, dimana letak kemustahilannya, apa yang saat ini dirasakan jauh dari realita dan mana yang masih dianggap tak sesuai? Dan di surat yang sama al-Qur’an menjawab keingkaran mereka dengan melihat kejadian pertama sekaligus mengajak manusia untuk berpikir :
Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran ( untuk penciptaan yang
kedua ). ( QS. al-Waqi ΄ ah { 56 } : 62 )
Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang mengungkapkan argumen seperti ini, tetapi pada intinya, menekankan untuk selalu berpikir akan tanda-tanda kekuasaan Allah yang terjadi pada Alam semesta ini, sehingga akan mengantarkan manusia kepada keyakinan yang penuh akan kuasa Allah terhadap hari kebangkitan kembali.
Semua penjelasan di atas mengingatkan manusia, apabila terjadi keraguan atas dirinya khusus berkenaan dengan kebangkitan kembali
manusia, maka alangkah baiknya manusia tersebut bertafakur dan berpikir bagaimana penciptaan awal mula manusia? Dan dia akan mengetahui,
bahwa yang kuasa menciptakan pertama kali maka kuasa pula untuk mendaur ulang atau menghidupkan kembali, tetapi menghidupkan kembali lebih mudah dan tidak sulit daripada menciptakan pertama ( ini dalam pandangan manusia ) akan tetapi bagi Allah sangat mudah dan tidak ada yang sulit pada kuasa-Nya.
2. Analogi Melalui Ciptaan Allah Yang Lebih Besar Argumen al-Qur’an akan kebenaran kebangkitan kembali dengan melihat dan membandingkan ciptaan Allah yang lebih besar dan kuat, tanpa dielakan lagi akan lebih mudah ciptaan yang lemah dan kecil. Setelah sebelumnya dijelaskan bahwa penciptaan manusia di dunia sebagai argumen adanya kemungkinan kebangkitan, dan sekarang al-Qur’an akan lebih luas 2. Analogi Melalui Ciptaan Allah Yang Lebih Besar Argumen al-Qur’an akan kebenaran kebangkitan kembali dengan melihat dan membandingkan ciptaan Allah yang lebih besar dan kuat, tanpa dielakan lagi akan lebih mudah ciptaan yang lemah dan kecil. Setelah sebelumnya dijelaskan bahwa penciptaan manusia di dunia sebagai argumen adanya kemungkinan kebangkitan, dan sekarang al-Qur’an akan lebih luas
Sebagai argumen, bahwa Allah telah menciptakan alam ini, dan alam ini lebih besar dan lebih kuat dari ciptaan-Nya yang kecil dan lemah yaitu
manusia. Sebagai contoh perbandingan, seorang insiyur bangunan yang penuh kemahiran dan pengalaman biasa membangun gedung-gedung yang bertingkat yang sulit dan berat, maka insiyur ini akan merasa lebih mudah ketika ia membangun rumah.
argumen ini dapat di dilihat pada alam semesta, langit berdiri tegak tanpa tiang, bumi yang terbentang di atasnya bukit dan gunung dengan diselimuti pepohonan dan tubuhan yang hijau dan berbuah, bergantinya antara siang dan malam. argumen ini dapat dilihat melalui ayat al-Qur’an sebagai berikut :
Pertama, pada awal surat al-Ra ΄ d mengajak manusia untuk berpikir di dalam tanda-tanda kekuasaan Allah sebab ini akan menambah keimanan dan tunduk kepada Allah.
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang ( Sebagaimana ) yang kamu lihat, kemudia Dia bersemayam di atas ΄Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu ditentukan. Allah mengatur urusan ( makhluk-Nya ), menjelaskan tanda-tanda ( kebesaran-Nya ), supaya kamu meyakini pertemuan ( mu ) dengan Tuhanmu. Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang, sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda ( kebesaran Allah ) bagi kamu yang memikirkan. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dankebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkansebahagian tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda ( kebesaran Allah ) bagi kaum yang berfikir. Dan jika ( ada sesuatu ) yang kamu herankan, maka yang patut mengherankan adalah ucapan mereka :” Apakah kami telah menajdi tanah, apakah kami sesungguhnya akan ( dikembalikan ) menjadi makhluk yang baru?” orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya; dan orang-orang itulah ( yang diletakkan ) belenggu dilehernya; mereka
itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. ( QS. al-Ra ΄ d { 13 } : 2-5 )
Dari ayat diatas semuanya sangat jelas, bahwa Allah Swt. menyebutkan tanda dan bukti yang lebih besar atas kesempurnaan kekuasaan dan ilmu- Nya kemudian menjelaskan keingkaran orang Musyrik atas kebangkitan Dari ayat diatas semuanya sangat jelas, bahwa Allah Swt. menyebutkan tanda dan bukti yang lebih besar atas kesempurnaan kekuasaan dan ilmu- Nya kemudian menjelaskan keingkaran orang Musyrik atas kebangkitan
semesta yang lebih besar ( sebagaimana dirincikan pada surat al-Ra ΄ d ) maka menghidupkan kembali lebih mudah dari makhluk atau sesuatu yang lebih kecil.
