Penerapan Analisis Konjoin untuk Keinginan Siswa Terhadap Pelayanan Kesehatan di SMA Harapan 3 Medan Tahun 2013

(1)

TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI SMA HARAPAN 3 MEDAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh

NENI ANISYAH 091000082

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

NENI ANISYAH 091000082

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

SMA Harapan 3 Medan merupakan sekolah swasta yang telah memiliki klinik sekolah yang aktif dengan seorang dokter sebagai pimpinan dan seorang perawat sebagai petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di SMA Harapan 3 Medan belum mencakup 10 pelayanan kesehatan di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keinginan siswa terhadap pelayanan kesehatan di SMA Harapan 3 Medan dengan penerapan analisis konjoin dengan metode Traditional Conjoint.

Tahap awal penelitian adalah menentukan atribut dan taraf pelayanan kesehatan yang diperoleh dengan diskusi bersama stakeholder (kepala sekolah, orangtua, perawat, dan siswa). Hasil diskusi adalah 4 atribut pelayanan kesehatan di SMA Harapan 3 Medan, yaitu penyuluhan kesehatan, konsultan kesehatan, PMR (Palang Merah Remaja), dan pengawasan warung sekolah kemudian disusun menjadi 10 stimuli pelayanan kesehatan yang dibagikan kepada 164 siswa yang terpilih secara

stratified random sampling.

Hasil analisis konjoin menunjukkan atribut yang terpenting adalah penyuluhan kesehatan 42,96% (taraf dilakukan 2 kali setahun), diikuti pengawasan warung sekolah 24,20% (taraf dilakukan 1 kali setahun), PMR (Palang Merah Remaja) 17,36% (taraf kelas X dan XI sebagai anggota), dan konsultan kesehatan 15,48% (taraf tenaga kesehatan dan siswa terlatih).

Saran dari penelitian ini adalah SMA Harapan 3 Medan sebaiknya melaksanakan program pelayanan kesehatan sesuai dengan keinginan siswa dan bagi peneliti lain yang tertarik menerapkan analisis konjoin sebaiknya menggunakan metode analisis konjoin dan perangkat analisis statistik yang lain.

Kata kunci : keinginan, analisis konjoin, pelayanan kesehatan SMA Harapan 3 Medan


(5)

iii

SMA Harapan 3 Medan is a private school that already has an active school clinic with a doctor as a manager and a nurse as a health officer. Health service at SMA Harapan 3 Medan has not included 10 health services in school. This research aims to find students’ willingness to health service at SMA Harapan 3 Medan by applicating conjoint analysis by traditional conjoint method.

The first step of the research is determining attributes and levels of health service obtained by discussing with stakeholder (a principal, parents, a nurse, and students). The result of the discussion are 4 attributes of health service at SMA Harapan 3 Medan that are health education, health consultant, red cross youth, and monitoring of school canteen. Then the attributes were arranged into 10 combinations of health service and gave to 164 students who were selected by stratified random sampling.

The result of conjoint analysis showed the most important attribute is health education 42,96% (the level is done twice a year), then the monitoring of school canteen 24,20% (the level is done once a year), red cross youth 17,36% (the level is class X and XI as member), and health consultant 15,48% (the level is health officers and trained students).

The suggestion of this research is SMA Harapan 3 Medan should organize the health service based on the students’ willingness and to the other researchers who are interested in conjoint analysis to applicate other conjoint analysis methods by using other statistical analysis tools.


(6)

Nama : NENI ANISYAH

Tempat/ Tanggal Lahir : Gunung Para/ 10 Januari 1991

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Nama Orang Tua : Ayah Masnanto Ibu Suwarningsih

Anak ke : 4 (empat) dari 4 (empat) bersaudara

Alamat Rumah : Desa Silau Dunia Kecamatan Silou Kahean Kabupaten Simalungun

Riwayat Pendidikan

Tahun 1997 – 2003 : SD Negeri No. 091726 Silau Dunia Tahun 2003 – 2006 : SMP Negeri 1 Tebing Tinggi Tahun 2006 – 2009 : SMA Swasta ERIA Medan


(7)

v

Puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT serta shalawat beriring salam bagi Rasulullah SAW atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Penerapan Analisis Konjoin untuk Keinginan Siswa Terhadap Pelayanan Kesehatan di SMA Harapan 3 Medan Tahun 2013” dapat selesai.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Banyak pengalaman yang diperoleh dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan juga dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu, disampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, M.S., Ph.D., selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistik.

3. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Maya Fitria, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, ilmu, arahan, motivasi, serta dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

perbaikan skripsi ini.

5. Ibu dr. Linda Trimurni Maas, M.P.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik. 6. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara khususnya Departemen Kependudukan dan Biostatistik yang telah memberikan ilmu dan bimbingan.

7. Bapak Abd. Jalil, S.Pd., M.S. selaku Kepala Sekolah SMA Harapan 3 Medan. 8. Seluruh Staf yang bertugas di SMA Harapan 3 Medan yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

9. Sembah sujud kepada kedua orangtua terkasih dan juga teristimewa Ayahanda Masnanto dan Ibunda Suwarningsih serta nenek tersayang Nenek Musinem yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, cinta, perhatian, semangat, dukungan moral, spiritual, dan juga material.

10.Saudara-saudaraku Kakanda Ika Asmania, Abangda Ade Krismas Harianto, Kakanda Wita Tania, dan ipar-iparku Abangda Deri Kurniawan, Kakanda Vina Andriani, Abangda Sofian, serta keponakanku yang lucu Sheva Alfahrezi dan Sasmi Erina terima kasih untuk dukungan, motivasi, serta doanya.

11.Rekan-rekan seperjuangan di Peminatan Biostatistika dan Informasi Kesehatan, Ayu, Jehan, Kak Ulia, Kak Risa, Kak Cinta terima kasih untuk waktu, tenaga, pikiran, dan motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini.


(9)

vii

12.Teman-temanku Cici, Erin, Sundari, Audi, Debi, Dika, Ijjah, Tri, Hapni, Wita, Mandasari, Bang Vando terima kasih untuk waktu, tenaga, pikiran, dan motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini.

13.Rekan-rekan seperjuangan di MSS, Bang Arif, Bang Kiki, Kak Rini, Kak Riris, Mak Riko, Bang Doni, Bang Remy, Novi, Kiki, Evra, Faisal, Datul terima kasih untuk motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini.

14.Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, April 2014 Penulis,


(10)

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Analisis Konjoin ... 9

2.1.1 Pengertian Analisis Konjoin ... 9

2.1.2 Tujuan Analisis Konjoin... 11

2.1.3 Asumsi pada Analisis Konjoin ... 11

2.1.4 Metode Perancangan dan Pengukuran dalam Analisis Konjoin ... 11

2.1.5 Tahapan-tahapan Melakukan Analisis Konjoin ... 14

2.2 Pelayanan Kesehatan ... 21

2.2.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan ... 21

2.2.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan ... 22

2.2.3 Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan ... 23

2.2.4 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan ... 25

2.3 Klinik ... 26

2.3.1 Pengertian Klinik ... 26

2.3.2 Jenis-Jenis Klinik... 27

2.3.3 Kegiatan Pelayanan Kesehatan di Sekolah ... 28

2.4 Keinginan ... 35

2.5 Kerangka Operasional ... 36

2.6 Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38


(11)

ix

3.3.1 Populasi ... 38

3.3.2 Sampel ... 38

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.5 Definisi Operasional ... 40

3.6 Aspek Pengukuran ... 41

3.7 Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1 Gambaran Umum SMA Harapan 3 Medan ... 44

4.2 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran SMA Harapan 3 Medan ... 44

4.3 Analisis Univariat ... 45

4.3.1 Karakteristik Responden ... 46

4.4 Analisis Multivariat ... 47

4.5 Uji Validasi Hasil Output ... 49

BAB V PEMBAHASAN ... 51

5.1 Karakteristik Responden ... 51

5.2 Keinginan Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan ... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 56

6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN: Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 60

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ... 61

Lampiran 3. Surat Telah Melakukan Penelitian ... 62

Lampiran 4. Kuesioner ... 63

Lampiran 5. Syntax 1 dan Stimuli Hasil Syntax 1 ... 65

Lampiran 6. Syntax 2 ... 66

Lampiran 7. Data Hasil Penelitian ... 71

Lampiran 8. Output Analisis Deskriptif ... 77


(12)

Tabel 2.1 Perbandingan Alternatif Metode Konjoin ... 15 Tabel 3.1 Besar Sampel Berdasarkan Stratum ... 40 Tabel 3.2 Atribut dan Taraf Pelayanan Kesehatan di

SMA Harapan 3 Medan ... 41 Tabel 3.3 Sepuluh Stimuli Pelayanan Kesehatan di

SMA Harapan 3 Medan ... 42 Tabel 4.1 Distribusi Siswa SMA Harapan 3 Medan

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46 Tabel 4.2 Distribusi Siswa SMA Harapan 3 Medan

Berdasarkan Usia ... 46 Tabel 4.3 Hasil Analisis Konjoin ... 47 Tabel 4.4 Nilai Kepentingan Relatif Pelayanan Kesehatan

di SMA Harapan 3 Medan ... 49 Tabel 4.5 Hasil Analisis Korelasi Kendall’s tau ... 49


(13)

xi

Gambar 2.1 Kerangka Operasional Penerapan Analisis Konjoin untuk Keinginan Siswa Terhadap Pelayanan Kesehatan di SMA


(14)

SMA Harapan 3 Medan is a private school that already has an active school clinic with a doctor as a manager and a nurse as a health officer. Health service at SMA Harapan 3 Medan has not included 10 health services in school. This research aims to find students’ willingness to health service at SMA Harapan 3 Medan by applicating conjoint analysis by traditional conjoint method.

The first step of the research is determining attributes and levels of health service obtained by discussing with stakeholder (a principal, parents, a nurse, and students). The result of the discussion are 4 attributes of health service at SMA Harapan 3 Medan that are health education, health consultant, red cross youth, and monitoring of school canteen. Then the attributes were arranged into 10 combinations of health service and gave to 164 students who were selected by stratified random sampling.

The result of conjoint analysis showed the most important attribute is health education 42,96% (the level is done twice a year), then the monitoring of school canteen 24,20% (the level is done once a year), red cross youth 17,36% (the level is class X and XI as member), and health consultant 15,48% (the level is health officers and trained students).

