2011 di Kabupaten Sleman, diketahui bahwa adanya hubungan antara keberadaan jumantik dengan kejadian DBD.
2.3 Analisis Spasial
Analisis spasial merupakan teknik atau proses yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika matematis yang dilakukan dalam rangka mencari
atau menemukan potensi hubungan yang terdapat di antara unsur-unsur geografis Prahasta, 2009. Adapun sistem informasi geografis menurut Chrisman
1997 dalam Prahasta 2009 terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia, organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan,
menyimpan dan menganalisis serta menyebarluaskan informasi mengenai daerah- daerah di permukaan bumi.
Pemanfaatan analisis spasial harus didukung dengan data spasial. Data spasial adalah data yang berkaitan dengan lokasi berdasarkan geografi yang terdiri
dari lintang-bujur dan wilayah. Menurut Pfeiffer et al 2008 dalam Faiz 2013 data spasial menerapkan prinsip distribusi geografis berupa fenomena fisikal
seperti iklim, kepadatan penduduk atau permasalahan kesehatan sesuai lokasi sebenarnya.
2.3.1 Manfaat Analisis Spasial Bagi Informasi Kesehatan
Analisis spasial dengan sistem informasi geografis, memiliki peranan penting terutama di bidang kesehatan. Saat ini pemanfaatan
analisis spasial memberikan kontribusi dalam bidang kesehatan seperti Nuckols et All, 2004:
a Memonitor status kesehatan untuk mengidentifikasi status kesehatan
yang ada di masyarakat. b
Menentukan studi populasi dalam studi epidemiologi. c
Mengidentifikasi sumber dan rute infeksi penularan penyakit. d
Memperkirakan terinfeksinya suatu lingkungan karena paparan tertentu.
e Mengukur masalah kesehatan masyarakat di suatu wilayah.
Pemanfaatan analisis spasial juga dapat memperkirakan paparan penyakit pada wilayah tertentu Yu et al, 2006 serta untuk
monitoring kesehatan dengan identifikasi sumber paparan dalam studi epidemiologi
tertentu Nukcols, 2004. Analisis spasial dapat dilakukan dengan melakukan
geocoding alamat di area studi selama periode waktu yang relevan dengan penyakit. Hal tersebut dilakukan untuk memonitor dan
mengontrol penyebaran penyakit melalui langkah pengawasan. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa
peneliti lain, diketahui bahwa pemanfaatan analisis spasial dapat digunakan untuk penelitian penyakit DBD. Berikut ialah tabel terkait
penelitian terdahulu tentang pemanfaatan analisis spasial pada kejadian DBD:
Tabel 2.1 Penelitian Analisis Spasial DBD
Nama Peneliti
Tahun Desain
Populasi dan Sampel
Penelitian Analisis Spasial
yang Digunakan Hasil
Widyawati, et al
2011 Ecological
Study Populasi: Semua
kejadian DBD di Kelurahan
Pademangan Jakarta
Utara berjumlah
138 kejadian DBD
Sampel: Seluruh data populasi
Elementary anlysis dengan
data sekunder
dan primer
melalui observasi
lokasi kejadian DBD
Penggunaan analisis
spasial dapat memprediksi
lokasi potensial
penyakit DBD
melalui data ABJ di
Kelurahan Pademangan
Jakarta Utara Febriyetti
2010 Ecological
Study Populasi: Semua
Kejadian DBD
di DKI Jakarta 2000-2009
Sampel: Seluruh data populasi
Overlay atau
tumpang susun
layar dengan
menggunakan data sekunder
Penggunaan analisis
spasial dapat memberikan
informasi pola
variasi cuaca dan kasus DBD secara
spasial di
DKI Jakarta
Rosli, et al 2010
Ecological Study
Populasi: Semua kasus
dengue yang
berhasil tercatat di Sub
distrik Hulu
Langat Selangor Malaysia tahun
2003 sebanyak
197 kasus Sampel: Seluruh
data populasi Nearest Neighbour
Index dengan
menggunakan data primer terkait titik
lokasi geografi
kasus DBD Penggunaan
analisis spasial
memberikan informasi
bahwa kasus dengue di
Sub distrik Hulu Langat
Selangor Malaysia
tahun 2003
berpola mengelompok
dengan nilai NNI sebesar 0,518755
Hairani L.K 2009 Ecological
Study Populasi: Semua
Kejadian DBD
di Kecamatan
Cimanggis Kota Depok
tahun 2005-2008
sebanyak 2133
kejadian DBD Sampel: Seluruh
data populasi Overlay
atau tumpang
susun layar
dengan menggunakan data
sekunder Penggunaan
analisis spasial
dapat memberikan informasi
daerah penyebaran
DBD di
Kecamatan Cimanggis
Kota Depok
Putri M. K 2008
Ecological Study
Populasi: Semua Kejadian
DBD Overlay
atau tumpang
susun Penggunaan
analisis spasial
di Kotamadya
Jakarta Timur
tahun 2004-2006 Sampel: Seluruh
data populasi layar
dengan menggunakan data
sekunder dapat memberikan
informasi daerah
penyebaran DBD
di Kotamadya
Jakarta Timur dan menentukan daerah
rawan melalui ABJ
2.4 Kerangka Teori