Kesimpulan pada ayat di atas ialah :
a. Kesempurnaan kekuasaan Allah yang tidak tunduk dengan hukum alam seperti sebab akibat karena semua di alam ini adalah makhluk- Nya.
b. Hari kebangkitan sesuatu yang pasti tidak ada keraguan di dalamnya, maka kekuasaan dan kemampuan Allah menciptakan langit tanpa tiang, matahari dan bulan beredar porosnya akan lebih kuasa untuk menghidupkan kembali manusia dari kuburnya.
c. Kelemahan dan kelalaian orang-orang Musyrik atas bukti yang berada di sekitar mereka, itu disebabkan kecenderungan mereka kepada hawa nafsu, karena hawa nafsu akan menutup dan mencegah datangnya cahaya kebenaran.
d. Orang yang ingkar kepada kebangkitan manusia termasuk orang kafir sebab dia telah menuduh bahwa Allah lemah untuk menciptakan d. Orang yang ingkar kepada kebangkitan manusia termasuk orang kafir sebab dia telah menuduh bahwa Allah lemah untuk menciptakan
ulama sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an dan hadis. Kedua, argumen dengan terjadinya ciptaan yang lebih besar maka kemungkinan besar terjadinya ciptaan yang lebih kecil. Sebagaimana dikatakan dalam al-Qur’an :
Itulah balasan bagi mereka, karena sesungguhnya mereka kafir kepada ayat-ayat Kami dan ( karena mereka ) berkata : “ Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?” . Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa ( pula ) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran. ( QS. al-‘Isrâ’ { 17 } : 98-99 )
Pada ayat ini, diungkapkan keingkaran orang-orang Kafir atas kebangkitan kembali, apakah Allah akan menghidupkan mereka yang telah menjadi tulang belulang? Allah menjawab dengan menganalogikan dengan kuasa menciptakan langit dan bumi yang lebih besar. Kuasa Allah menciptakan yang lebih besar kuasa pula menciptakan yang lebih kecil. Allah lebih mudah menciptakan kembali manusia yang kecil dari dari pada Pada ayat ini, diungkapkan keingkaran orang-orang Kafir atas kebangkitan kembali, apakah Allah akan menghidupkan mereka yang telah menjadi tulang belulang? Allah menjawab dengan menganalogikan dengan kuasa menciptakan langit dan bumi yang lebih besar. Kuasa Allah menciptakan yang lebih besar kuasa pula menciptakan yang lebih kecil. Allah lebih mudah menciptakan kembali manusia yang kecil dari dari pada
Ketiga, argumen lain yang nyata dan jelas atas kuasa Allah, terdapat pula pada akhir surat Yasin .
Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar. Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. ( QS. Yasin { 36 } : 81 )
Ayat di atas, sebagai argumen kebangkitan dan menciptakan kembali jasad-jasad manusia. Dan ini sebagai peringatan dan petunjuk untuk melihat ciptaan-Nya yaitu langit dan bumi, Allah menciptakan langit dengan tujuh lapis dan di atasnya terdapat bintang-bintang dan planet dan bumi di atasnya terdapat gunung, lautan, sungai dan pepohonan. Kerajaan Allah yang besar ini sebagai argumen terjadinya kebangkitan kembali manusia, karena penciptaan langit dan bumi lebih besar dari pada penciptaan
manusia. 29 Kemampuan Allah menciptakan manusia, dan menghidupkan kembali setelah mati, karena Dia yang menciptakan manusia yang pertama
29 ‘Ahmad ΄Umar Hâsyim, “ Dalâ’ il al-Qudrat al-‘Ilahiyyah” , Majalah al-‘Azhar, thn. ke-75, juz I,( al-Muharram, 1423 H. ), hal. 38 29 ‘Ahmad ΄Umar Hâsyim, “ Dalâ’ il al-Qudrat al-‘Ilahiyyah” , Majalah al-‘Azhar, thn. ke-75, juz I,( al-Muharram, 1423 H. ), hal. 38
3. Analogi Melalui Akal Argumen dengan akal, bahwasanya kalau Allah tidak membangkitkan para makhluk dan tidak memberikan balasan atau ganjaran kepada setiap makhluk apa yang telah dikerjakan di dunia, maka itu adalah perbuatan sia- sia atau tak berguna. Akan tetapi dalam pandangan akal bahwa perbuatan sia-sia mustahil melekat pada diri Allah, sebab itu bahwa kebangkitan akan datang tidak ada keraguan di dalamnya.