The suggestion of this research is SMA Harapan 3 Medan should organize the health service based on the students’ willingness and to the other researchers who are interested in conjoint analysis to applicate other conjoint analysis methods by using other statistical analysis tools.


(15)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi sekarang ini, kompetisi di antara perusahaan maupun instansi semakin ketat. Perusahaan-perusahaan tersebut saling berkompetisi untuk menjadi yang paling unggul dalam memenuhi kebutuhan pasar yang menjadi sasaran. Jika perusahaan tersebut tidak memiliki keistimewaan dalam pasar, maka perusahaan tersebut tidak akan berumur panjang. Oleh karena itu perlu dirancang produk atau pelayanan dengan keistimewaan tersendiri sebagai ciri khas dari suatu perusahaan yang dapat memberikan kepuasan pada konsumen. Namun sebelum suatu produk atau pelayanan dirancang, perlu dilakukan pendekatan analitis untuk memeroleh gambaran mengenai keinginan konsumen (Kotler, 2000).

Dalam menganalisis keinginan konsumen dibutuhkan “ilmu statistik” terutama analisis multivariatnya yang memungkinkan dilakukan analisis terhadap lebih dari dua variabel secara bersamaan yang pola hubungannya dapat bersifat dependen maupun independen. Pola hubungan yang bersifat dependen memerlukan variabel bebas dan tergantung dalam analisisnya. Sedangkan pola hubungan yang bersifat independen tidak memerlukan adanya variabel tergantung. Ada beberapa teknik dalam analisis multivariat, di antaranya yaitu analisis korelasi kanonikal, analisis manova, analisis kluster, analisis diagram pohon, analisis faktor, analisis diskriminan, dan analisis konjoin (Sarwono, 2006).

Salah satu dari analisis multivariat yang telah dijabarkan di atas adalah analisis konjoin. Analisis konjoin merupakan salah satu metode analisis multivariat


(16)

yang secara spesifik digunakan untuk mengetahui bagaimana responden menentukan pilihan-pilihan untuk produk atau pelayanan (Hair et al, 2010).

Sejak pertengahan tahun 1970, analisis konjoin sudah sangat menarik perhatian sebagai sebuah metode yang dapat menggambarkan secara realistis mengenai keputusan para konsumen mengenai atribut-atribut suatu produk (Hair et al, 2010). Pada awalnya, analisis konjoin banyak digunakan pada perusahaan-perusahaan sebagai riset terhadap produk baru yang akan ataupun sudah diluncurkan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, analisis konjoin dapat diterapkan pada bidang-bidang lainnya (Santoso, 2012).

Teknik analisis konjoin penting karena ada banyak faktor yang memengaruhi penilaian konsumen dalam menentukan pilihan suatu produk atau pelayanan. Analisis konjoin ini tepat dan baik dalam menentukan strategi pemasaran sekaligus dapat digunakan dalam penentuan segmentasi pasar berdasarkan preferensi konsumen terhadap atribut produk atau pelayanan yang dipilihnya (Yanti, 2011).

Analisis konjoin merupakan metode multivariat yang unik karena peneliti terlebih dahulu harus membentuk produk atau pelayanan hipotetik yaitu dengan cara mengombinasikan taraf-taraf dari setiap atribut. Dari kombinasi-kombinasi yang terbentuk tersebut selanjutnya responden diminta untuk memberikan peringkat terhadap setiap kombinasi (Hair et al, 2010).

Salah satu penerapan analisis konjoin adalah pada bidang kesehatan. Dalam waktu dua puluh tahun terakhir, analisis konjoin banyak digunakan dalam riset ekonomi kesehatan dan manajemen pelayanan kesehatan. Teknik analisis ini dapat diterapkan pada pembuatan keputusan tentang pola pelayanan kesehatan, penentuan


(17)

Universitas Sumatera Utara prioritas, maupun evaluasi ekonomi dalam menghadapi keterbatasan anggaran kesehatan (Murti, 2002). Begitu pula dengan kesehatan masyarakat Indonesia yang masih perlu mendapat perhatian dan perlu peningkatan, maka analisis ini dapat diaplikasikan pada sumber dayanya agar lebih baik lagi.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 1 yang menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Kemenkes RI, 2009). Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia adalah membangun fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Kemenkes RI, 2009). Hal ini sesuai dengan konsep Hendrik L. Blum (1974) yang menyatakan bahwa ada empat faktor yang memengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan dan salah satunya adalah pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer), pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder), dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier). Untuk pelayanan kesehatan yang paling utama dibutuhkan masyarakat ketika mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) yang sebagian besar berada di pedesaan atau sekolah-sekolah. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) adalah klinik (Notoatmodjo, 2003).

Klinik merupakan fasilitas pelayanan kesehatan perorangan, tetapi klinik juga dapat memberikan pendidikan kesehatan terkait eksistensinya di sekolah-sekolah.


(18)

Pendidikan kesehatan sangat penting untuk merubah paradigma masyarakat yang selama ini hanya melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan setelah mereka mengalami gangguan kesehatan dengan harapan mendapat kesembuhan dengan cepat. Paradigma masyarakat tersebut harus segera ditinggalkan karena alangkah baiknya jika pemeriksaan kesehatan dilakukan secara rutin dan sejak dini sebelum sakit untuk mengurangi risiko kejadian sakit yang membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi (Notoatmodjo, 1993).

Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan pendidikan kesehatan terutama bagi anak usia sekolah agar tertanam kebiasaan preventif dalam kesehatan sejak dini. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, salah satu upaya kesehatan dilakukan melalui kegiatan kesehatan sekolah. Selanjutnya pada Pasal 79 Ayat (1) dijelaskan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Ayat (2) menjelaskan bahwa kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud ayat (1) diselenggarakan melalui sekolah formal dan informal atau melalui lembaga pendidikan lain (Kemenkes RI, 2009).

Menurut Tim Pembina Kesehatan Sekolah Propinsi Jawa Timur (2004), meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pembangunan tidak terlepas dari dua faktor yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya yaitu faktor pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan prasyarat utama agar upaya pendidikan itu berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan sangat


(19)

Universitas Sumatera Utara mendukung terciptanya peningkatan status kesehatan seseorang. Maka program kesehatan sekolah dengan titik berat pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas, menjadi sangat penting dan strategis untuk mencapai derajat yang setinggi-tingginya. Hal ini sejalan dengan konsep WHO (World Health Organization) melalui gerakan Global School Health Initiative yang saat ini sedang digalakkan di seluruh dunia (Ardi, 2009).

Sasaran pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada kelompok/populasi umur tertentu sangat menentukan keberhasilan suatu program kesehatan. Oleh karena itu, target pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan bagi anak usia sekolah yaitu anak-anak sekolah yang duduk di tingkat Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan Sekolah Menengah Tingkat Atas, serta Sekolah Luar Biasa (Effendy, 1998). Dengan dasar: (1) Populasinya tergolong besar karena jumlah anak usia sekolah mencapai ±29% dari jumlah penduduk dan diperkirakan 50% dari jumlah tersebut adalah anak-anak yang mendapat pendidikan di sekolah. (2) Masyarakat sekolah yang terdiri dari siswa, guru, dan orangtua siswa merupakan masyarakat yang paling peka terhadap pengaruh modernisasi dan tersebar merata di seluruh Indonesia. (3) Mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik di institusi-institusi sekolah. (4) Pendidikan dan pelayanan kesehatan yang diberikan sejak dini jauh lebih baik dari pada diberikan pada usia yang sudah agak terlambat karena pada usia dini anak dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan sehingga masih muda dibina dan dibimbing. (5) Anak usia sekolah merupakan generasi penerus yang potensial karena mereka akan berumah tangga, menjadi orangtua, dan mempunyai anak, maka nasib


(20)

anak-anaknya dalam bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan banyak bergantung kepada mereka. (6) Pendidikan kesehatan melalui masyarakat sekolah ternyata paling efektif di antara usaha-usaha yang ada untuk mencapai kebiasaan hidup sehat dari masyarakat pada umumnya. (7) Masalah kesehatan yang dialami anak usia sekolah ternyata sangat kompleks dan bervariasi karena anak sangat rentan terhadap penyakit, (8) Keadaan kesehatan anak sekolah sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai. (9) Banyak kegiatan dapat diintegrasikan dengan program kesehatan sekolah. (10) Anak usia sekolah merupakan SDM yang sangat berharga bagi negara (Entjang, 2000).

Pelayanan kesehatan sekolah baik dilaksanakan pada tingkat sekolah karena pada usia ini, individu sedang mengalami perkerkembangan fisik dan mental ke arah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun nonsosial meningkat serta terjadi perubahan cara berpikir logik, abstrak, sistematis, dan mulai berhipotesis sebagai hasil dari sekolah formal yang dijalaninya sehingga cakrawala intelektual mereka semakin meluas (Pratisti, 2008).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2003) terhadap 100 siswa di sekolah-sekolah Muhammadiyah dan Aisyiyah Yogyakarta mengenai pelayanan kesehatan menjelaskan bahwa waktu layanan adalah atribut terpenting (42,39%) dengan taraf 1x seminggu. Atribut terpenting kedua adalah atribut pemberi layanan (26,48%) dengan taraf dokter. Atribut terpenting ketiga adalah atribut pelayanan di luar jam sekolah (18,23%) dengan taraf anak mempunyai kartu anggota ke salah satu rumah sakit Islam yang ditunjuk. Dan atribut yang tidak terlalu penting bagi siswa adalah penyediaan obat (12,91%) dengan taraf penyediaan obat di sekolah cukup


(21)

Universitas Sumatera Utara untuk P3K. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak membutuhkan layanan kesehatan terlalu sering di sekolah untuk itu penyediaan obat cukup dengan P3K saja dan mereka lebih percaya kepada dokter dibanding tenaga kesehatan yang lain serta menurut mereka kartu anggota dibutuhkan untuk rujukan ke rumah sakit Islam.

Sekolah-sekolah di Kota Medan sudah banyak yang mengadakan program kesehatan sekolah (misalnya Usaha Kesehatan Sekolah dan klinik sekolah), tetapi tidak sedikit pula program kesehatan sekolah yang tidak aktif. Oleh karena itu, peneliti memilih Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan untuk dijadikan lokasi penelitian karena sudah memiliki klinik sekolah yang aktif dengan dipimpin oleh seorang dokter dan seorang perawat sebagai petugas kesehatan serta memenuhi syarat untuk penerapan analisis konjoin. Diharapkan dengan penelitian ini dapat lebih meningkatkan pelayanan kesehatan di Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan serta dapat meningkatkan kepopularitasan Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana hasil penerapan analisis konjoin untuk menggambarkan keinginan siswa terhadap pelayanan kesehatan di SMA Harapan 3 Medan Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Menerapkan analisis konjoin untuk menggambarkan keinginan siswa terhadap pelayanan kesehatan di SMA Harapan 3 Medan Tahun 2013.


(22)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mendapatkan kombinasi-kombinasi atribut dan taraf pelayanan kesehatan di SMA Harapan 3 Medan Tahun 2013.

2. Untuk menentukan nilai kepentingan relatif dari setiap atribut pelayanan kesehatan di SMA Harapan 3 Medan Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui kombinasi atribut dan taraf pelayanan kesehatan di SMA Harapan 3 Medan yang paling disukai oleh siswa SMA Harapan 3 Medan yang disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di sekolah tersebut.

4. Untuk mengetahui tingkat ketepatan prediksi (predictive accuracy) antara hasil analisis konjoin dengan keinginan siswa SMA Harapan 3 Medan yang sesungguhnya.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan dan Klinik Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan.

2. Sebagai bahan masukan atau sumber informasi bagi peneliti lain mengenai penerapan analisis konjoin.


(23)

9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Konjoin

2.1.1 Pengertian Analisis Konjoin

Menurut Hair et al (2010), “Conjoint analysis is a multivariate technique

developed specifically to understand how respondents develop preferences for any types of object (products, services, or ideas). Analisis konjoin adalah suatu teknik multivariat yang secara khusus digunakan untuk memahami bagaimana responden mengembangkan preferensinya terhadap semua jenis objek (produk, pelayanan, atau ide).

Analisis ini didasarkan pada premis sederhana konsumen dalam mengevaluasi nilai atau utilitas yang diperoleh dari suatu produk atau pelayanan (baik sesungguhnya maupun hipotesis) dengan cara mengombinasikan utilitas yang mereka berikan terhadap masing-masing tingkat dari atribut (karakteristik) suatu produk atau pelayanan. Pendekatan analisis ini memberikan kesempatan bagi responden untuk menunjukkan produk alternatif yang ingin dibeli dan yang tidak ingin dibeli (Murti, 2002). Dengan analisis ini dapat dibentuk suatu rancangan mengenai karakteristik produk baru, membuat konsep produk baru, membantu menentukan tingkat harga, serta memprediksi tingkat penjualan.

Menurut Santoso (2012), “Conjoint analysis termasuk ke dalam Multivariate Dependence Methode”, dengan model:


(24)

Y1 = X1 + X2 + … + Xn Metrik/Nonmetrik Nonmetrik Keterangan:

 Variabel independen (X1 dan seterusnya) adalah atribut yang berupa data nonmetrik. Termasuk di sini adalah bagian dari atribut (taraf).

 Variabel dependen (Y1) adalah pendapat keseluruhan (overall preference) dari seorang responden terhadap sekian atribut dan taraf dari sebuah produk atau pelayanan. Variabel dependen ini juga mencakup tingkat kepentingan atribut dari seorang responden terhadap atribut-atribut produk atau pelayanan.

Menurut Malhotra (2010) secara umum model analisis konjoin dapat diformulasikan sebagai berikut:

Dalam praktiknya, intersep biasanya ditambahkan ke dalam model analisis konjoin sehingga menjadi:

Dimana:

U(X) = utilitytotal.

ij = part-worth atau nilai kegunaan dari atribut ke-i taraf ke-j

kj

= taraf ke-j dari atribut ke-i

mi

= jumlah atribut ke-i

U


(25)

Universitas Sumatera Utara

Xij = Dummyvariable atribut ke-i taraf ke-j (1=taraf muncul; 0=tidak muncul) Menurut Aaker (2007) konsumen sering memertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan pilihannya dalam memilih suatu produk atau pelayanan. Faktor-faktor tersebut bersifat trade-off yang membuat konsumen serba salah.

2.1.2 Tujuan Analisis Konjoin

Menurut Sarwono (2006), Adapun tujuan analisis konjoin, antara lain:

1. Menentukan tingkat kepentingan relatif atribut-atribut pada proses pemilihan yang dilakukan oleh konsumen.

2. Membuat estimasi pangsa pasar suatu produk atau pelayanan tertentu yang berbeda tingkat atributnya.

3. Untuk menentukan komposisi produk atau pelayanan yang paling disukai oleh konsumen.

4. Untuk membuat segmentasi pasar yang didasarkan pada kemiripan preferensi terhadap tingkat-tingkat atribut.

2.1.3 Asumsi pada Analisis Konjoin

Menurut Santoso (2012) proses konjoin berbeda dengan analisis multivariat lainnya karena tidak membutuhkan uji asumsi seperti normalitas, homocedastisitas dan lainnya.

2.1.4 Metode Perancangan dan Pengukuran dalam Analisis Konjoin

Menurut Hair et al (2010), metode perancangan dan pengukuran pada analisis konjoin, yaitu:


(26)

1. Traditional ConjointAnalysis

Traditional Conjoint Analysis merupakan metode yang menduga individual utility dari masing-masing taraf tiap atributnya. Penggunaannya baik itu pada single profile atau pada pairwise full profile dapat dilakukan secara manual atau secara komputerisasi. Perancangannya meliputi penentuan atribut, penentuan taraf, dan menentukan format kuesioner yang tepat.

Nilai utility pada traditional conjoint analysis dapat diduga dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) pada data metrik (rating data) atau menggunakan monotone regression pada data nonmetrik (ranking data). Penggunaan metode ini akan bekerja efektif jika digunakan pada jumlah atribut kurang dari 6.

2. Adaptive/Hybrid Conjoint Analysis (ACA)

ACA (Adaptive Conjoint Analysis) merupakan metode yang digunakan untuk merancang full-profile. Istilah adaptive mengacu bahwa wawancara dilakukan secara komputerisasi dan berisi tahap-tahap yang akan menentukan tingkat keinginan dari suatu taraf dan tingkat kepentingan dari tiap atribut. Responden dihadapkan pada suatu pertanyaan berupa kuesioner kemudian diminta untuk menjawab pertanyaan di dalamnya. Pertanyaan yang dihadapkan pada responden dapat berupa tipe pertanyaan pilihan, ranking, atau rating. Tipe pertanyaan berupa tingkat kepentingan atribut atau tipe pertanyaan pasangan.

Dugaan nilai kegunaan didapat dari tingkat preferensi responden tiap taraf dan tingkat kepentingan tiap atribut. Pertama kali ACA diperkenalkan, nilai kegunaan


(27)

Universitas Sumatera Utara diduga dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Namun seiring perkembangan zaman, ACA berkembang menjadi beberapa versi yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih kompleks. Seperti saat ini ACA-Hierarchical Bayes Estimation (HB) digunakan untuk menduga nilai kegunaan suatu produk. Dalam suatu pasar produk, nilai kegunaan responden digunakan untuk menduga kekuatan pilihan produk atau pelayanan.

Metode ACA ini akan efektif jika digunakan pada jumlah atribut sampai dengan 30 untuk tiap atribut memiliki sampai dengan 15 taraf dan tidak akan memberikan keuntungan apabila digunakan pada jumlah atribut kurang dari 6, walaupun setidaknya akan bekerja seperti pada full profile. Dengan jumlah atribut yang besar, analisis data hanya mungkin dilakukan secara komputerisasi karena tidak mungkin dilakukan responden dengan manual. Seperti full profile, ACA dapat mengukur utility taraf tiap individu dan hanya dapat mengukur efek utama tiap atributnya.

3. Choice Based Conjoint (CBC)

CBC(Choice Based Conjoint) adalah suatu pengembangan baru. Penggunaan dari metode ini secara besar-besaran baru terlihat lima tahun belakangan. Pada metode ini responden diperlihatkan semua altenatif yang tersedia, kemudian diizinkan untuk memilih satu dari beberapa pilihan tersebut atau tidak memilih satu pun dari banyak pilihan yang tersedia. CBC dapat dilakukan pada atribut kecil maupun besar, secara manual ataupun komputerisasi. Berbeda dengan traditional conjoint dan


(28)

utility tiap individu. Pada kasus Choice Based Conjoint (CBC) perlu dilakukan adaptasi untuk menghasilkan suatu gugus pilihan yang terdiri dari lebih dari satu konsep produk atau pelayanan. Untuk mengukur nilai kegunaan digunakan regresi probit atau regresi logit.

2.1.5 Tahapan-tahapan Melakukan Analisis Konjoin

Analisis konjoin dilakukan dengan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Perumusan Masalah

Menentukan atribut dan taraf dari sebuah objek yang dianggap penting dan akan dilibatkan dalam mengevaluasi produk atau pelayanan.Penetapan atribut dan taraf dapat didiskusikan dengan ahli, mengeksplorasi data sekunder, atau melakukan studi pendahuluan (Bilschken, 2004).

Menurut Hair et al (2010), karakteristik umum yang harus diperhatikan dalam menentukan atribut dan taraf yaitu:

1. Atribut dan taraf harus dapat dikomunikasikan dengan mudah untuk melakukan evaluasi secara realistis.

2. Atribut dan taraf harus dilaksanakan dan didefinisikan dengan jelas sehingga tiap atribut berbeda dengan jelas dan presentasi konsep dapat diimplementasikan secara presisi. Dengan kata lain, atribut tidak bisa bersifat fuzzy.

Jumlah taraf tiap atribut harus seimbang dan range dari taraf pada atribut harus diatur agar berada di luar nilai-nilai yang sudah ada, tetapi tidak pada taraf yang tidak dapat dipercaya. Taraf juga harus didefinisikan sedemikian rupa sehingga tidak terdapat stimuli yang sangat disukai konsumen tetapi tidak dapat direalisasikan.


