Medan Tanah Deli Sejarah Kota Medan

49

2.2. Sejarah Kota Medan

2.2.1. Medan Tanah Deli

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang SalingSei Kera. Medan pada awalnya adalah sebuah perkampungan sebelum menjadi sebuah kota seperti yang kita lihat sekarang ini yang disebut sebagai Kampung Medan. Medan pertama kali dibuka oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590 yang merupakan nenek moyang dari Datuk Hamparan Perak Dua Belas Kota dan Datuk Suka Piring, yaitu dua dari empat kepala suku kesultanan Deli. Letak kampung Medan pada saat itu berada pada pertemuan antara sungai Babura dan sungai Deli. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular Deli Serdang sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut. Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama 50 Bakaran Batu sekarang Medan Tenggara atau Menteng orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei. Sejarah kampung Medan pada awalnya diketahui setelah adanya kunjungan yang dilakukan oleh John Anderson pada tahun 1823. John Anderson merupakan orang Inggris pertama yang mengunjungi Deli dan menemukan kampung yang bernama Medan yang memiliki penduduk sekitar 200 orang. Kampung Medan pada saat itu meliputi wilayah yang bernama Desa Pulo Brayan, Desa Babura dan kampung Jawa. Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan di sana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk suku Karo dan Melayu. Dengan kondisi tanahnya yang subur sehingga menambah daya tarik para penjajah untuk masuk ke tanah Deli.Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Semakin lama semakin banyak orang yang berdatangan ke kampung Medan ini. Kota Medan dalam perjalanan yang panjang tidak terlepas dari penjajahan kolonial. Belanda menguasai tanah deli sekitar 78 yaitu pada tahun 1864 sampai 1942. Pada tahun 1858 Netscher diangkat menjadi residen wilayah Riau dan sejak itu menjadi pembela Sultan Ismail yang pada saat itu berkuasa di kerajaan Siak. Dengan 51 demikian akan semakin mudah bagi Netscher untuk menaklukkan Kesultanan Deli yang termasuk di dalamnya kampung Medan Putri. 26 Pada tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli Maatscapij yang merupakan perusahaan tembakau yang bertempat di Labuhan. Kemudian mereka melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal 1869, sungai Beras dan Klumpang 1875, sehingga perusahaan perkebunan pada tahun 1874 sebanyak 22 unit. Kegiatan perdagangan ternyata semakin luas dan berkembang sehingga Nienhuys yang merupakan pemilik modal memindahkan kantor perusahaan dari labuhan ke Kampung Medan Putri. Hal ini menjadikan kampung Medan Putri semakin ramai dan berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai kota Medan. Perkembangan kota Medan pada saat itu di pelopori oleh pedagang-pedagang asing. Nienhuys adalah pedagang tembakau asal Belanda yang mempelopori pembukaan tembakau Deli. Nienhuys pertama kali berkebun tembakau di tanah Deli milik Sultan Deli seluas 4.000 bahu di tanjung Spassi dekat Labuhan. Tembakau yang dihasilkan ternyata memiliki kualitas tinggi sehingga nama Deli sangat melambung di Eropa pada saat itu. 27 Dengan kedudukan Medan Putri sebagai pusat perdagangan semakin mendorong lokasi ini menjadi pusat pemerintahan. Pada tanggal 1 maret 1887 26 http:id.wikipedia.orgwikiSejarah_Kota_Medan diakses pada tanggal 21 april 2015, pukul 14:30 wib 27 http:www.pemkomedan.go.idselayang_sejarah.phpdiakses pada tanggal 18 Mei 2015, pukul 11:23 wib 52 ibukota residen Sumatera Timur dipindahkan dari Bengkalis ke Medan, istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari Labuhan juga dipindahkan ke Medan. Dengan demikian ibukota Deli secara resmi telah pindah ke Medan. Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi gubernemen. Pada tahun 1918 kota Medan resmi menjadi Gementee kota praja dengan walikota Baron Daniel Mackay. Pada saat itu Medan masih masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir. Jumlah penduduk kota Medan pada saat itu sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari Eropa sebanyak 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan Timur Asing lainnya 139 orang. Pembukaan perkebunan tembakau menjadi cikal bakal pertumbuhan kota Medan. Kota medan secara historis telah memposisikan diri sebagai pusat perdagangan ekspor-impor. Hal ini semakin diperkuat karena kondisi wilayahnya yang strategis ditambah dengan sumber daya alamnya yang melimpah. Pertumbuhan kota Medan semakin pesat yang diawali dengan pendirian kampung dan dijadikannya kota Medan sebagai pusat perdagangan. Kota Medan kini menjadi salah satu tujuan migrasi dari berbagai penjuru sehingga mengakibatkan jumlah penduduk semakin tinggi dari tahun ke tahun. 53

2.2.2. Kampung Medan dan Tembakau Deli