Penyuluhan Pemantauan Jentik Berkala Kerangka Teori Kerangka Konsep

Palembang dengan desain cross sectional dan sampel berjumlah 606 orang, diketahui bahwa gerakan PSN mempengaruhi keberadaan jentik vektor DBD. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Harya et al 2013 di Kota Bengkulu dengan sampel berjumlah 280 orang, dan diketahui bahwa memang ada hubungan antara gerakan PSN dengan keberadaan jentik vektor p=0,002 .

d. Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga diharapkan dapat merubah perilaku kesehatan seseorang. Dalam hal ini, kegiatan penyuluhan terkait informasi penularan dan pencegahan DBD dapat disebarluaskan ke masyarakat agar masyarakat dapat melakukan kegiatan penanggulangan dan pengendalian DBD secara mandiri.

e. Pemantauan Jentik Berkala

Kegiatan Pemantauan Jentik Berkala PJB dapat dilakukan oleh juru pemantau jentik jumantik Kemenkes RI, 2011a. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau tingkat kepadatan jentik dari hasil pemeriksaan rumah-rumah dan tempat-tempat umum. Keberadaan jumantik diharapkan dapat menurunkan kejadian DBD melalui peran aktif masyarakat. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Widayani 2011 di Kabupaten Sleman, diketahui bahwa adanya hubungan antara keberadaan jumantik dengan kejadian DBD.

2.3 Analisis Spasial

Analisis spasial merupakan teknik atau proses yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika matematis yang dilakukan dalam rangka mencari atau menemukan potensi hubungan yang terdapat di antara unsur-unsur geografis Prahasta, 2009. Adapun sistem informasi geografis menurut Chrisman 1997 dalam Prahasta 2009 terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia, organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis serta menyebarluaskan informasi mengenai daerah- daerah di permukaan bumi. Pemanfaatan analisis spasial harus didukung dengan data spasial. Data spasial adalah data yang berkaitan dengan lokasi berdasarkan geografi yang terdiri dari lintang-bujur dan wilayah. Menurut Pfeiffer et al 2008 dalam Faiz 2013 data spasial menerapkan prinsip distribusi geografis berupa fenomena fisikal seperti iklim, kepadatan penduduk atau permasalahan kesehatan sesuai lokasi sebenarnya.

2.3.1 Manfaat Analisis Spasial Bagi Informasi Kesehatan

Analisis spasial dengan sistem informasi geografis, memiliki peranan penting terutama di bidang kesehatan. Saat ini pemanfaatan analisis spasial memberikan kontribusi dalam bidang kesehatan seperti Nuckols et All, 2004: a Memonitor status kesehatan untuk mengidentifikasi status kesehatan yang ada di masyarakat. b Menentukan studi populasi dalam studi epidemiologi. c Mengidentifikasi sumber dan rute infeksi penularan penyakit. d Memperkirakan terinfeksinya suatu lingkungan karena paparan tertentu. e Mengukur masalah kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Pemanfaatan analisis spasial juga dapat memperkirakan paparan penyakit pada wilayah tertentu Yu et al, 2006 serta untuk monitoring kesehatan dengan identifikasi sumber paparan dalam studi epidemiologi tertentu Nukcols, 2004. Analisis spasial dapat dilakukan dengan melakukan geocoding alamat di area studi selama periode waktu yang relevan dengan penyakit. Hal tersebut dilakukan untuk memonitor dan mengontrol penyebaran penyakit melalui langkah pengawasan. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti lain, diketahui bahwa pemanfaatan analisis spasial dapat digunakan untuk penelitian penyakit DBD. Berikut ialah tabel terkait penelitian terdahulu tentang pemanfaatan analisis spasial pada kejadian DBD: Tabel 2.1 Penelitian Analisis Spasial DBD Nama Peneliti Tahun Desain Populasi dan Sampel Penelitian Analisis Spasial yang Digunakan Hasil Widyawati, et al 2011 Ecological Study Populasi: Semua kejadian DBD di Kelurahan Pademangan Jakarta Utara berjumlah 138 kejadian DBD Sampel: Seluruh data populasi Elementary anlysis dengan data sekunder dan primer melalui observasi lokasi kejadian DBD Penggunaan analisis spasial dapat memprediksi lokasi potensial penyakit DBD melalui data ABJ di Kelurahan Pademangan Jakarta Utara Febriyetti 2010 Ecological Study Populasi: Semua Kejadian DBD di DKI Jakarta 2000-2009 Sampel: Seluruh data populasi Overlay atau tumpang susun layar dengan menggunakan data sekunder Penggunaan analisis spasial dapat memberikan informasi pola variasi cuaca dan kasus DBD secara spasial di DKI Jakarta Rosli, et al 2010 Ecological Study Populasi: Semua kasus dengue yang berhasil tercatat di Sub distrik Hulu Langat Selangor Malaysia tahun 2003 sebanyak 197 kasus Sampel: Seluruh data populasi Nearest Neighbour Index dengan menggunakan data primer terkait titik lokasi geografi kasus DBD Penggunaan analisis spasial memberikan informasi bahwa kasus dengue di Sub distrik Hulu Langat Selangor Malaysia tahun 2003 berpola mengelompok dengan nilai NNI sebesar 0,518755 Hairani L.K 2009 Ecological Study Populasi: Semua Kejadian DBD di Kecamatan Cimanggis Kota Depok tahun 2005-2008 sebanyak 2133 kejadian DBD Sampel: Seluruh data populasi Overlay atau tumpang susun layar dengan menggunakan data sekunder Penggunaan analisis spasial dapat memberikan informasi daerah penyebaran DBD di Kecamatan Cimanggis Kota Depok Putri M. K 2008 Ecological Study Populasi: Semua Kejadian DBD Overlay atau tumpang susun Penggunaan analisis spasial di Kotamadya Jakarta Timur tahun 2004-2006 Sampel: Seluruh data populasi layar dengan menggunakan data sekunder dapat memberikan informasi daerah penyebaran DBD di Kotamadya Jakarta Timur dan menentukan daerah rawan melalui ABJ