(29)

Universitas Sumatera Utara 2. Penentuan Metode Analisis Konjoin

Penentuan metode yang akan digunakan dalam analisis konjoin dilakukan berdasarkan jumlah atribut yang dilibatkan. Menurut Hair et al (2010) ada tiga metode yang dapat digunakan dalam analisis konjoin. Perbandingan ketiga metode tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan Alternatif Metode Konjoin

Karateristik Metode Konjoin Traditional Conjoint Adaptive/Hybrid Conjoint Choice-Based Conjoint Maksimum

Atribut 9 30 6

Level Analisis Individual Individual Agregat atau individual

Bentuk Model Aditif Aditif Aditif dan interaksi

Aktifitas Pemilihan

Mengevaluasi stimuli full-profile dalam satu

waktu

Memberikan rating

terhadap stimuli yang mencakup sekelompok atribut Memilih sekelompok stimuli Format Pengumpulan Data

Tidak dibatasi Umumnya berbasis

komputer Tidak dibatasi Sumber: Multivariate Data Analysis (Hair et al, 2010)

Menurut Hair et al (2010), ada dua macam aturan komposisi untuk menggambarkan bagaimana responden menggabungkan parth-worth dari atribut untuk mendapatkan nilai secara keseluruhan, yaitu:

1. Model aditif, merupakan aturan komposisi yang paling umum dan paling mendasar serta merupakan model dasar untuk traditional conjoint dan adaptive conjoint. Model ini tidak membutuhkan asumsi yang ketat mengenai sebaran data.


(30)

Responden secara sederhana menjumlahkan nilai tiap atribut untuk mendapatkan nilai total dari kombinasi atribut.

2. Model interaktif, merupakan aturan komposisi yang lebih sering digunakan untuk atribut yang kurang tangible terutama bila reaksi estetis atau emosional berperan besar. Kepentingan interaksi meningkat karena ketidakmampuan untuk menentukan perbedaan aktual antara atribut tertentu. Dalam analisis konjoin digunakan model interaktif multiplikatif.

3. Merancang Stimuli

Kombinasi antara atribut dan taraf disebut stimuli atau treatment. Jika ada m

atribut dan n taraf, maka stimuli yang seharusnya n x n x sejumlah m buah. Jika jumlah atribut dan taraf yang dilibatkan dalam penelitian banyak, maka akan semakin banyak pula stimuli yang terbentuk. Akibatnya responden menjadi jenuh dan tidak konsisten dalam menilai atau memeringkatkan stimuli-stimuli suatu produk atau pelayanan.

Untuk itu diperlukan suatu teknik untuk mereduksi jumlah stimuli agar responden lebih mudah dalam mengevaluasi stimuli. Teknik ini dikenal dengan istilah fractional factorial design. Dengan desain ini akan diperoleh jumlah stimuli yang hanya mengukur efek utamanya saja sedangkan efek dari interaksi antara satu atribut dengan atribut lainnya diabaikan. Urutan penyajian atribut dalam stimuli tidak berpengaruh terhadap responden dalam memberikan peringkat (ranking) ataupun nilai (rating) terhadap skenario pilihan (Ryan et al, 1998).


(31)

Universitas Sumatera Utara Menurut Bilschken (2004), jumlah stimuli yang terpilih biasanya dibatasi kurang dari 20 stimuli, namun ada dua konsep yang harus diperhatikan dalam

fractional factorial design, yaitu:

a. Balanced, setiap taraf memiliki jumlah ulangan yang relatif sama pada kombinasi yang akan dievaluasi.

b. Orthogonal, tidak ada korelasi di antara stimuli-stimuli yang terbentuk. Dalam perancangan stimuli ada tiga metode presentasi stimuli, yaitu: 1. Metode Presentasi Trade-Off

Metode ini membandingkan atribut secara berpasang-pasangan dengan mengurutkan semua kombinasi taraf. Jumlah matriks trade-off ditentukan berdasarkan jumlah faktor dan dihitung sebagai berikut:

Jumlah matriks trade-off = Dimana N adalah jumlah faktor. 2. Metode Presentasi Full-Profile

Metode ini merupakan metode yang paling popular. Responden diminta untuk memberikan peringkat pada sebagian dari kombinasi taraf-taraf dari atribut (ranking) atau menilai (rating) sebagian atau seluruh kombinasi taraf-taraf yang menggambarkan profil produk atau pelayanan secara lengkap. Metode ini merupakan metode yang paling realistis dalam menampilkan masing-masing taraf pada suatu profil dengan jelas.

Jika ada m atribut dan n taraf, maka stimuli yang seharusnya n x n x sejumlah


(32)

pula stimuli yang terbentuk. Untuk jumlah stimuli yang terlalu banyak, bisa dilakukan pengurangan stimuli dengan ketentuan stimuli minimal adalah:

Minimum stimuli = jumlah taraf - jumlah atribut + 1 3. Metode Presentasi Pairwise Camparison

Metode ini merupakan gabungan dari metode trade-off dan full-profile dengan karakteristik yang paling khusus yaitu profil yang digunakan tidak mengandung semua atribut, namun hanya beberapa atribut per kesempatan yang digunakan dalam membangun profil. Responden diminta memberikan peringkat pada setiap kombinasi taraf-taraf dari dua atribut, mulai dari yang paling disukai sampai pada yang paling tidak disukai. Jika banyaknya atribut ada p buah, maka kombinasi taraf atribut yang harus dievaluasi responden terdapat sebanyak p(p-1)/2 pasangan.

Secara umum, metode pengukuran preferensi dapat dilakukan dengan pengurutan (rank-ordering) atau dengan pemberian nilai (rating). Metode trade-off

menggunakan ranking, metode pairwise comparison menggunakan rating terhadap stimuli yang lebih disukai, sedangkan metode full-profile mengakomodasi baik

ranking maupun rating. 4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dimaksud di sini yaitu pengumpulan pendapat responden terhadap setiap stimuli yang ada. Pendapat setiap responden ini disebut sebagai utility, yang dinyatakan dengan angka dan menjadi dasar perhitungan konjoin.


(33)

Universitas Sumatera Utara 5. Melakukan Proses Konjoin

Dari pendapat responden atas sekian stimuli, dilakukan proses konjoin untuk memperkirakan produk atau pelayanan yang diinginkan responden.

6. Interpretasi Hasil

Pengamatan terhadap estimasi part-worth untuk tiap atribut merupakan metode interpretasi yang paling umum. Semakin tinggi part-worth (baik positif maupun negatif), semakin besar pengaruhnya terhadap utilitas secara keseluruhan.

Nilai-nilai part-worth dapat diplot ke dalam bentuk grafik untuk mengidentifikasi pola. Banyak program mengonversikan estimasi part-worth ke sekala umum untuk memungkinkan terjadinya perbandingan atribut pada satu individu atau antarindividu. Dengan konversi ini memungkinkan penggunaan part-worth dalam multivariat yang lain seperti analisis cluster.

Analisis konjoin dapat juga mengukur tingkat kepentingan relatif dari tiap atribut. Atribut dengan range terbesar dari part-worth adalah faktor terpenting karena memberikan kontribusi terbesar dari utilitas keseluruhan (Hair et al, 2010)

Nilai Kepentingan Taraf (NKT) digunakan untuk menentukan nilai pentingnya suatu taraf relatif terhadap taraf yang lain pada suatu atribut. NKT didapat dari nilai peubah boneka untuk taraf suatu atribut yang dimasukkan ke dalam model konjoin, dimana nilai taraf peubah boneka untuk atribut yang lain tetap atau dimasukkan nilai nol.


(34)

Nilai Relatif Penting (NRP) digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan relatif suatu atribut terhadap atribut yang lain. NRP diformulasikan sebagai berikut:

Keterangan:

NRP = nilai relatif penting

UTi = nilai kepentingan taraf tertinggi atribut ke-i

URi = nilai kepentingan taraf terendah atribut ke-i

k = jumlah atribut

Menurut Kuhfeld (2000) ada beberapa ketentuan dalam melakukan interpretasi hasil, yaitu:

a. Taraf yang memiliki nilai kegunaan lebih tinggi adalah taraf yang lebih disukai. b. Total nilai kegunaan masing-masing kombinasi sama dengan jumlah nilai

kegunaan tiap taraf dari atribut-atribut tersebut.

c. Kombinasi yang memiliki total nilai kegunaan tertinggi adalah kombinasi yang paling disukai responden.

d. Atribut yang memiliki perbedaan nilai kegunaan lebih besar antara nilai kegunaan taraf tertinggi dan terendahnya merupakan atribut yang lebih penting.

7. Validasi Hasil Konjoin

Tujuan validasi adalah untuk memastikan seberapa konsisten model dapat memprediksi set evaluasi preferensi dari setiap responden. Untuk validasi dapat


(35)

Universitas Sumatera Utara ditambahkan holdout (stimuli tambahan). Pada data rank-order digunakan korelasi berdasarkan rank aktual dan terprediksi (misalny Spearman’s rho atau Kendall’s tau).

Sedangkan untuk penilaian metrik digunakan korelasi Pearson bersamaan dengan penggunaan perbandingan ranking aktual dan terprediksi. Pengukuran tingkat ketepatan prediksi yang dilihat dengan adanya korelasi yang tinggi dan signifikan antara hasil estimasi dan hasil aktual disebut dengan predictive accuracy (Santoso, 2012).

2.2 Pelayanan Kesehatan

2.2.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), pelayanan kesehatan adalah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Sementara, menurut Levey dan Loomba (1973) pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.

Menurut Zastrow (1982) yang dikutip Syakurah (2003), pelayanan kesehatan diorganisasi dalam komponen:

1. Praktek dokter sendiri, kurang disupervisi, hanya bertanggung jawab kepada pasien, dan relatif terisolasi.


(36)

2. Setting pelayanan rawat jalan berkelompok, seperti balai-balai pengobatan atau klinik-klinik khusus (seperti klinik ginjal, balai pengobatan gigi) atau yang diselenggarakan di perguruan tinggi atau sekolah-sekolah, di pabrik-pabrik, di perusahaan-perusahaan, atau tempat-tempat kerja lain.

3. Setting rumah sakit 4. Perawatan dalam rumah

5. Pelayanan kesehatan masyarakat yang diorganisir dalam berbagai tingkatan, yaitu lokal, regional, oleh pemerintah pusat atau nasional, dan internasional.

2.2.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), tujuan pelayanan kesehatan yaitu: 1. Promotif (Memelihara dan Meningkatkan Kesehatan)

Hal ini diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi dan perbaikan sanitasi lingkungan.

2. Preventif (Pencegahan Terhadap Orang yang Berisiko Terhadap Penyakit) a. Preventif Primer

Terdiri dari program pendidikan seperti imunisasi, penyediaan nutrisi yang baik, dan kesegaran fisik

b. Preventif Sekunder

Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindari akibat yang timbul dari perkembangan penyakit tersebut.


