2. 5. Model of Copy Testing Effect
Menurut Kriyantono pada bukunya Teknik Praktis Riset Komunikasi, model ini berasal dari Leckenby Wedding yang berdasarkan tiga dimensi efek
dari proses persuasi, karena pada dasarnya iklan merupakan tahap persuasi. Model ini berbentuk linear yang dimulai dari kognitif, afektif sampai dimensi konasi.
Model ini lebih menjelaskan teknik-teknik penelitian yang dapat dipakai dalam meneliti setiap dimensi efek sebuah iklan.
Secara ringkas model ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 5. Model of Copy Testing Effects
Dimensi Efek Tipe Variabel Tergantung
Kognitif Attention Perhatian
Awareness Menyadari Recognition Mengenal
Comprehension MengertiPaham Recall Mengingat Kembali
Afektif Attitude Change Perubahan Sikap
LikeDislike SukaTidak Suka Involvement Keterlibatan
KonatifBehavior Intention to Buy Minat untuk Membeli
Purchase Behavior Perilaku Membeli
Kriyantono, 2006: 354-355
Universitas Sumatera Utara
Berbagai macam teknik dapat digunakan untuk mengukur ketiga dimensi terpaan iklan pada bagan di atas. Teknik tersebut dapat menggunakan kuesioner
atau instrumen lainnya. Oleh karena itu berikut ini akan disampaikan beberapa teknik yang bisa digunakan sebagai alternatif mengukur ketiga dimensi di atas
antara lain adalah : 1.
Dimensi Kognitif Untuk mengukur attention khalayak, misalnya bisa menggunakan teknik
”consumer jury”. Sebuah kelompok konsumer yang berjumlah antara 50-100 orang ditunjukkan beberapa iklan dan kemudian ditanyakan iklan mana yang
paling mampu menarik perhatian. Atau bisa juga menggunakan teknik “eye- tracking study”, untuk menentukan bagian mana dari iklan yang diperhatikan.
Caranya dengan menggunakan kamera yang dapat merekam gerakan mata responden ketika disodori iklan. Dari sini akan diketahui bagian iklan mana
yang menarik perhatian khalayak. Untuk mengukur awareness, terpaan, dan recall, misalnya responden
ditunjukkan sebuah koran atau majalah dan ditanyai iklan mana yang mereka ingat atau yang mereka lihat baca. Hasilnya berupa “a reader traffic score”
untuk masing-masing iklan. Recognition daya pengenalan diukur sebagai berapa lama waktu yang
dibutuhkan responden untuk mengenal sebuah iklan. Salah satu caranya dengan menggunakan slide proyektor yang mampu menampilkan efek
menghilangkan bagian tertentu dari iklan. Kemudian responden ditanya apakah mereka mengenal iklan itu atau tidak, berpa lama waktu yang
diperlukan konsumen khalayak untuk mengenal produk, headline iklan atau
Universitas Sumatera Utara
merk produk. Sedangkan comprehension diakur dari kemampuan responden untuk mengerti atau memahami maksud dari iklan tersebut, lalu apakah
pemahaman ini sama dengan maksud dari si pembuat iklan atau tidak. 2.
Dimensi Afektif Dimensi ini mencakup riset tentang apakah sikap konsumen terhadap
produk tertentu berubah karena terpaan iklan atau kampanye produk. Beberapa teknik yang digunakan adalah : Projective test, theatre testing,
physiological measures, semantic differential, scales, dan rating scales. Projective test, biasanya melalui beberapa pertanyaan yang inti
pertanyaannya adalah “Apakah Anda suka iklan ini?”. Kemudian responden diminta untuk menggambar atau melengkapi sebuah cerita yang mencakup
iklan atau produk yang dimaksud dalam iklan. Selain itu, responden juga diminta untuk menghubungkan produk dengan orang yang terkenal. Contoh,
“Coba mengingat tentang vacuum cleaner. Jika vacuum cleaner ini dipakai oleh selebriti, siapa selebriti tersebut?”.