2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : HL. Blum 1974 dalam Notoadmodjo 2007; Gertsman 2003; Kemenkes RI 2011 Lingkungan Fisik: Suhu Kelembaban Udara Kecepatan Angin Curah Hujan Ketinggian Tempat Karakteristik Individu : Umur Jenis Kelamin Imunitas Status Gizi Perilaku: Penggunaan Kelambu Penggunaan Kassa Nyamuk Penggunaan Obat Nyamuk Mobilisasi Lingkungan Sosial: Kepadatan Penduduk Vektor: Kepadatan Jentik Vektor Jenis Nyamuk Program Pelayanan Kesehatan: Pemeriksaan Jentik Berkala Gerakan PSN Program Pelayanan Kesehatan : Penyelidikan Epidemiologi Fogging Fokus Kejadian DBD Pengetahuan Penyuluhan 33 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya diketahui ada beberapa faktor yang dapat berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue DBD. Peneliti memilih kepadatan penduduk, kepadatan jentik vektor, fogging fokus , penyelidikan epidemiologi DBD, jenis kelamin, umur dan kejadian DBD sebagai variabel penelitian. Namun terdapat faktor yang tidak menjadi variabel penelitian ini, hal ini terjadi karena pertimbangan khususnya terkait kondisi data sekunder yang tersedia. Berdasarkan pendahuluan yang telah dilakukan pada Februari 2014, diketahui bahwa data terkait status gizi, status imunitas dan pendidikan tidak tersedia di institusi penelitian. Sedangkan jenis nyamuk yang menggigit, kebiasaan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN, penggunaan kelambu, penggunaan kassa, penggunaan obat nyamuk dan mobilisasi tidak dijadikan variabel, karena peneliti akan melakukan penelitian pada satu waktu saja. Sedangkan faktor tersebut membutuhkan informasi tentang komponen perilaku dan pengamatan untuk waktu tiga tahun dan jika diukur sesaat dikhawatirkan terjadi bias informasi. Suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, curah hujan, ketinggian tempat dan Pemeriksaan Jentik Berkala PJB tidak dijadikan variabel penelitian oleh peneliti. Hal tersebut dikarenakan telah ada penelitian sebelumnya terkait hubungan iklim yakni suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan curah hujan dengan kejadian DBD di kota Bekasi oleh Zainudin 2005 melalui analisis spasial, dan didapatkan informasi bahwa tidak ada hubungan antara iklim dengan kejadian DBD. Di samping itu iklim, ketinggian tempat, dan PJB pada wilayah yang akan diteliti tidak memiliki variasi nilai dan terlalu homogen. Peneliti juga mendapatkan informasi bahwa wilayah yang akan diteliti semuanya telah mengikuti pembinaan Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit DBD Pokjanal DBD dan terbentuk tim juru pemantau jentik jumantik di setiap kelurahan untuk melakukan PJB. Oleh karena itu, kerangka konsep yang dipakai dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1 Kerangka Konsep Kejadian DBD Jenis Kelamin Umur Kepadatan Penduduk Kepadatan Jentik Vektor Penyelidikan Epidemiologi DBD Fogging Fokus

3.2 Definisi Operasional