(37)

Universitas Sumatera Utara c. Preventif Tersier

Pembuatan diagnosis ditujukan untuk melaksanakan tindakan rehabilitasi, pembuatan diagnosis dan pengobatan.

3. Kuratif (Penyembuhan Penyakit)

Untuk merawat dan mengobati anggota keluarga, kelompok yang menderita penyakit, atau masalah kesehatan.

4. Rehabilitatif (Pemulihan)

Usaha pemulihan seseorang untuk mencapai fungsi normal atau mendekati normal setelah mengalami sakit fisik atau mental, cedera, atau penyalahgunaan. 2.2.3 Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (1993), ada tiga jenis pelayanan kesehatan, yaitu: 1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health Care)

Pelayanan kesehatan primer (primary health care) adalah pelayanan kesehatan yang paling dekat dan yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami ganggunan kesehatan ringan dan mereka yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Pelayanan ini lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan bersama masyarakat serta dimotori oleh dokter umum (tenaga medis) dan perawat mantri (tenaga paramedis).

Primary health care pada pokoknya ditunjukan kepada masyarakat yang sebagian besarnya bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan sifatnya berobat jalan (ambulatory


(38)

services). Bentuk pelayanan ini misalnya puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, klinik, balkesmas, praktek dokter swasta, dan sebagainya.

2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Secondary Health Care)

Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health care) merupakan pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan kadang bersifat pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan kesehatan ini menangani kasus-kasus yang tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer karena peralatan atau keahliannya belum ada.

Pelayanan kesehatan dilakukan oleh dokter spesialis dan dokter subspesialis terbatas. Sifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan jalan atau pelayanan rawat (inpantient services). Bentuk pelayanan ini misalnya puskesmas dengan rawat inap (puskesmas pusat), rumah bersalin, rumah sakit kelas C dan D.

3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga (Tertiary Health Care)

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health care) merupakan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan subspesialis serta subspesialis luas. Pelayanan kesehatan ini menangani kasus-kasus yang tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan tersedia tenaga-tenaga kesehatan super spesialis.

Pelayanan kesehatan dilakukan oleh dokter subspesialis dan dokter subspesialis luas. Sifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan jalan atau pelayanan rawat inap (rehabilitasi). Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit kelas A dan B.


(39)

Universitas Sumatera Utara 2.2.4 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar (1996) yang dikutip Syakurah (2003) persyaratan pokok agar memberi pengaruh kepada pasien dalam menentukan keputusannya terhadap penggunaan ulang pelayanan kesehatan antara lain:

1. Tersedia dan Berkesinambungan

Syarat pokok pertama pelayanan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat (acceptable) serta bersifat berkesinambungan (sustainable). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan dan keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat dibutuhkan.

2. Dapat Diterima dan Wajar

Syarat pokok kedua pelayanan yang baik adalah dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan, adat istiadat, kebudayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar bukanlah suatu keadaan pelayanan kesehatan yang baik.

3. Mudah Dicapai

Syarat pokok ketiga adalah mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud di sini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian, untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Bila fasilitas ini mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi yang tersedia maka fasilitas ini akan banyak


(40)

dipergunakan. Tingkat penggunaan di masa lalu dan kecendrungan merupakan indikator terbaik untuk perubahan jangka panjang dan pendek dari permintaan pada masa yang akan datang.

4. Terjangkau

Syarat pokok keempat pelayanan yang baik adalah terjangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud di sini terutama dari sudut biaya agar biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal yang hanya dapat dinikmati oleh sebagian masyarakat saja, bukan pelayanan kesehatan yang baik.

5. Bermutu

Syarat pokok kelima pelayanan yang baik adalah bermutu (quality) yaitu menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

2.3 Klinik

2.3.1 Pengertian Klinik

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2011 tentang Klinik, klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis.


(41)

Universitas Sumatera Utara Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatannya dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, one day care, rawat inap, dan/atau home care.

Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 jam harus menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain sesuai kebutuhan yang setiap saat berada di tempat.

2.3.2 Jenis-Jenis Klinik

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2011 tentang Klinik., menurut jenis pelayanannya klinik dibagi 2 yaitu:

1. Klinik Pratama

Klinik Pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayaan medik dasar. Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.

2. Klinik Utama

Klinik Utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Pimpinan Klinik Utama adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang memiliki kompetensi sesuai dengan jenis kliniknya.

Klinik Pratama atau Klinik Utama dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, atau jenis penyakit tertentu. Kepemilikan Klinik Pratama yang menyelenggarakan rawat jalan dapat secara perorangan atau berbentuk badan usaha. Sedangkan, kepemilikan Klinik


(42)

Pratama yang menyelenggarakan rawat inap dan kepemilikan Klinik Utama harus berbentuk badan usaha (Permenkes RI, 2011).

2.3.3 Kegiatan Pelayanan Kesehatan di Sekolah

Menurut Piliang (2013), kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah antara lain:

1. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan menurut Departemen Kesehatan RI (1999) yang dikutip Priliani (2012) adalah upaya memberdayakan individu, kelompok, dan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan, serta mengembangkan suasana yang mendukung, yang dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat, sesuai dengan sosial budaya dan kondisi setempat. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan praktis dalam rangka pemutusan rantai penularan penyakit, upaya pemeliharaan kesehatan pribadi siswa/guru yang ditekankan pada upaya pembentukan perilaku hidup besih dan sehat, maupun lingkungan fisik sekolah untuk mendukung terciptanya suasana yang sehat dalam proses pembelajaran. Misalnya, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pemberantasan kecacingan, pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif).

2. Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi dilakukan pada setiap


(43)

Universitas Sumatera Utara bulan November yang dikenal sebagai bulan imunisasi asan sekolah (BIAS). Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk memberikan perlindungan jangka panjang terhadap penyakit difteri dan tetanus dengan imunisasi Difteri Tetanus Toxoid (DT) dan Tetanus Toxoid (TT). Pemberian imunisasi dilakukan pada siswa SD/MI kelas I dan VI. Siswa kelas I menerima imunisasi DT dan siswa kelas VI menerima imunisasi TT.

3. Dokter Kecil

Dokter kecil adalah peserta didik yang ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan serta berperan aktif dalam kegiatan kesehatan yang diselenggarakan di sekolah. Peserta didik yang dapat menjadi dokter kecil adalah siswa kelas IV dan V dengan kriteria berprestasi di kelas, berwatak pemimpin, bertanggung jawab, bersih, berperilaku sehat, serta telah mendapat pelatihan dari petugas puskesmas/Tim Pembina UKS.

Kegiatan yang dilakukan dokter kecil di antaranya: a. Mengamati kebersihan dan kesehatan pribadi b. Mengenali penyakit secara awal

c. Pengobatan sederhana

d. Menimbang dan mengukur tinggi badan e. Memeriksa ketajaman penglihatan f. Memeriksa kebersihan gigi


(44)

4. PMR (Palang Merah Remaja)

PMR (Palang Merah Remaja) adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja yang dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia (Muktie, 2011). PMR berpusat di sekolah-sekolah ataupun kelompok-kelompok masyarakat (sanggar, kelompok belajar, dan lain-lain) dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dasar kepada siswa sekolah dalam bidang yang berhubungan dengan kegiatan kemanusiaan. Untuk menjadi anggota palang merah remaja di sekolah, harus diadakan pendidikan dan pelatihan diklat.

Di Indonesia ada tiga tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya, yaitu:

a. PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12 tahun). Warna syal/slayer hijau.

b. PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama (12-15 tahun). Warna syal/slayer biru langit.

c. PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-20 tahun). Warna syal/slayer kuning cerah.

5. P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan) dan P3P (Pertolongan Pertama pada Penyakit)

Kegiatan yang dilakukan pada pertolongan pertama adalah melakukan pengobatan sederhana baik pada penyakit, kecelakaan, dan penanganan diare.


(45)

Universitas Sumatera Utara 6. Penjaringan Kesehatan

Penjaringan kesehatan adalah salah satu upaya pemerintah yang bertujuan untuk mengetahui secara dini masalah kesehatan anak sekolah, antara lain status gizi anak, kesehatan indra penglihatan, dan pendengaran.

Penjaringan kesehatan dilakukan bagi siswa kelas I SD/MI yang baru masuk dan hasilnya akan dimanfaatkan untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan UKS atau klinik sekolah.

Kegiatan ini adalah untuk mengetahui secara dini masalah kesehatan anak sekolah seperti status gizi anak, kesehatan indra penglihatan, dan pendengaran yang merupakan faktor penting bagi anak dalam proses pembelajaran. Penjaringan kesehatan dilakukan secara bertahap pada siswa sekolah yang baru masuk yaitu:

a. Tahap awal penjaringan dilakukan di sekolah oleh guru dibantu dokter kecil yaitu pengenalan gejala sederhana, baik melalui pengamatan maupun wawancara dengan siswa dan orangtua mereka.

b. Tahap berikutnya dilakukan oleh tenaga paramedis dengan prosedur cara pengamatan.

c. Tahap ketiga penjaringan kesehatan dilakukan oleh dokter untuk menetapkan tindak lanjut penanganan kasus yang telah dideteksi pada tahap pertama dan kedua.


(46)

7. Pemeriksaan Berkala

Pemeriksaan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada siswa yang dilakukan oleh dokter pada waktu-waktu tertentu. Pemeriksaan berkala dilakukan oleh petugas kesehatan, guru kesehatan sekolah, dan dokter kecil kepada seluruh siswa dan guru setiap 6 bulan, untuk memantau, memellihara, serta meningkatkan status kesehatan mereka.

Kegiatan yang dilakukan berupa penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran oleh guru kesehatan sekolah dengan dokter kecil, dan pemeriksaan kesehatan oleh petugas kesehatan. 8. Pengawasan Warung Sekolah

Agar terselengggara warung sekolah/kantin yang sehat tentunya harus didukung oleh pengetahuan dan keterampilan mengenai gizi dan kebersihan. Pembinaan ini dilakukan oleh tenaga kesehatan dan sekolah; guru kesehatan sekolah dan dokter kecil.

