2.2 Landasan Teori
2.2.1 Antropolinguistik
Sibarani 2004:50 mengatakan bahwa antropolinguistik secara garis besar membicarakan dua tugas utama yakni 1 mempelajari kebudayaan dari sudut
bahasa dan 2 mempelajari bahasa dalam konteks kebudayaan. Antropolinguistik juga mempelajari unsur-unsur budaya yang terkandung dalam pola-pola bahasa
yang dimiliki oleh penuturnya, serta mengkaji bahasa dalam hubungannya dengan budaya penuturnya secara menyeluruh.
Bahasa dan budaya memiliki hubungan yang sangat erat, saling mempengaruhi, saling mengisi, dan berjalan berdampingan. Yang paling
mendasari hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahasa harus dipelajari dalam konteks kebudayaan, dan kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa
Sibarani, 2004:51. Dengan kata lain, antropolinguistik mempelajari kebudayaan dari sumber-sumber bahasa, dan juga sebaliknya mempelajari bahasa yang
dikaitkan dengan budaya. Harafiah 2005:61 juga mengatakan bahwa antropolinguistik menganggap
bahwa faktor budaya tidak bisa ditinggalkan dalam penelitian bahasa. Bahasa merupakan fakta yang harus dipertimbangkan dalam kajian budaya dalam
kehidupan manusia. Inti masalah dalam kajian antropolinguistik adalah sistem kepercayaan, nilai, moral, tingkah laku, dan pandangan atau unsur-unsur yang
mencorakkan budaya suatu kumpulan masyarakat.
2.2.2 Makna
Makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti Bolinger
dalam Aminuddin, 1981 : 108. Dengan mempelajari suatu makna pada dasarnya juga mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat dapat
saling mengerti.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui adanya unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yaitu:
1. Makna adalah hasil hubungan bahasa dengan dunia luar,
2. Penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, serta
3. Perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi
sehingga dapat saling mengerti. Dalam penelitian ini, makna yang menjadi acuan peneliti untuk
menganalis simbol-simbol yang terdapat dalam pemberian ulos pada upacara perkawinan adat Batak Toba. Pemberian ulos dalam upacara perkawinan adat
Batak Toba merupakan sebuah simbolik dan memiliki makna pada tiap tuturan yang disampaikan.
2.2.3 Nilai-Nilai Budaya