20 sistematis dan berprinsip. Menurut Scott 2003: 306, resistensi terbuka ini
mempunyai dampakdampak yang revolusioner. Tujuannya adalah berusaha meniadakan dasar dari dominasi itu sendiri. Manifestasi dari bentuk resistensi ini
adalah digunakannya cara-cara kekerasan violent seperti pemberontakan. Dengan demikian, resistensi merupakan konsep yang sangat luas, walaupun
demikian pada dasarnya ingin menjelaskan terjadinya perlawanan yang dilakukan sub altern atau mereka yang tertindas, karena ketidakadilan dan sebagainya. Resistensi
juga dapat dilihat sebagai materialisasi atau perwujudan yang paling aktual dari hasrat untuk menolak dominasi pengetahuan atau kekuasaan
Hujanikajenong,2006:176.
1.2.4.2. Bentuk Resistensi
Menurut James Scott 199, dalam M. Tri, 2014: 28-29 dalam studinya weapons of the week: Everyday Form of peasant Resistance tentang resistensi petani
di Malaysia. Menurutnya selama ini telah banyak bermunculan literatur mengenai bentuk-bentuk resistensi yang di pakai petani.Terlebih pada bentuk perlawanan
diantara kelompok sosial dalam civil society. Berbeda dengan sebelumnya, scott mencoba mengobservasi serta mendeskripsikan tentang merasakan serta tingkahlaku
masyarakat miskin di perkampungan Malaysia yang menjadi sebuah kerangka sosial kehidupan mereka dalam melakukan kegiatan perlawanan. Scott membuatkan 3 level
perbedaan atas resistensi:
21 a.
Ketika tingkat ekonomi makro dan proses perpolitikan diberikan kepada petani namun hal itu jauh dari kerangka sosial yang diharapkan dari para
petani. b.
Intervensi pemerintah yang kurang melakukan observasi terhadap norma dalam kehidupan masyarakat sekitar, dan yang terakhir.
c. Terdiri dari peristiwa lokal dan kondisi perasaan serta pengalaman dari
masing-masing individu.
11
Scott mendokumentasikan kehidupan sehari-hari warga dan sejarah mereka, dan menunjukkan bagaimana mereka melakukan perlawanan dari campur tangan
negara dan agen perusahaan ekonomi.Bentuk-bentuk perlawanan mereka yaitu teknik rendah diri low-profile techniques, sebagian bersembunyi dan menghindar,
mengidentifikasikan dengan menyeret kaki mereka foot-draging evasions dan pasif, dari pada penolakan terbuka atau perlawanan terbuka open rejection or
struggle.
12
Terjadinya Kasus Bentrokan mewarnai penertiban pedagang kakilima K-5 di Jalan Gatot Subroto, mulai persimpangan Jalan Nibung Raya sampai persimpangan
Jalan Iskandar Muda Kamis 20 Maret 2015. Tim gabungan yang dipimpin Kasatpol Meski menurut Scott bentuk-bentuk perlawan tersebut kurang efektif,
tetapi karena ada satu alasan bagi mereka melakukannya yaitu mereka tidak ingin tergabung kedalam pola produk kapitalis dan terjebak pada relasi kelas.
11
John Martinussent, Sociaty, State and Market : A Guide to competing theories of development, hal 316
12
John Martinussent, Sociaty, State and Market : A Guide to competing theories of development, hal 317
22 PP Kota Medan M Sofian sempat adu jotos dengan sejumlah pedagang yang berusaha
mempertahankan dagangannya agar tidak diangkut.
13
Medan Terjadinya kasus pemblokiran
jalan yang dilakukan pedagang Pusat Pasar Sambu kawasan perempatan Jl Sutomo- H.M Yamin dan Jl Perintis Kemerdekaan, Senin 6 April 2015.Aksi ini merupakan
bentuk protes mereka terkait kebijakan Pemerintah Kota , yang memindahkan
aktivitas perdagangan di pasar tradisional di Sambu ke Pasar Induk Tuntungan.
14
“Akibat kehadiran para pedagang kaki lima, tempat itu sulit untuk dilalui kenderaan dan rumah maupun tempat usaha warga pun tertutup.