9. Dana Sehat

Dana sehat adalah dana yang diperuntukkan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan kesehatan sekolah. Komponen pokok dari dana sehat adalah hal yang berhubungan dengan dana tersebut dan pengelolaannya.

a. Dana

Yang dimaksud dana adalah uang atau barang yang diterima atau dikumpulkan oleh Tim Pelaksana UKS baik dari peserta didik, komite


(47)

Universitas Sumatera Utara sekolah, pemerintah, maupun dari masyarakat untuk pelaksanaan program kesehatan di sekolah.

b. Pengelola

Pada organisasi tim pelaksana kesehatan sekolah harus ada bendahara yang bertugas melakukan pembukuan/pengelolaan dana sehat yang dicatat/dibukukan dalam buku khusus untuk pendanaan kesehatan sekolah. c. Pengelolaan Dana Sehat

Dana yang diperoleh dan digunakan oleh tim pelaksana kesehatan sekolah harus dikelola dengan baik. Untuk keperluan tersebut maka harus ditetapkan bendahara (guru atau anggota komite sekolah) untuk menyiapkan pembukuan yang meliputi pencatatan alihan dana dan barang, bagaimana cara pertanggungjawabannya dan pelaporannya.

10.Memantau Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani adalah kondisi jasmani yang berhubungan dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara optimal dan efisisen. Untuk mengetahui dan menilai tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat dilakukan dengan melasanakan pengukuran dengan tes kesegaran jasmani.

Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk kelompok umur 6–9 tahun adalah:

a. Lari 30 meter (mengukur kecepatan)

b. Gantung siku tekuk (mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu) c. Baring duduk 30 detik (mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut)


(48)

d. Loncat tegak (mengukur tenaga eksplosif)

e. Lari 600 meter (mengukur daya tahan jantung paru)

Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk kelompok umur 10–12 tahun adalah :

a. Lari 40 meter (mengukur kecepatan)

b. Gantung siku tekuk (mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu) c. Baring duduk 30 detik (mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut)

d. Loncat tegak (mengukur tenaga eksplosif)

e. Lari 600 meter (mengukur daya tahan jantung paru) 11.Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah pelayanan kesehatan gigi yang dikerjakan oleh petugas kesehatan yang terdiri dari tiga macam pelayanan:

a. UKGS Tahap I: pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mengadakan kegiatan menggosok gigi masal minimal untuk kelas I, II, dan III dibimbing guru dengan memakai pasta gigi berfluoride minimal sekali sebulan.

b. UKGS Tahap II: UKGS tahap I ditambah penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru, pelayanan medik dasar atas permintaan dan rujukan bagi yang memerlukan. c. UKGS Tahap III: UKGS tahap II ditambah pelayanan medik dasar pada kelas


(49)

Universitas Sumatera Utara 2.4 Keinginan

Menurut Santoso (2006), keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa lebih puas. Namun bila keinginan tidak terpenuhi maka sesungguhnya kesejahteraannya tidak berkurang.

Menurut Gozali (2013), keinginan adalah semua fungsi tambahan yang jika tidak ada sebenarnya tidak mengganggu hidup tetapi manusia mengharapkan untuk bisa mendapatkan fungsi tambahan tersebut. Misalnya makanan yang mahal, rumah yang besar dan mewah, mobil baru dan mengkilat, dan lain-lain. Keinginan seringkali merupakan perwujudan untuk menegaskan status sosial seseorang sekaligus membuktikan kemampuan kepada orang lain untuk dapat memilikinya.


(50)

2.5 Kerangka Operasional

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dikembangkan kerangka operasional sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Operasional Penerapan Analisis Konjoin untuk Keinginan Siswa Terhadap Pelayanan Kesehatan di SMA Harapan 3 Medan Tahun 2013

1. Penyuluhan Kesehatan 2. Konsultan Kesehatan

3. PMR (Palang Merah Remaja) 4. Pengawasan Warung Sekolah

Overall Preference

Analisis Konjoin


(51)

Universitas Sumatera Utara 2.6 Hipotesis Penelitian

Ada korelasi yang kuat antara hasil analisis konjoin dengan keinginan siswa SMA Harapan 3 Medan sesungguhnya.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik yaitu penelitian yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi dan kemudian melakukan analisis korelasi antara variabel independen (penyuluhan kesehatan, konsultan kesehatan, Palang Merah Remaja, dan pengawasan warung sekolah) dengan variabel dependen (overall preference) (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Harapan 3 Medan. Penelitian ini dimulai dari survei pendahuluan, studi pustaka, seminar proposal, pengumpulan dan pengolahan data, serta seminar hasil yang dilaksanakan dari bulan September 2013 dan selesai pada bulan Februari 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X, XI, XII SMA Harapan 3 Medan pada tahun 2013 yang berjumlah 250 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah siswa kelas X, XI, dan XII SMA Harapan 3 Medan yang berjumlah 164 orang. Tidak ada kriteria khusus dalam pengambilan sampel dan semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian.


(53)

Universitas Sumatera Utara Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah probability sampling dan jenis yang dipilih adalah stratified random sampling dengan metode alokasi sebanding (Proportional Allocation Method) serta menggunakan systematic random sampling untuk pengambilan setiap unit sampel. Sampel diambil berdasarkan tiga strata yaitu siswa kelas X, XI, dan XII SMA Harapan 3 Medan. Menurut Kasjono (2009), jumlah sampel yang diambil berdasarkan strata dapat ditentukan dengan rumus berikut:

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

Nh = besar populasi pada stratum ke-h = varian pada stratum ke-h

Z = nilai pada tabel z yang ditentukan berdasarkan tingkat kepercayaan

G = galat pendugaan

L = jumlah stratum

Maka besar sampel (n) adalah:

Ukuran sampel yang diteliti sebesar 164 orang dengan tingkat kesalahan 5% dengan rincian sebagai berikut:


(54)

Tabel 3.1 Besar Sampel Berdasarkan Stratum

No. Stratum Kelas Populasi Besar Sampel

1 Kelas X XA 33 22

XB 22 14

2 Kelas XI XI IPA 1 31 20

XI IPA 2 33 22

XI IPS 32 21

3 Kelas XII XII IPA 1 34 22

XII IPA 2 32 21

XII IPS 33 22

Total 250 164

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui wawancara dan diskusi terhadap

stakeholder (kepala sekolah, orangtua, perawat, dan siswa) untuk menentukan atribut dan taraf pelayanan kesehatan serta melalui penyebaran kuesioner kepada responden untuk mengetahui keinginan responden terhadap pelayanan kesehatan di SMA Harapan 3 Medan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari SMA Harapan 3 Medan dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah:

1. Penyuluhan kesehatan adalah upaya memberdayakan individu, kelompok, dan masyarakat sekolah di SMA Harapan 3 Medan untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan, serta mengembangkan suasana yang mendukung, yang dilakukan


(55)

Universitas Sumatera Utara dari, oleh, dan untuk masyarakat sekolah di SMA Harapan 3 Medan, sesuai dengan sosial budaya dan kondisi setempat.

2. Konsultan kesehatan adalah ahli yang tugasnya memberi petunjuk, pertimbangan, atau nasihat dalam suatu kegiatan kesehatan yang dilakukan di SMA Harapan 3 Medan. 3. PMR (Palang Merah Remaja) adalah wadah pembinaan dan pengembangan siswa

SMA Harapan 3 Medan yang dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia.

4. Pengawasan Warung Sekolah adalah proses pemantauan aktivitas para penjual di tempat penjualan makanan dan minuman yang berada dalam pekarangan Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan dan buka selama hari sekolah serta diorganisir oleh pihak Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan.

5. Overall preference adalah pendapat keseluruhan dari siswa SMA Harapan 3 Medan terhadap seluruh atribut dan taraf pada pelayanan kesehatan di SMA Harapan 3 Medan.

3.6 Aspek Pengukuran

Variabel independen terdiri atas 4 atribut dan 9 taraf.

Tabel 3.2 Atribut dan Taraf Pelayanan Kesehatan di SMA Harapan 3 Medan

No. Atribut Taraf

1 Penyuluhan Kesehatan 1. Tidak Perlu Dilakukan 2. Dilakukan 1 Kali Setahun 3. Dilakukan 2 Kali Setahun 2 Konsultan Kesehatan 1. Tenaga Kesehatan

2. Tenaga Kesehatan dan Siswa Terlatih 3 PMR (Palang Merah Remaja) 1. Kelas X dan XI Sebagai Anggota

2. Kelas X, XI, dan XII Sebagai Anggota 4 Pengawasan Warung Sekolah 1. Tidak Perlu Dilakukan


(56)

Atribut dan taraf tersebut dirancang menjadi 10 stimuli dengan 2 holdout

dengan menggunakan fractional factorial design dengan bantuan SPSS 18.0. Tabel 3.3 Sepuluh Stimuli Pelayanan Kesehatan di SMA Harapan 3 Medan

No. Stimuli Penyuluhan Kesehatan Konsultan Kesehatan PMR (Palang Merah Remaja) Pengawasan Warung Sekolah 1 Dilakukan 2

Kali Setahun

Tenaga Kesehatan dan Siswa Terlatih

Kelas X, XI, dan XII Sebagai Anggota

Tidak Perlu Dilakukan

2 Tidak Perlu Dilakukan

Tenaga Kesehatan dan Siswa Terlatih

Kelas X dan XI Sebagai Anggota

Tidak Perlu Dilakukan 3 Tidak Perlu

Dilakukan

Tenaga Kesehatan

Kelas X dan XI Sebagai Anggota

Tidak Perlu Dilakukan 4 Dilakukan 2

Kali Setahun

Tenaga Kesehatan

Kelas X dan XI Sebagai Anggota

Dilakukan 1 Kali Setahun 5 Tidak Perlu

Dilakukan

Tenaga Kesehatan

Kelas X, XI, dan XII Sebagai Anggota

Dilakukan 1 Kali Setahun 6 Dilakukan 1

Kali Setahun

Tenaga Kesehatan

Kelas X, XI, dan XII Sebagai Anggota

Tidak Perlu Dilakukan 7 Dilakukan 1

Kali Setahun

Tenaga Kesehatan dan Siswa Terlatih

Kelas X dan XI Sebagai Anggota

Dilakukan 1 Kali Setahun

8 Tidak Perlu Dilakukan

Tenaga Kesehatan dan Siswa Terlatih

Kelas X, XI, dan XII Sebagai Anggota

Dilakukan 1 Kali Setahun 9 Dilakukan 1

Kali Setahun

Tenaga Kesehatan

Kelas X dan XI Sebagai Anggota

Tidak Perlu Dilakukan 10 Tidak Perlu

Dilakukan

Tenaga Kesehatan

Kelas X, XI, dan XII Sebagai Anggota

Tidak Perlu Dilakukan Kesepuluh stimuli tersebut diberi nilai 1-5 dan berskala ordinal (1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = kurang suka, 4 = suka, 5 = sangat suka).