Allah Swt. telah berkehendak bahwa dunia yang ditempati manusia sebagai tempat ujian, cobaan dan amal, dan dijadikan akherat sebagai tempat tinggal, balasan dan penetapan hukum dan keadilan. Maka sebab itu harus ada sesuatu yang memotivasi orang baik untuk selalu berbuat baik dan begitu juga sesuatu yang mencegah orang jahat untuk selalu berbuat jahat.
Tidak diragukan lagi, bahwa manusia hidup di muka bumi ini bermacam-macam keadaanya, sebagian mereka ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang bahagia, ada yang sedih dan di antara mereka pula ada yang berbuat zhalim, ada yang dizhalimi.
Dan seandainya dunia ini dijadikan surga untuk mereka yang berbuat lalim, sombong dan jahat maka pada saat itu pula dunia sebagai neraka Dan seandainya dunia ini dijadikan surga untuk mereka yang berbuat lalim, sombong dan jahat maka pada saat itu pula dunia sebagai neraka
Dari sini dapat disimpulkan, bahwa keberadaan kebangkitan kembali manusia dari kubur sangat dibutuhkan ( dlarûrah ) kalau Allah tidak membangkitkan manusia dan tidak membalas setiap amal perbuatanya ini adalah perbuatan sia-sia, dan perbuatan sia-sia sangat mustahil bagi Allah.
Keberadaan kebangkitan kembali tidak hanya dirasakan oleh akal tetapi bisa dirasakan oleh fitrah manusia, perasaan atau hati sanubari, kepercayaan kepada hari kebangkitan hampir sering terjadi di dalam fitrah dan hati seluruh setiap manusia, di setiap zaman dan tempat. Mereka merasakan dalam hati adanya kehidupan lain yang akan mengantarkan manusia untuk mendapatkan balasan perkerjaanya di dunia, setiap kebaikan akan mendapatkan kebaikan dan keburukan akan mendapatkan keburukan. Semua ini dirasakan sama oleh setiap manusia, baik dia memeluk agama samâwî ( dari langit ) atau agama wadl ΄ î ( bukan dari langit ). Seperti :
a. Dalam tradisi upacara keagamaan Mesir Kuno apabila ada seorang yang mati, dimandikan dengan air bersih kemudian dikafankan dikubur lalu dibacakan mantera untuk menjaga kuburannya dari gangguan arwah jahat dan untuk mendapatkan rahmat Tuhan. Dan dituliskan jimat di peti atau di tembok kuburannya khusus untuk para raja, pangeran, dukun, menteri, pegawai kerajaan dan dokter, apabila dari golongan rendah dituliskannya di kain kafan atau di kertas dan di kubur bersamanya. Lalu mereka ( orang-orang Mesir Kuno ) menyembelih hewan di atas kuburan dan dimasukan sebagian daging, roti, air dan buah-buahan kedalam kuburan mayit tersebut dan
menunggu kebangkitan kembali setelah mati. 30
b. Dalam kepercayaan agama Hindu kebangkitan kembali dikenal dengan reinkarnasi ( tanâsukh ) yaitu keluarnya ruh dari jasad orang yang telah mati menitis ke jasad lain, baik dari manusia atau hewan sampai ruh tersebut terlepas dari dosa dan kesalahannya hingga
mencapai ruh menjadi suci dan bersih. 31
30 ΄Alî Mu΄îd Farghalî, Lamahât Fi Nasy’at al-Fikr W a Tathawwurih ΄ Ind al- ΄ A rab W a al- Mashriyyîn W a al-Hunûd, ( Kairo : Dâr al-Kitâb al-Jâmi΄î, 1989 ) cet. I, hal. 68
31 Jum΄at ΄Alî ΄Abd al-Qadîr, Jalâl al-Fikr Fi al-Tafsîr al-Mawdlu ΄ Li ‘Âyât min al-Dzikr , hal.290-291
Contoh di atas, tidak pernah dan hampir didapatkan setiap masyarakat selalu terbesit dalam dirinya adanya pemikiran kebangkitan dan balasan setiap pekerjaan di dunia. Terpenting adalah sebuah keyakinan adanya kebangkitan para makhluk di setiap fitrah dan hati manusia, terlepas benar atau salah gambaran tentang hari kebangkitan.
argumen keniscayaan hari kebangkitan sama seperti mencari bukti adanya Allah melalui fitrah dan hati manusia. Seperti percakapan seorang
murid kepada gurunya tentang bukti adanya Allah : Murid : Berikan bukti kepadaku tentang adanya Allah tanpa melalui
alam semesta, sifat dan dzat Allah ? Guru : Apakah engkau pernah berlayar menggunakan bahtera ? Murid : Ya, pernah. Guru : Apakah pernah datang kepadamu badai laut yang
menghantam bahteramu sehingga kamu merasa takut ? Murid : Ya, pernah. Guru : Apakah kamu merasakan dalam jiwamu akan ada
yang menolongmu ? Murid : Ya, aku merasakan. Guru : Maka sesungguhnya itulah Allah Swt. 32
Dari percakapan di atas, jelas bahwa bukti adanya Allah dapat dirasakan oleh fitrah dan jiwa manusia sebagaimana bukti atau argumen adanya kebangkitan, dan seseorang atau kelompok yang tidak mengakui adanya Tuhan ( atheist ) itu adalah sebuah kebohongan besar.
32 Husayn ‘Ahmad ‘Amîn ( ed ), Alf Hikâyah Wa Hikâyah Min al-‘Adab al- ΄ Arabî al-Qadîm, ( Dâr al-Syurûq ), hal. 177
D. HIKMAH YANG TERKANDUNG DARI HARI KEBANGKITAN Di dalam al-Qur’an ada beberapa ayat yang mengandung hikmah dari kejadian hari kebangkitan para makhluk dari kuburnya, semua ini yang akan menjadi motivator manusia untuk selalu berbuat yang terbaik dan semaksimal mungkin menjauhkan perbuatan buruk.
Hikmah pertama, tanpa ada hari kebangkitan maka Allah telah menciptakan manusia di alam ini dengan sia-sia. Akan tetapi Allah
menciptakan manusia dan alam ini tidak dengan sia-sia. Sebagaimana firman-Nya :
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main ( saja ), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? ( QS. al-Mu’minûn { 23 } : 115 )
Maksud ayat di atas, apakah kalian menduga bahwa seluruh makhluk diciptakan secara sia-sia tanpa maksud, hikmah dan kebangkitan atau Kami menciptakan kalian dengan main-main seperti Kami menciptakan binatang tanpa balasan dan hukuman untuknya. Sesungguhnya Kami menciptakan
kalian untuk ibadah dan menjalankan perintah-perintah Allah Swt. 33 Dan di ayat lain dikatakan :
33 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm , jil. V, hal. 435
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan main-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. ( QS. al-Dukhân { 44 } : 38-39 )
Atau di ayat lain :
Dan tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat ( kiamat ) itu pasti akan datang, maka maafkanlah ( mereka ) dengan cara yang baik. ( QS. al-Hijr { 15 } : 85 )
Semua ayat di atas, menunjukan bukti-bukti yang kuat bahwa penciptaan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya tidak terlepas dari hikmah dan tujuan, dan sesungguhnya Allah Maha Suci dan Sempurna dari perbuatan sia-sia, Allah tidak akan melepaskan orang yang berbuat buruk dan jahat di antara makhluk-Nya tanpa proses perhitungan dan pembalasan yang setimpal. Dan apa yang diduga orang-orang Kafir dan materialisme itu tidak ada bukti yang kuat atas apa yang mereka duga, dan dugaan semacan itu hanya dugaan kira-kira atau dugaan warisan dari nenek moyang mereka.
Tegasnya, Allah menciptakan manusia mempunyai tujuan dan hikmah
selain ibadah kepada Allah, ada beberapa ibadah yang diwajibkan kepada selain ibadah kepada Allah, ada beberapa ibadah yang diwajibkan kepada
Hikmah kedua dari kebangkitan yaitu perhitungan dan pembalasan atas amal perbuatan manusia di dunia atau setiap manusia di muka bumi akan
diminta pertanggungjawabannya atas apa yang mereka lakukan, hingga manusia mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang mereka kerjakan.
sebagaimana firman-Nya :
Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan dikembalikan; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaanya kemudian mengulanginya ( menghidupkannya ) kembali ( sesudah berbangkit ), agar Dia memberikan pembalasan kepada orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafirannya mereka ( QS. Yûnus { 10 } : 4 )
Bahwasanya dihidupkannya kembali manusia hanya untuk memberikan balasan kepada mereka yang beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad dan apa yang diturunkan kepadanya, dan mereka semua akan diberi balasan Bahwasanya dihidupkannya kembali manusia hanya untuk memberikan balasan kepada mereka yang beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad dan apa yang diturunkan kepadanya, dan mereka semua akan diberi balasan
akibat kekafirannya. 34
Dan masih banyak ayat al-Qur’an yang di dalamnya menguak perhitungan dan pembalasan sebagai hikmah di balik dari hari kebangkitan. 35 Hikmah ketiga, dari kebangkitan yaitu dibutuhkan keadilan Tuhan untuk tidak menyamakan antara mukmin dan kafir. Tidak diragukan bahwa hidup di dunia bermacam-macam keadaanya ; Muslim, Kafir, Munafik, taat, maksiat, orang yang zalim dan orang yang dizalimi.
Orang yang berbuat jahat, dosa dan zalim keadaannya sangat senang dan nasibnya lebih beruntung di dunia dari pada orang Mukmin yang taat, ikhlas dan yang dizalimi, orang Kafir dan jahat sangat menikmati kenikmatan yang ada di dunia dan selalu berbuat permusuhan, pertengkaran dan kekacauan, kalau itu disamakan nasibnya dengan orang Mukmin, taat, ikhlas dan selalu
34 Muhammad Mahmûd Hijâzî, al-Tafsîr al-Wâdlih , jil. II, hal. 41
35 QS. Thaha { 20 } : 14, QS. Saba’ { 34 } : 3-4, 37-38, QS. al-Jatsiyah { 45 } : 22, QS. al- Mulk { 67 } : 2 35 QS. Thaha { 20 } : 14, QS. Saba’ { 34 } : 3-4, 37-38, QS. al-Jatsiyah { 45 } : 22, QS. al- Mulk { 67 } : 2
Maka apakah orang yang beriaman seperti orang yang fasik ( kafir )? Mereka tidak sama. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Dan adapun orang-orang fasik ( kafir ), maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak ke luar daripadanya, mereka dikembalikan ( lagi ) kedalamnya dan dikatakan kepada mereka : “ Rasakan siksa neraka yang dahulu kamu menustakannya. Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat ( di dunia ) sebelum azab yang lebih besar ( di akherat ); mudah- mudahan mereka kembali ( ke jalan yang benar ) ( QS. al-Sajadah { 32 } : 18-21 )
Ayat ini sangat jelas, prinsip keadilan yang Allah tegakkan terhadap hambanya dengan tidak menyamakan antara Mukmin yang berbuat amal
saleh dengan Kafir yang fasik, yang masing-masing keduannya akan menerima balasan sesuai dengan perbuatannya di dunia. Orang Mukmin dan mengerjakan amal saleh akan menempati surga yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagian, dan orang Kafir yang fasik akan menempati saleh dengan Kafir yang fasik, yang masing-masing keduannya akan menerima balasan sesuai dengan perbuatannya di dunia. Orang Mukmin dan mengerjakan amal saleh akan menempati surga yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagian, dan orang Kafir yang fasik akan menempati
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal soleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. ( QS. al- Jatsiyah { 45 } : 21 )
Firman Allah di akhir ayat ﻥﻭﻤﻜﺤﻴ ﺎﻤ ﺀﺎﺴ menunjukan bahwa hukum
persamaan antara Mukmin dan Kafir itu sesungguhnya bersumber dari dugaan orang-orang Kafir. Sangat buruk apa yang mereka duga bahwa Allah akan memberi persamaan antara orang-orang yang berbakti dan orang-orang
yang durhaka di akherat nanti. 36 di ayat selanjutnya Allah menegaskan bahwa setiap hamba akan dibalas sesuai dengan apa yang dikerjakannya sekaligus menafikan persamaan hukum antara Mukmin dan Kafir. Allah berfirman :
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan ( QS. al-Jatsiyah { 45 } : 22 )
36 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm , jil. VII, hal. 246
Jadi sangat jelas, bahwa hikmah kebangkitan untuk memberikan balasan terhadap manusia atas apa yang mereka kerjakan di dunia dan bukan untuk mempersamakan hukuman dan nasib antara Mukmin dan Kafir, seperti yang dikataka orang-orang Kafir, sebab itu semuanya bertentangan dengan keadilan Allah Swt.