BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Otonomi Daerah
a. Pengertian Otonomi Daerah
Pengertian otonom secara bahasa adalah berdiri sendiri atau dengan pemerintahan sendiri sedangkan daerah adalah suatu wilayah
atau lingkungan pemerintah, dengan demikian pengertian secara istilah otonomi daerah adalah wewenangkekuasaan pada suatu wilayahdaerah
yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayahdaerah masyarakat itu sendiri. Hakekat otonomi daerah adalah wewenang, hak
dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
b. Dasar Hukum Otonomi Daerah
1 UUD 1945 pasal 18A.
Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan adanya pembagian pengelolaan pemerintahan pusat dan daerah.
2 TAP MPR-RI No. XVMPR1998 tentang penyelenggaraan Otonomi
Daerah Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang
berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI.
Universitas Sumatera Utara
3 UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang lebih
mengutamakan pelaksanaan asas Desentralisasi. Hal-hal yang mendasar dalam UU No 32 tahun 2004 adalah mendorong untuk
pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi
DPRD.
c. Perkembangan Otonomi Daerah
Pada tahun 2001, Indonesia telah memasuki era Otonomi Daerah. Sejak periode tersebut, KabupatenKota terus meningkat jumlahnya dan
hingga tahun 2010, terbentuk 205 daerah otonom baru, yaitu 6 provinsi dan 199 kabupatenkota Kupang Pos, 2010.
Dengan adanya Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah bukan lagi berperan sebagai administrator pelaksana misi Pemerintah Pusat tetapi
justru menjadi ujung tombak dalam penyelenggaraan persoalan publik lokal. Di satu sisi, pemekaran ini mempunyai tujuan mulia yakni dari sisi
ekonomi agar tercapainya efisiensi, keadilan, dan kemandirian sedangkan dari sisi politik, untuk meningkatkan kualitas demokrasi Indonesia dan
mencegah munculnya tuntutan separatisme. Namun, dibalik tujuan mulia tersebut, pemekaran ini juga menyebabkan munculnya tantangan-
tantangan baru bagi pemerintah maupun masyarakat. Dari sudut politik, munculnya kepentingan elit politik daerah demi memperoleh kekuasaan,
Universitas Sumatera Utara
dan dari sudut pandang ekonomi, terjadinya inefisiensi dalam produksi dan alokasi sumber daya ekonomi lokal.
Dengan banyaknya pemekaran yang tidak dapat terkontrol dan banyak pemekaran wilayah yang tidak sesuai dengan tujuan efisiensi, keadilan dan
kemandirian daerah, maka pada bulan Maret 2010, Pemerintah Indonesia berencana untuk melakukan merger sebanyak 40 daerah agar kembali ke
kabupaten induk karena ketergantungan daerah-daerah tersebut yang
cukup tinggi terhadap pemerintah pusat. Dari 205 daerah otonom yang
ada, hanya 5 daerah yang kinerjanya tinggi, 160 berkinerja sedang
sedangkan 40 lainnya berkinerja rendah Kupang Pos, 2010.
d. Otonomi Daerah Di Provinsi Jambi Provinsi Jambi sebagai salah satu daerah otonomi yang terdiri atas 11
kabupaten dan kota 2010 juga merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terus berupaya untuk menjadi provinsi yang berhasil dalam
menjalankan otonomi daerahnya. Hingga tahun 2010, Provinsi Jambi melakukan pengembangan wilayah dari 5 Kabupaten dan 1 Kota menjadi
9 Kabupaten dan 2 Kota. Di samping itu, berdasarkan data BPS, angka pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2009 adalah sebesar 6,37
persen. Angka ini berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,50 persen dan sekaligus merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi di
Sumatera Kabar Indonesia, 2010 .
Meskipun masih sangat tergantung dengan dana transfer dari
Pemerintah Pusat terutama Dana Alokasi Umum, Provinsi Jambi terus
Universitas Sumatera Utara
berupaya meningkatkan pendapatan daerahnya. Hal ini ditandai dengan meningkatnya PAD Provinsi Jambi pada tahun 2009 sebesar 3,48 persen
yang ditargetkan sebesar 423,80 miliar rupiah, terealisir sebesar 438,53 miliar rupiah Kabar Indonesia, 2010.
Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pembangunan yang dapat dipertanggungjawabkan, visi pembangunan Provinsi Jambi tahun 2006-
2010 adalah “Jambi Mampu Maju dan Mandiri”, dan untuk mewujudkan visi tersebut agar arah dan tujuan dari pembangunan dapat terealisasi
dengan baik, maka misi pembangunan Provinsi Jambi adalah “peningkatan kesejahteraan dan kualitas kehidupan masyarakat, peningkatan daya saing
dan kemandirian daerah, peningkatan pembangunan sarana dan prasarana dasar, peningkatan kualitas pelayanan publik, dan peningkatan
perlindungan masyarakat Metro Jambi, 2010. Untuk melaksanakan rencana pembangunan lima tahu 2006-2010, maka
ditetapkan prioritas program yang akan dilaksanakan, adapun prioritas pembangunan tersebut terdiri dari revitalisasi pertanian dan UKM,
pembangunan infrastruktur wilayah, peningkatan Sumber Daya Manusia, pengelolaan Sumber Daya Alam dan pariwisata.
Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan secara bertahap Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan, yaitu Program
ekonomi kerakyatan, pembangunan infrastruktur wilayah, peningkatan pendidikan dan kesehatan serta program lainnya yang tentunya selalu
berpihak kepada kepentingan dan kesejahteraan masyarakat Jambi.
Universitas Sumatera Utara
2. Dana Perimbangan a. Pengertian Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka desentralisasi. Selain untuk membantu daerah dalam mendanai kewenangannya, dana perimbangan juga bertujuan untuk
mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pemerintah pusat dan daerah serta antar pemerintah daerah. Dana perimbangan merupakan
sistem transfer dana dari pemerintah yang merupakan satu kesatuan yang
utuh.
b. Dasar Hukum Dana Perimbangan
1 UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. 2
Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
3 Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
c. Klasifikasi Dana Perimbangan Berdasarkan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 pasal 27, dana
perimbangan terdiri dari : dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Jenis
dana bagi hasil dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak. Jenis dana alokasi umum
hanya terdiri atas objek pendapatan dana alokasi umum. Jenis dana
Universitas Sumatera Utara
alokasi khusus dirinci menurut objek pendapatan menurut kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
3. Pendapatan Asli Daerah a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
PAD menurut UU Nomor 33 tahun 2004 adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
perundang-undangan. Salah satu wujud dari desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan
digunakan sendiri sesuai dengan potensi masing-masing. Dalam upaya meningkatkan PAD, Daerah dilarang menetapkan Peraturan
Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat
mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan imporekspor. Salah satu contoh peraturan tersebut adalah peraturan daerah
yang mengatur pengenaan pajak dan retribusi oleh daerah terhadap objek- objek yang telah dikenakan pajak oleh Pemerintah Pusat dan Provinsi
sehingga menyebabkan menurunnya daya saing daerah. Pemerintah daerah dalam melaksanakan rumah tangganya memerlukan
sumber pendapatan yang berasal dari PAD. Tanpa adanya dana yang cukup, maka ciri pokok dari otonomi daerah menjadi hilang. PAD mempunyai
peranan yang strategis di dalam keuangan bagi suatu daerah karena sumber pendapatan daerah merupakan tiang utama penyangga kehidupan daerah. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu, para ahli sering memakai PAD sebagai alat analisis dalam menilai tingkat otonomi suatu daerah.
b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 Pasal 26 terdiri dari :
1 Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah
adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Jenis Pajak Provinsi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 Pasal 2 antara lain :
a Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
b Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d Pajak Air Permukaan; dan
e Pajak Rokok.
Jenis Pajak KabupatenKota berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 Pasal 2 antara lain :
a Pajak Hotel;
Universitas Sumatera Utara
b Pajak Restoran;
c Pajak Hiburan;
d Pajak Reklame;
e Pajak Penerangan Jalan;
f Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g Pajak Parkir;
h Pajak Air Tanah;
i Pajak Sarang Burung Walet;
j Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan
k Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
2 Retribusi Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, yang dimaksud dengan retribusi daerah adalah “pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan”. Pengelompokan retribusi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
tahun 2009 Pasal 108 antara lain : a
Retribusi Jasa Umum; b
Retribusi Jasa Usaha; c
Retribusi Perizinan Tertentu.
Universitas Sumatera Utara
3 Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan hasil yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan yang terpisah dari
pengelolaan APBD. Jika atas pengelolaan tersebut memperoleh laba, maka laba tersebut dapat dimasukkan sebagai salah satu sumber
pendapatan asli daerah. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 tahun 2006, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan mencakup : a
Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBadan Usaha Milik Daerah BUMD;
b Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintahBUMN; c
Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
4 Lain-lain PAD yang sah.
Lain-lain PAD yang sah merupakan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Klasifikasi PAD yang sah berdasarkan Permendagri Nomor 13
tahun 2006 adalah sebagai berikut : a
hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b
jasa giro; c
pendapatan bunga;
Universitas Sumatera Utara
d penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;
e penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah;
f penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing; g
pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan; h
pendapatan denda pajak; i
pendapatan denda retribusi; j
pendapatan hasil eksekusi atas jaminan; k
pendapatan dari pengembalian; l
fasilitas sosial dan fasilitas umum; m
pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan n
pendapatan dari angsurancicilan penjualan.
4. Dana Alokasi Umum DAU
a. Pengertian Dana Alokasi Umum DAU
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004, Dana Alokasi Umum merupakan “salah satu transfer dana Pemerintah kepada pemerintah daerah
yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”. DAU bersifat “Block Grant” yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan
prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
Universitas Sumatera Utara
b. Dasar Hukum Dana Alokasi Umum DAU