Variabel dependen yaitu pendapat keseluruhan (overall preference) dari responden dengan skala ukur adalah rasio.


(57)

Universitas Sumatera Utara 3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Tahap analisis data meliputi:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan distribusi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dan usia. 2. Analisis Multivariat

Analisis multivariat menggunakan analisis konjoin untuk menggambarkan keinginan responden terhadap pelayanan kesehatan di SMA Harapan 3 Medan. Metode analisis konjoin yang digunakan adalah Traditional Conjoint dengan metode presentasi full-profile dan perancangan stimuli menggunakan fractional factorial design dengan bantuan SPSS 18.0.

3. Analisis Korelasi Kendall’s tau

Analisis korelasi Kendall’s tau bertujuan untuk mengetahui angka korelasi dan mengukur tingkat ketepatan prediksi (predictive accuracy) antara hasil estimasi dengan hasil aktual. Analisis ini digunakan karena data variabel independen adalah nonmetrik (berskala ordinal). Jika probabilitas (significance) lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima yang berarti tidak ada korelasi yang kuat antara hasil estimasi dengan keinginan siswa SMA Harapan 3 Medan sesungguhnya. Jika probabilitas (significance) lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak yang berarti ada korelasi yang kuat antara hasil estimasi dengan keinginan siswa SMA Harapan 3 Medan sesungguhnya.


(58)

4.1 Gambaran Umum SMA Harapan 3 Medan

SMA Harapan 3 Medan merupakan sekolah swasta yang berada di jalan Karya Wisata Ujung No. 31 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. SMA ini memiliki delapan kelas yang terdiri atas kelas X ada dua kelas (XA dan XB), kelas XI ada tiga kelas (XI IPA 1, XI IPA 2, dan XI IPS), dan kelas XII ada tiga kelas (XII IPA 1, XII IPA 2, dan XII IPS).

4.2 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran SMA Harapan 3 Medan 1. Visi

Visi SMA Harapan 3 Medan yaitu “Unggul dalam Iman, Ilmu, dan Amal.” 2. Misi

Misi SMA Harapan 3 Medan yaitu “Membentuk Manusia yang Beriman Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Dapat Mengamalkannya Sesuai dengan Ajaran Pancasila.”

Rencana usaha untuk mewujudkan maksud dan tujuan misi SMA Harapan 3 Medan, yaitu:

a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

b. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.


(59)

Universitas Sumatera Utara c. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga

dapat berkembang secara optimal.

d. Menumbuhkan dan mendorong keunggulan dalam penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

e. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam dan budaya bangsa sehingga terbangun siswa yang kompeten dan berakhlak mulia.

f. Mendorong lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlak tinggi, dan bertaqwa pada Allah SWT.

3. Tujuan

a. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitarnya. c. Menumbuhkembangkan semangat persaudaraan, solidaritas, dan cinta kasih. 4. Sasaran

a. Pencapaian nilai rata-rata Ujian Akhir Nasional 7,00.

b. Pencapaian nominasi tiga besar lomba Olimpiade Sains tingkat provinsi. c. Pencapaian 75% siswa yang melanjut diterima di Perguruan Tinggi.

4.3 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari responden (siswa SMA Harapan 3 Medan) berdasarkan jenis kelamin dan usia. Data


(1)

KODE KELAS JK USIA X1 Y1 X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4 X5 Y5 X6 Y6 X7 Y7 X8 Y8 X9 Y9 X10 Y10 85 5 1 3 2 -2.7 3 -0.3 4 0.25 5 2.69 2 -1.7 3 -1.2 5 3.18 3 -2.2 3 2.21 2 -3.2

86 5 2 3 3 -0.9 3 -0.4 4 0.7 5 3.32 2 -2.5 3 -0.9 4 1.23 2 -3.5 4 2.28 1 -2.5

87 5 2 3 4 1.1 3 1.1 4 2.04 3 2.04 4 0.16 2 -1.7 3 -2.7 2 -0.8 4 -0.8 3 1.1

88 5 2 3 3 -2.1 3 -2.1 3 -2.1 4 2.12 4 2.12 3 -2.1 4 2.12 4 2.12 3 -2.1 4 -2.1

89 5 2 3 1 -1.2 5 2.93 5 2.93 1 -1.2 4 1.9 1 -1.2 1 -1.2 4 1.9 1 -0.7 2 2.41

90 5 1 3 4 -0.3 3 -2 3 -3.7 4 1.41 4 -0.3 3 -2 5 3.09 4 1.41 4 -2 2 -3.7

91 5 2 3 3 -1.2 2 -2.3 3 -1.2 5 4.02 4 0.88 2 -2.3 4 0.88 3 -0.2 3 -1.2 5 -2.3 92 5 1 3 3 -1.2 2 -2.3 3 -1.2 5 4.02 4 0.88 2 -2.3 4 0.88 3 -0.2 3 -1.2 2 -2.3

93 5 2 3 3 -1 3 -0.4 3 -1 4 1.68 2 -3.1 3 -0.4 5 3.26 2 -2.6 4 2.2 3 -3.6

94 5 2 3 4 0.42 4 -0.2 2 -2.7 4 1.68 4 -1.5 2 -3.4 5 2.94 3 1.05 4 -2.1 3 -4

95 5 2 3 2 -2.9 2 -1.9 3 -1.3 4 1.87 3 -0.3 3 -0.3 5 3.47 3 -0.8 3 1.34 2 -2.9

96 5 1 3 4 2.98 3 -1.3 2 -0.3 3 -0.8 2 -1.3 5 2.98 1 -2.7 2 -2.2 4 1.1 3 1.57

97 5 1 3 4 2.38 3 1.02 4 0.34 3 -1 1 -3.7 4 1.7 3 -0.3 3 -3.1 2 2.38 1 -0.3

98 5 1 3 3 0 4 2.27 4 2.27 4 2.27 2 -2.3 2 -2.3 3 0 2 -2.3 2 1.13 2 -1.1

99 5 2 3 4 0.71 3 -1.1 3 -3 4 0.1 2 -3 4 0.1 5 3.15 4 -1.1 4 0.71 2 -3.6

100 6 1 3 3 -0.5 2 -3.2 2 -3.2 4 2.32 3 -0.5 3 -0.5 4 2.32 3 -0.5 3 -0.5 2 -3.2 101 6 2 4 3 -1.7 4 -0.3 3 -1.7 4 -0.3 3 -1.7 4 -0.3 4 4.16 4 -0.3 5 1.23 3 -3.2 102 6 2 4 4 1.23 3 -2.5 3 -2.5 4 1.23 3 -2.5 4 1.23 4 1.23 3 -2.5 3 1.23 3 -2.5 103 6 2 4 4 0.88 3 -2.3 3 -3.3 4 1.93 4 0.88 3 -2.3 4 0.88 4 1.93 3 -3.3 3 -2.3

104 6 1 3 4 2.04 3 0 2 -0.8 4 2.04 3 0 1 -2.9 2 -1.2 3 0.82 5 -2.9 3 -0.8

105 6 1 4 5 2.32 4 -0.5 4 -3.2 4 -0.5 4 -3.2 4 -0.5 5 2.32 4 -0.5 4 -0.5 4 -3.2

106 6 1 4 4 2.85 1 -1.8 1 -4.1 2 -1.3 1 -1.3 3 0.54 3 1 4 1 3 -1.8 3 -1.8

107 6 1 4 4 1.23 2 -2.5 2 -2.5 4 1.23 2 -2.5 4 1.23 4 1.23 2 -2.5 4 1.23 3 -2.5 108 6 1 4 2 -2.3 2 -2.9 2 -2.3 4 2.26 3 0.32 3 -0.3 4 2.91 3 -0.3 3 0.32 3 -2.9 109 6 1 4 4 1.77 2 -1.8 2 -2.9 3 0.59 2 -2.9 3 0.59 4 1.77 2 -1.8 3 0.59 3 -2.9 110 6 1 4 3 -0.5 2 -3.2 2 -3.2 4 2.32 3 -0.5 3 -0.5 4 2.32 3 -0.5 3 -0.5 2 -3.2 111 6 1 4 3 -1.2 2 -2.3 3 -1.2 5 4.02 4 0.88 2 -2.3 4 0.88 3 -0.2 3 -1.2 1 -2.3


(2)

75

KODE KELAS JK USIA X1 Y1 X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4 X5 Y5 X6 Y6 X7 Y7 X8 Y8 X9 Y9 X10 Y10

113 6 1 4 3 -0.3 3 -1 2 -2.5 4 2.69 3 -1 2 -3.2 4 2.69 3 0.49 3 -1.7 2 -3.9

114 6 1 4 3 -1 3 -3.4 3 -0.3 4 0.52 4 1.31 5 3.66 3 -1 3 -1.8 2 2.09 3 1.31

115 6 1 4 4 1.13 2 -3.4 2 -3.4 4 1.13 3 -1.1 4 1.13 4 1.13 3 -1.1 4 0 2 -2.3

116 6 2 4 4 0.1 1 -2.5 1 -3.1 5 2.44 5 0.98 1 -2.3 5 1.27 4 1.56 4 -2.8 1 -2.5

117 6 1 4 5 2.28 3 -1.4 2 -2.5 4 2.28 4 -1.4 2 -1.9 4 0.18 2 -0.4 3 -1.9 1 -2.5 118 6 2 5 3 -0.5 3 -3.1 2 -2.4 5 2.66 3 -1.2 4 0.11 4 2.02 3 -1.8 4 0.74 2 -3.1 119 6 1 4 3 -0.3 2 -2.3 2 -2.9 4 2.91 3 -0.3 2 -2.3 4 2.26 3 0.32 3 -1.6 2 -3.6 120 6 2 4 4 -0.3 3 -2.3 3 -2.9 5 2.91 4 -0.3 3 -2.3 5 2.26 4 0.32 5 -1.6 3 -3.6 121 6 1 4 4 1.89 4 2.56 3 -0.8 3 -0.1 2 -3.5 2 -2.8 4 1.89 3 -0.1 4 -0.8 2 -2.8 122 7 2 4 4 1.29 3 -0.6 3 -0.6 5 3.22 3 -0.6 2 -2.6 3 -0.6 3 -0.6 2 -1.6 1 -1.6

