2.1.4 Upacara Adat Perkawinan
Perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 yang menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Nalom 1982 : 50 mendefinisikan pesta perkawinan dari sepasang
pengantin merupakan jembatan yang mempertemukan Dalihan Na Tolu dari orang tua pengantin pria merasa dirinya berkerabat dengan Dalihan Na Tolu dari orang
tua pengantin wanita, begitu pula sebaliknya. Upacara perkawinan adalah upacara adat yang penting bagi masyarakat
Batak Toba, karena hanya orang yang sudah kawin yang berhak mengadakan upacara adat apapun yang ada dalam suku Batak Toba.
Proses perkawinan dalam adat Batak Toba menganut hukum eksogami perkawinan di luar kelompok tertentu. Ini terlihat dari kenyataannya bahwa tidak
ada laki-laki yang mengambil perempuan yang memiliki marga yang sama dengannya untuk dijadikan istri.
2.1.5 Masyarakat Batak Toba
Biasanya masyarakat Batak Toba tinggal di Provinsi Sumatera Utara yaitu daerah Toba yang dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu Kabupaten Tapanuli
Utara, Kabupaten Toba Samosir. Suku Batak Toba adalah salah satu dari banyak suku di Indonesia. Bentuk
kekerabatan dalam suku Batak Toba ada dua, yakni kekerabatan berdasarkan garis keturunan genealogi dan kekerabatan berdasarkan sosiologis. Bentuk
kekerabatan berdasarkan garis keturunan dapat dilihat dari marga yang dimulai oleh si Raja Batak, semua orang Batak pasti memiliki marga. Sedangkan
kekerabatan berdasarkan sosiologis ialah terjadi karena perjanjian
padan
antara marga tertentu atau pernikahan, misalnya marga Nainggolan dan Siregar adalah
marpadan
berarti antara keturunan dari Nainggolan dan keturunan Siregar tidak boleh menikahi satu sama lain. Lebih jelasnya,
padan
adalah ikrar janji yang telah diikat oleh leluhur orang Batak terdahulu nenek moyang yang mengharamkan
pernikahan di antara kedua belah pihak dengan maksud menjaga hubungan baik di antara keduanya.
Masyarakat Batak Toba sangat erat hubungannya antara satu dengan yang lainnya, dimana masyarakat tersebut saling menghormati yang diikat oleh Dalihan
Na Tolu yang merupakan tiga tiang tunggu. Yang termasuk Dalihan Na Tolu antara lain :
hula-hula, dongan tubu
, dan
boru
. Oleh sebab itu, dimana pun dua orang Batak bertemu meski belum saling
kenal, namun bila mereka memiliki marga yang sama pastilah mereka seolah-olah saudara dekat.
2.2 Landasan Teori