Karakteristik Perilaku Epidemiologi DBD

perannya, terdiri dari antibodi netralisasi atau neutralizing antibody yang memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah infeksi virus, dan antibody non netralising serotype yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat meningkatkan infeksi yang berperan dalam patogenesis DBD dan Dengue Shock Syndroem DSS. Kekebalan host terhadap infeksi juga dipengaruhi oleh faktor lain, antara lain: usia dan status gizi, usia lanjut akan menurunkan respon imun dan penyerapan gizi. Status gizi dapat menyebabkan tingkat keparahan kejadian penyakit infeksi. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Hakim L dan Kusnandar. J. A 2012 dengan desain cross sectional dan sampel berjumlah 200 orang penderita DBD, diketahui bahwa status gizi memiliki hubungan dengan kejadian DBD p=0,004. Penelitian lain juga dilakukan oleh Nelli 2007 dengan desain cross sectional dan sampel berjumlah 94 orang penderita DBD, diketahui 63,6 renjatan DBD lebih banyak dialami oleh penderita dengan status gizi kurang.

2.2.2 Karakteristik Perilaku

Perilaku kesehatan menurut Notoadmodjo 2007 ialah suatu respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Becker 1979 dalam Notoadmodjo 2007 mengklasifikasikan perilaku yang dapat berhubungan dengan kesehatan, yaitu: a. Perilaku kesehatan, yaiu hal – hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan mengingkatkan kesehatannya, seperti mencegah penyakit. b. Perilaku sakit, yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal rasa sakitnya. c. Perilaku peran sakit, yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku sehat individu pada kejadian DBD dapat dilihat dari perilaku mencegah penyakit DBD seperti penggunaan kelambu, penggunaan obat nyamuk dan penggunaan kassa nyamuk. Penggunaan kelambu dan penggunaan obat nyamuk memiliki hubungan dengan kejadian DBD pada seseorang. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Ratag et al 2013 di Manado dengan desain case control dan sampel berjumlah 96 48 kasus dan 48 kontrol, diketahui bahwa penggunaan kelambu p=0,000, OR=8,2, CI=2,22-30,48 dan penggunaan obat nyamuk p=0,000, OR= 30,3, CI=9,88-93,07 memiliki hubungan dengan kejadian DBD. Penelitian lain juga dilakukan oleh Kusnadi 2010 di Lombok Timur, diketahui bahwa penggunaan kelambu memiliki hubungan dengan kejadian DBD. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widodo 2012 di Kota Mataram dengan desain case control dan sampel berjumlah 198 orang, diketahui bahwa penggunaan kassa nyamuk memiliki hubungan dengan kejadian DBD p=0,011, OR= 0,41 CI=0,206- 0,815 . Perilaku kesehatan seseorang dapat disadari secara langsung maupun tidak bahwa perilaku mereka dapat mempengaruhi kesehatan, seperti perilaku mobilisasi. Mobilisasi penduduk akan mendorong terjadinya KLB penyakit infeksi Wilder dan Gubler, 2008. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Roose 2008 di Pekanbaru dengan desain case control dan sampel berjumlah 170 85 kasus dan 85 kontrol, diketahui bahwa mobilisasi merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian DBD OR=20,90. Penelitian serupa juga dilakukan Rahayuningsih 2012 dan diketahui bahwa ada hubungan antara mobilisasi dengan kejadian DBD p=0,006, OR= 0,5,371 .

2.2.3 Karakteristik Lingkungan