“Sebelum penertiban ini, kita telah melakukan sosialisasi agar tidak berjualan di tempat itu.Selain sosialisasi Pak Wali juga telah
menawarkan relokasi di Jalan Kota Baru III.Mereka tinggal berjualan, sebab seluruh fasilitas telah disediakan.pihaknya tidak akan mentolerir
jika para pedagang kembali berjualan di kawasan tersebut. “Saya minta itu tidak dilakukan para pedagang lagi, sebab tempat itu akan
dijadikan lokasi parkir.Apabila ini dilanggar, maka kita akan kembali melakukan penertiban.”
Analisa 20 Maret 2015 melansir ucapan Kasatpol PP Kota Medan yang mengatakan penertiban ini dilakukan dalam rangka mengembalikan fungsi kawasan
itu sebagai lokasi parkir kenderaan.
15
Disamping itu, kasus Puluhan massa pedagang Jalan Akik Sukaramai berunjukrasa di depan Kantor DPRD Kota Medan, Rabu 8 April 2015. Mereka
berorasi menolak rencana penggusuran mereka dari jalan tersebut. Tribun Medan
13
“Diwarnai Bentrokan, Pedagang K-5 Jalan Gatot Subroto Ditertibkan”, Analisa, 20 Maret 2015.
14
“Tak Terima Dipindahkan, Pedagang Sambu Blokir Jalan,”Tribun Medan , 6 April 2015 hal 2.
15
“Diwarnai Bentrokan, Pedagang K-5 Jalan Gatot Subroto Ditertibkan”, Analisa, 20 Maret 2015. Hal 1.
23 melansir surat pernyataan yang mereka bagikan, para pedagang menyatakan tak akan
mau direlokasi dari jalan tersebut:
Kebijakan pemerintah, baik eksekutif dan legislatif, yang mengatasnamakan pembangunan seringkali kontraproduktif dengan
kenyataan di lapangan.Begitu pula rencana pemerintah yang ingin menggusur Pasar Akik, ujar Koordinator Aksi, Abdi Rahman
Sihombing.Wali kota dan DPRD Kota Medan tidak pernah mendengarkan sedikitpun aspirasi pedagang. Hanya mendengar pihak
yang sama sekali tidak punya kepentingan di Pajak Akik. Alasan yang disampaikan Pemko Medan, bahwa pedagang di Pasar Akik
menjadi biang masalah atas merosotnya omzet pedagang Pasar Sukaramai, kata Abdi, merupakan tudingan kambing hitam. Padahal
yang terjadi adalah kesalahan PD Pasar mengelola Pasar Sukaramai yang tidak memikirkan kelayakan berjualan, tanpa melibatkan
pedagang dalam menetapkan tata kelola yang baik,
16
Common Sense yang tercipta di masyarakat yaitu perlawanan selalu di kaitkan dengan bentrokan fisik, ini tidak terlepas dari peran media yang melihat konflik
pedagang selalu dari sisi bentrokan terbuka fisik
17
. Bagi James Scott justru strategi perlawanan yang seharusnya menarik untuk dilihat dan dikaji ialah everydayforms of
resistance yang terdiri dari kumpulan pola perilaku sehari-hari dari para pedagang untuk melakukan perlawanan
18
Analisa resistensi sendiri terhadap suatu fenomena banyak melihat hal-hal yang ada dalam keseharian masyarakat baik berupa kisah-kisah, tema pembicaraan,
.
16
“Pedagang di Jalan Akik Tolak Relokasi,”Tribun Medan , 8 April 2015 hal 2.
17
M. Tri Panca W, “Resistensi Pedagang Pasar Sumber Arta Bekasi Barat Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah , Jakarta, 2011, hal 7.
18
Marzani Anwar , Adaptasi dan resistansi Jakarta:Panamadani, 2006 hal 150.
24 umpatan, serta puji-pujian dan prilaku lainnya sehingga resistensi menjadi gayung
bersambut dalam keilmuan sosial.
19
Dalam khazanah antropologi, benih-benih kritik internal atau refleksi yang dapat dilihat sebagai upaya resistensi telah muncul terhadap arus besar keilmuan
antropologi saat itu.
20
Ketika kondisi dalam satu tempat atau dalam sekelompok masyarakat hukum formal dan hukum non formal berdampingan maka kondisi tersebut dapat
menimbulkan sebuah arena sosial.Dimana dalam arena Sosial tersebut ada aktor-aktor yang terlibat dan menjalankan peranan khusus dalam kondisi tersebut.Penelitian Sally
Folk Moore Pedagang kakilima merupakan salah satu bagian pekerjaan di
sektor informal yang sangat penting khususnya di daerah perkotaan di negara-negara berkembang. Bahkan dianggap sebagian kalangan sebagai katup penyelamat safety
valve krisis keuangan dan finansial yang dialami bangsa indonesia sejak tahun 1998.
21
Antropologi hukum berpegang pada anggapan bahwa manusia hidup bermasyarakat pasti ada hukum, jadi baik di zaman dahulu hingga sekarang hukum
dalam menjelaskan kewajiban antara sesama secara hukum dan non hukum dalam industri pakaian gaun mahal mengatakan ada aktor-aktor sebagai
pelaku dalam menjalankan aturan yang berlaku.
19
Yusran Darmawan, “Reasistensi dalam Kajian Antropologi,” artikel diakses pada 8 April 2015 http:www.timur-angin.com200908resistensi-dalam-kajian-antropologi.html
20
M. Tri Panca W, “Resistensi Pedagang Pasar Sumber Arta Bekasi Barat Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah , Jakarta, 2011, hal 28.
21
Sally Fallk Moore, 1993, “Hukum dan Perubahan Sosial: Bidang Sosial Semi Otonom sebagai Suatu Topik Studi yang Tepat” dalam T.O. Ihromi editor antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
25 selalu ada dalam masyarakat. Hukum tersebut mengikuti pola kehidupan manusia
bermasyarakat, baik ia berbentuk tertulis ataupun tidak tertulis hukum adat. Tidak ada manusia hidup tanpa budaya, tidak ada manusia tanpa kepentingan, dan juga
tidak ada manusia tanpa hukum aturan.
22
Tetapi saat ini istilah Pedagang kaki lima juga digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya. Istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial
belanda. Sebab pada waktu itu Peraturan Pemerintah menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalan kaki. Lebar ruas
untuk pejalan kaki adalah lima kaki atau sekitar 1,5 meter. Namun dalam kenyataannya, ruas jalan yang seharusnya dipergunakan untuk pejalan kaki ternyata
Kakilima menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer 1991, adalah pedagang yang menjual barang dagangannya di pinggir jalan atau di dalam usahanya
menggunakan sarana dan perlengkapan yang mudah dibongkar pasang atau dipindahkan serta memempergunakan bagian jalan atau trotoar, tempat-tempat yang
tidak diperuntukkan bagi tempat untuk berusaha atau tempat lain yang bukan miliknya. Pedagang kakilima adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang
menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga kaki
“Gerobak”.
22
Hilman Hadikusuma, Pengantar Antropologi Hukum. PT Citra Aditya Bakti, Bandung 1992
26 dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Kalau dulu sebutannya pedagang
emperan, lama kelamaan berubah menjadi pedagang kakilima.
Karakteristik Pedagang kakilima sama seperti pekerja-pekerja sektor informal lainnya, yakni modal kecil, keterlibatan anggota keluargakerabat, waktu kerja yang
tak teratur serta tidak adanya pencatatan yang jelas mengenai keluar masuknya keuangan. Salah satu informan yang bernama Bambang 54 tahun PKL penjual
bakso mengatakan:
“Pertamakali aku jualan ini modalnya cuma limaratus ribu, sekarang ini penghasilanku bisa sampai dua juta sebulan bersih. Sedangkan
waktu jualan ya gak mesti, kalau capek ya istirahat dulu, tapi biasanya yang kerja gantikan aku ya keluarga, kalau gak istri, anak-anak ya
ponakan. Kalau soal keluar masuknya uang ya gak sampai dicatat secara teliti.Paling-paling berapa dapetnya hari ini, berapa perlunya
untuk belanja bahan, ya gitu aja.”
23
Berdasarkan keterangan pak Bambang tersebut tampak bahwa bekerja sebagai pedagang kakilima memang tidak membutuhkan modal yang besar, di samping itu
juga tidak perlu pendidikan serta keterampilan yang khusus, karena istrinya yang lulus SMP saja sudah bisa menjalankan usahanya.
1.3. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah perlawanan pedagang kakilima terhadap peraturan Wali Kota Medan Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Larangan Beraktivitas Berjualan di Badan Jalan. Berdasarkan uraian latar belakang
23
Wawancara Pribadi dengan Bambang, Medan, 8 April 2015.