123 7 1 4 5 2.22 2 -3.2 3 -2 3 -0.2 5 1.61 4 2.22 3 -2.6 3 0.4 4 -1.4 1 1.61

124 7 2 4 3 -1.6 3 -1.6 3 -1.6 4 3.1 3 -1.6 3 -1.6 4 3.1 3 -1.6 3 0.78 3 -3.9

125 7 1 4 3 -1 3 2.01 4 0.81 1 -3.4 3 -0.4 3 1.41 4 1.41 3 0.81 3 1.41 1 0.81

126 7 2 4 3 -0.9 4 0.7 3 -0.4 4 1.23 2 -3.5 3 -0.9 5 3.32 2 -2.5 5 2.28 1 -3.5

127 7 2 4 4 0.62 3 -1 3 -2.6 5 2.2 2 -2.6 3 -2 5 2.73 4 -1 3 -0.4 2 -4.1

128 7 2 4 5 2.28 3 -3 2 -4 4 -0.9 4 0.18 5 1.23 4 0.18 5 1.23 3 -1.9 4 -0.9

129 7 2 4 5 2.22 5 1.61 3 -2 4 -0.2 3 -3.2 3 -2.6 5 2.22 4 0.4 4 -1.4 3 -3.2

130 7 2 4 4 -0.3 4 -1.7 4 -0.3 5 4.16 4 -0.3 4 -1.7 4 -0.3 4 -1.7 4 -0.3 3 -1.7

131 7 1 4 4 0.72 2 -1.4 3 -0.6 1 -2.7 4 0.29 5 4.16 3 -1 2 -0.6 1 1.58 1 2.01

132 7 1 4 4 0.28 2 -3.1 2 -3.1 5 1.97 3 -1.4 4 0.28 5 1.97 3 -1.4 3 0.28 2 -3.1 133 7 1 4 4 2.32 3 -1.9 2 -1.9 4 2.32 3 -1.9 3 -0.5 3 -0.5 2 -1.9 3 -0.5 2 -1.9

134 7 1 3 3 -2.6 4 2.09 5 2.09 4 0.52 4 2.09 3 -2.6 4 0.52 5 2.09 5 -1 5 0.52

135 7 1 4 5 2.26 2 -3.1 1 -3.5 3 -0.6 5 1.44 4 1.03 3 -1 4 1.85 1 -2.7 5 0.21

136 7 1 4 3 -1.9 5 -1.9 2 -1.1 4 0.38 4 -1.1 5 1.91 4 2.67 2 -1.9 2 2.67 3 -1.9 137 7 1 4 3 -3.3 3 -1.7 4 -0.9 4 0.66 4 0.66 4 0.66 5 3.06 4 -0.1 3 1.46 4 -1.7

138 7 1 4 4 1.72 3 -2 3 -0.5 4 1.72 3 -2 4 1.72 3 -1.2 2 -3.4 3 1.72 2 -0.5

139 7 1 4 4 0.59 4 1.77 5 2.94 4 1.77 3 -1.8 3 -0.6 3 -1.8 2 -2.9 4 1.77 3 0.59 140 7 2 4 4 1.04 2 -3.7 3 -3.7 4 1.04 3 -0.5 4 1.04 4 1.04 4 -0.5 4 -0.5 3 -2.1


(3)

KODE KELAS JK USIA X1 Y1 X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4 X5 Y5 X6 Y6 X7 Y7 X8 Y8 X9 Y9 X10 Y10 141 7 2 3 3 0.55 2 -3.3 2 -2.2 4 0.55 2 -1.1 5 2.74 3 0.55 3 -2.2 3 1.64 2 -1.1 142 7 1 4 4 1.29 4 1.29 3 -0.8 4 1.99 3 -2.2 2 -3.6 4 1.29 3 -0.1 2 -1.5 2 -2.9 143 8 1 4 2 -1.5 2 -0.9 2 -1.5 2 -0.9 2 -1.5 3 1.49 4 3.27 2 -0.9 3 2.08 1 -2.1 144 8 2 4 3 -2.9 3 -2.3 4 -0.3 5 2.91 4 -0.3 4 0.32 5 2.26 3 -2.3 4 2.26 3 -2.3

145 8 2 4 3 -1 4 2.01 4 0.81 2 -3.4 3 -0.4 4 1.41 4 1.41 4 0.81 3 1.41 3 0.81

146 8 1 4 3 -0.5 2 -3.2 2 -3.2 4 2.32 3 -0.5 3 -0.5 4 2.32 3 -0.5 4 -0.5 3 -3.2 147 8 1 4 5 2.93 2 -1.6 2 -0.9 4 1.53 3 -0.2 3 0.12 1 -2.7 2 -0.9 4 -1.3 2 0.47 148 8 2 4 3 -0.7 3 -0.7 3 0.13 4 3.32 4 1.73 2 -3.1 3 -0.7 3 0.93 4 -2.3 3 -0.7

149 8 2 4 4 0.68 3 -1.7 2 -3.4 4 1.27 3 -2.3 3 -1.1 5 3.03 3 -0.5 3 -0.5 1 -4

150 8 1 5 3 -0.3 3 0.25 3 -0.3 4 2.21 4 1.72 1 -3.7 3 -0.3 4 2.21 5 -3.2 4 -0.7

151 8 1 4 3 -0.8 4 1.1 3 -1.7 4 0.16 3 0.16 3 -3.6 4 2.98 5 2.98 3 -2.7 3 -2.7

152 8 2 4 3 -1.2 3 -0.7 2 -2.4 2 -1.8 4 -0.1 3 0.47 5 3.3 3 1.6 3 -0.1 2 -1.8

153 8 2 4 3 -1.4 3 -0.6 3 -1.4 4 2.36 4 1.62 2 -3.6 4 1.62 4 2.36 5 -2.9 2 -2.1

154 8 2 5 4 0.85 2 -1 3 -2.4 4 1.31 1 -3.3 3 -0.5 5 2.7 3 -1.9 5 0.85 2 -3.8

155 8 1 4 3 -0.4 3 -1.5 2 -3 4 0.09 2 -2 4 0.09 5 3.68 4 -0.4 4 0.6 2 -3.5

156 8 2 4 3 -3.7 3 -1.2 4 1.23 4 3.67 4 1.23 3 -1.2 4 1.23 3 -1.2 3 1.23 2 -1.2 157 8 1 5 4 1.46 3 -1.5 3 -2.4 4 2.43 3 -2.4 3 -1.5 4 1.46 3 -1.5 3 -0.5 3 -3.4 158 8 2 4 4 -0.3 2 -2.3 3 -2.9 4 2.91 4 -0.3 2 -2.3 5 2.26 3 0.32 3 -1.6 2 -3.6 159 8 2 4 4 1.23 2 -2.5 2 -2.5 4 1.23 2 -2.5 4 1.23 4 1.23 2 -2.5 4 1.23 2 -2.5 160 8 2 4 3 -1.7 3 -0.9 3 -0.9 4 3.46 4 0.87 2 -3.5 4 1.73 3 0.87 2 -1.7 3 -2.6

161 8 1 4 4 -0.3 3 -2 3 -3.7 4 1.41 4 -0.3 3 -2 5 3.09 4 1.41 2 -2 1 -3.7

162 8 1 4 1 -1.2 1 -3.4 1 -2.8 4 1.55 2 2.64 3 -0.6 2 1 5 2.09 3 -2.3 1 -1.2

163 8 1 4 3 -1 2 -2.6 2 -3.1 4 1.68 3 -1 3 -0.4 5 3.26 3 -0.4 3 0.09 1 -3.6


(4)

77

Frequencies

Statistics

JK KELAS USIA

N Valid 164 164 164

Missing 0 0 0

Frequency Table

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-LLaki 91 55.5 55.5 55.5

Perempuan 73 44.5 44.5 100.0

Total 164 100.0 100.0

KELAS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid XA 22 13.4 13.4 13.4

XB 14 8.5 8.5 22.0

XI IPA 1 20 12.2 12.2 34.1

XI IPA 2 22 13.4 13.4 47.6

XI IPS 21 12.8 12.8 60.4

XII IPA 1 22 13.4 13.4 73.8

XII IPA 2 21 12.8 12.8 86.6

XII IPS 22 13.4 13.4 100.0

Total 164 100.0 100.0

USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 14 4 2.4 2.4 2.4

15 34 20.8 20.8 23.2

16 65 39.6 39.6 62.8

17 57 34.8 34.8 97.6

18 4 2.4 2.4 100.0


(5)

Conjoint Analysis

Recoded Values

Original Value Recoded Value Value Label

PENYULUHAN 1 1 Tidak Perlu Dilakukan

2 2 Dilakukan 1 Kali Setahun

3 3 Dilakukan 2 Kali Setahun

KONSULTAN 1 1 Tenaga Kesehatan

2 2 Tenaga Kesehatan & Siswa Terlatih

PMR 1 1 Kelas X & XI Sebagai Anggota

2 2 Kelas X, XI, & XII Sebagai Anggota

PWS 1 1 Tidak Perlu Dilakukan

2 2 Dilakukan 1 Kali Setahun

Recoded values are used in computations.

Model Description

N of Levels Relation to Ranks or Scores

PENYULUHAN 3 Discrete

KONSULTAN 2 Discrete

PMR 2 Discrete

PWS 2 Discrete

All factors are orthogonal.

Overall Statistics

Utilities

Utility Estimate Std. Error

PENYULUHAN Tidak Perlu Dilakukan -.379 .043

Dilakukan 1 Kali Setahun .107 .051

Dilakukan 2 Kali Setahun .272 .051

KONSULTAN Tenaga Kesehatan -.034 .032

Tenaga Kesehatan & Siswa Terlatih .034 .032

PMR Kelas X & XI Sebagai Anggota .092 .032

Kelas X, XI, & XII Sebagai Anggota -.092 .032

PWS Tidak Perlu Dilakukan -.237 .032

Dilakukan 1 Kali Setahun .237 .032


(6)

79

Importance Values

PENYULUHAN 42.964

KONSULTAN 15.484

PMR 17.358

PWS 24.195

Averaged Importance Score

Correlationsa

Value Sig.

Pearson's R .993 .000

Kendall's tau .857 .001

Kendall's tau for Holdouts 1.000 .