Pada teknik theatre test, responden diminta menyampaikan perasaannya saat menonton iklan yang ditayangkan di televisi. Responden diberi fasilitas
khusus berupa alat yang bernama Program Evaluation Analysis Computer PEAC. Alat ini mempunyai lima tombol pengukuran, mulai dari “merasa
sangat positif” sampai “merasa sangat negatif”. Responden diminta menekan tombol yang dipilihnya saat menonton iklan televisi.
Test psikologi iklan terbagi dalam tiga jenis. Pertama disebut test pupilometer. Di sini terdapat kamera yang sangat kecil tiny camera
difokuskan pada mata responden untuk mengukur pergerakan pada pupil mata
Universitas Sumatera Utara
saat menonton iklan. Peubahan pada diameter pupil direkam. Menurut teori- teori psikologi, individu berkecenderungan merespons rangsangan yang
muncul dengan pembesaran pada pupilnya. Pupil akan mengecil bila rangsangan tidak disukainya.
Test kedua yaitu Galvanic Skin Response GSR. Ini adalah sebuah alat elektronik yang terpasang pada kulit responden. Perubahan pada rating GSR
ketika responden melihat dan merasakan keterlibatan atau dorongan emosional saat melihat iklan. Apabila sistem syaraf otonomis konsumen diaktifkan oleh
beberapa unsur dalam iklan, maka terjadi respons fisik dalam kelenjar keringat yang berlokasi di telapak tangan dan jemari. Kelenjar-kelenjar ini membuka
dalam berbagai tingkatan tergantung pada intensitas kebangkitan dan resistansi kulit akan menurun bila kelenjar keringat ini membuka. Dengan
mengirimkan arus listrik yang sangat halus melalui satu jari, dari lainnya, dan melengkapi sirkuit melalui alat yang bernama galvanometer, para peneliti
dapat mengukur tingkat dan frekuensi, di mana suatu iklan mengaktifkan respons emosional. Singkatnya galvanometer menilai tingkat respons
emosional terhadap iklan dengan mengukur jumlah keringat. Teknik ketiga, yaitu brain wave analysis. Teknik ini bertujuan memonitor aktivitas otak
selama terpaan iklan televisi untuk mengukur besarnya level ketertarikan dan keterlibatan penonton.
Dimensi sikap ini bias juga diukur dengan menggunakan instrument pengukuran sikap, misalnya menggunakan skala rating atau skala semantic
differentials. Agar pengukuran ini bias berjalan efektif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti gambaran mengenai sikap responden sebelum
Universitas Sumatera Utara
diterpa iklan; memberikan terpaan iklan atau beberapa kepada responden sewaktu dites; serta mengukur kembali sikap setelah diterpa iklan.
Misalnya, responden diundang di sebuah ruang untuk menonton iklan yang ditayangkan. Sebelumnya, responden disuruh mengisi kuesioner tentang
sikap mereka terhadap beberapa produk termasuk produk yang diteliti. Kemudian, responden menonton TV yang berisi satu atau lebih tayangan iklan
dari produk yang diteliti dan beberapa iklan dari produk lainnya. Setelah tayangan TV selesai, responden disuruh mengisi kuesioner tentang sikapnya
terhadap produk yang diiklankan. 3.
Dimensi Konatif Mempunyai cara pengukuran yang hampir sama. Dimensi konatif yang
diukur adalah variabel minat untuk membeli buying predispositionintention dan perilaku membeli. Pada variabel minat untuk membeli digunakan
pertanyaan seperti: “If you were going shopping tomorrow to buy breakfast cereal, which brand would you buy?”; kemudian diikuti dengan “Would you
consider buying any others brands?” dan “Are there any cereals you would definitely not buy?”
Atau bisa juga digunakan skala minat untuk membeli, seperti : _____________ I will definitely buy this cereal as soon as I can
_____________ I will probably buy this cereal sometimes _____________ I might buy this cereal, but I don’t know when
_____________ I will probably never buy this cereal _____________ I would not eat this cereal even if somebody gave it to me
Universitas Sumatera Utara
Skala di atas sangat membantu pengiklan untuk melihat bagaimana preferensi membeli konsumen selama dan sesudah kampanye iklan
Kriyantono, 2006: 355-361.
Universitas Sumatera Utara
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN