Klasifikasi Gunung Api Di Indonesia Prosedur Tetap Tingkat Kegiatan Gunung Berapi menurut PVMBG

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2010 Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar magma. Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi. Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak dan mematikan. Letusan terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang diddorong keluar oleh gas bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijr yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1000ºC. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bias mencapai 700º-1200ºC. letusan gunung api yang membawa batu dan dapat menyembur sampai sejauh 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km Ramli, 2010.

2.7.1. Klasifikasi Gunung Api Di Indonesia

Berdasarkan tipenya, gunung api dapat dibedakan menjadi PVMBG PVMBG dalam Suryani L, 2014 : Universitas Sumatera Utara 1. Tipe A : gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang- kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. 2. Tipe B : gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara. 3. Tipe C : gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatarafumarola pada tingkah lemah.

2.7.2. Prosedur Tetap Tingkat Kegiatan Gunung Berapi menurut PVMBG

Menurut PVMBG ada prosedur tetap yang harus dilaksanakan dalam mengantisipasi kegiatan gunung api, sebagai berikut PVMBG PVMBG dalam Suryani L, 2014 : 1. Aktif Normal Level I Keadaan aman, penduduk melakukan kegiatan dengan tenang. Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma. Tindakan yang dilakukan adalah pengamatan rutin, survey dan penyelidikan. 2. Waspada Level II Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya. Terdapat kenaikan level aktivitas di atas normal dan sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal. Tindakan yang dilakukan adalah penyuluhan sosialisasi, penilaian resiko, pengecekan sarana dan pelaksanaan piket terbatas. Universitas Sumatera Utara 3. Siaga Level III Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visualpemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan. Tindakan yang dilakukan adalah sosialisasi di wilayah terancam, penyiapan sarana darurat, koordinasi harian dan piket penuh. 4. Awas Level IV Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abuasap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama. Menandakan gunung api yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana. Tindakan yang dilakukan adalah merekomendasikan wilayah yang terancam untuk dikosongkan. Koordinasi dilakukan harian, dengan piket penuh. Pada akhir Februari 2014, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, tetap aktif dengan PVMBG mempertahankan statusnya di Level 4. Pada tanggal 1 Februari, letusan gunung tersebut menewaskan 15 orang dan melukai tiga orang lainnya. Setidaknya 31.739 orang 9.915 KK dari 34 desa telah mengungsi termasuk 20.270 orang dari desa-desa yang terletak dalam radius 5 kilometer dari kawah selama berbulan-bulan akibat aktivitas Gunung Sinabung yang terus-menerus, dan ditempatkan di 42 pusat-pusat pengungsian. Dimulai pada tanggal 13 Februari, Satuan Tugas Nasional yang dipimpin oleh BNPB memfasilitasi pemulangan pengungsi yang tinggal di luar radius 5-km dari kawah. Pada tanggal 23 Februari setidaknya 17.150 orang 5.213 KK dari 15 desa sudah kembali ke rumah mereka dan selanjutnya 366 orang pada 24 Februari. Pada akhir Maret, masih terdapat 15.773 pengungsi 4,989 rumah tangga dari 16 desa dan Universitas Sumatera Utara dua dusun yang berlindung di 33 pusat pengungsian. Komando tanggap darurat masih terus memenuhi kebutuhan dasar pengungsi yang tersisa.

2.10. Kerangka Konsep