Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Dana tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber, pertama berasal dari dalam perusahaan yakni modal pemilik maupun laba ditahan retained earning. Sedangkan sumber pembiayaan yang lain berasal dari luar, yakni dalam bentuk pinjaman atau hutang dari pihak lain. Selain dari pinjaman, untuk memperoleh tambahan dana untuk kegiatan operasionalnya, beberapa perusahaan yang sudah go public dapat memperolehnya melalui penjualan saham pada investor atau pemilik modal. Media yang digunakan perusahaan dalam menjual sahamnya kepada publik adalah pasar modal. Dalam hal ini, pasar modal berfungsi sebagai perantara untuk mempertemukan pemilik modal investor dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana emiten. Pasar modal Indonesia terus mengalami perkembangan dan keberadaan pasar modal dirasakan sangat penting bagi perekonomian di Indonesia. Pasar modal diharapkan dapat memfasilitasi penyaluran dana dari pihak investor sebagai pemilik dana kepada pihak yang membutuhkan dana emiten. Fluktuasi harga saham di pasar modal dapat mempengaruhi tingkat permintaan dan penawaran terhadap harga saham. Kenaikan harga saham yang terlalu tinggi akan menyebabkan permintaan terhadap pembelian saham tersebut akan mengalami penurunan dan pada akhirnya dapat menyebabkan harga saham Universitas Sumatera Utara 12 perusahaan tersebut menjadi statis. Penurunan permintaan tersebut dapat disebabkan karena tidak semua investor tertarik untuk membeli saham dengan harga yang terlalu tinggi, terutama investor perorangan yang memiliki dana terbatas, sehingga para investor tersebut akan berbalik untuk membeli saham- saham perusahaan lain. Untuk menghindari munculnya kondisi tersebut, maka upaya yang dilakukan perusahaan adalah dengan menempatkan kembali harga saham pada jangkauan tertentu atau dengan kata lain, perusahaan harus berusaha menurunkan harga saham pada kisaran harga yang menarik minat investor untuk membeli saham tersebut. Salah satu kebijakan yang dapat diambil perusahaan adalah dengan melakukan stock split atau pemecahan saham Kusniyah, 2012 : 3. Menurut Jogiyanto 2003:415, Stock split pemecahan saham adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga perlembar saham adalah 1n dari harga sebelumnya, sehingga total ekuitas perusahaan tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Meskipun secara teoritis tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyak emiten yang melakukan kebijakan stock split. Kemungkinan alasannya adalah berhubungan dengan likuiditas harga sekuritas dan yang berhubungan dengan sinyal yang akan disampaikan oleh perusahaan kepada publik atau yang dikenal dengan Trading Range Theory dan Signalling Theory Jogiyanto, 2003: 416. Universitas Sumatera Utara 13 Signalling Theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan sinyal atau informasi kepada investor tentang peningkatan return masa depan yang substansial. Jadi, jika pasar bereaksi terhadap pengumuman stock split, bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Sedangkan Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan saham dilakukan supaya harga saham tidak terlalu tinggi sehingga dengan harga yang tidak terlalu tinggi diharapkan akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Likuiditas saham merupakan jumlah transaksi suatu saham di pasar modal dalam suatu periode tertentu. Suatu saham dikatakan likuid apabila saham tersebut mudah diperjualbelikan dan mudah dicairkan sehingga banyak peminatnya. Likuiditas saham bisa diukur dengan Trading Volume Activity. Sehubungan dengan adanya pemecahan saham maka harga saham akan menjadi lebih murah sehingga maka saham akan diminati oleh investor sehingga banyak investor yang melakukan pembelian saham. Dengan meningkatnya transaksi pembelian saham tersebut berarti volume perdagangan saham meningkat. Copeland 1979 menemukan hal yang sebaliknya mengenai likuiditas perdagangan, yaitu likuiditas perdagangan justru semakin rendah setelah stock split. Hal ini disebabkan karena biaya transaksi pialang secara proporsi semakin meningkat dan selisih harga yang diajukan pembeli dan harga yang diminta penjual bid-ask spread juga lebih tinggi dari sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 14 Selain berdampak terhadap likuiditas perdagangan, kebijakan stock split juga berpengaruh terhadap return saham dan variance. Dengan dilakukannya kebijakan stock split, maka harga saham yang tidak terlalu tinggi akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham tersebut sehingga akan menimbulkan ekspektasi dan harapan dari investor untuk mendapatkan return yang tinggi atas saham tersebut, karena setelah pemecahan saham ada kemungkinan harga saham tersebut akan mengalami peningkatan di masa depan. Hal tersebut didukung oleh Brigham dan Houston 2006 yang menyatakan bahwa rata-rata harga saham sebuah perusahaan akan naik tidak berapa lama setelah perusahaan mengumumkan stock split. Kenaikan harga lebih disebabkan oleh adanya fakta bahwa para investor memperlakukan pemecahan saham sebagai suatu pertanda adanya laba di masa depan yang lebih tinggi. Para investor membeli saham tersebut dengan ekspektasi untuk mendapatkan return yang tinggi, karena adanya kenaikan harga saham tersebut maka akan diikuti dengan kenaikan return. Varians variance adalah salah satu besaran yang dapat digunakan untuk mengukur resiko investasi, yaitu memperhitungkan kemungkinan melencengnya realized return terhadap expected return. Semakin besar fluktuasi harga saham terhadap reratanya varians, maka semakin besar pula risikonya. Ohlson dan Penman 1985 dalam Jogiyanto 2003: 419 menemukan bahwa resiko yang diukur dengan varian return setelah stock split lebih besar 30 dibandingkan dengan sebelum stock split. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Wulff 2002 yang meneliti tentang reaksi pasar terhadap pengumuman stock split pada pasar Universitas Sumatera Utara 15 modal di Jerman. Wulff menemukan adanya peningkatan varians setelah peristiwa stock split. Peningkatan varians setelah stock split disebabkan karena adanya reaksi berlebihan dari para investor di pasar modal sehingga harga saham menjadi fluktuatif. Fluktuasi harga saham yang besar terhadap rata-ratanya menyebabkan varians menjadi semakin besar. Penelitian ini mengamati seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI yang melakukan stock split pada tahun 2011-2013 dengan melihat perbedaan rata-rata return saham, Trading Volume Activity TVA, dan variance sebelum dan sesudah stock split. Adapun rata-rata return, rata-rata Trading Volume Activity TVA, dan rata-rata variance sebelum dan sesudah pemecahan saham yang diwakili oleh tahun 2011 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. Tabel 1.1 Rata-Rata Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2011 No. Kode Emiten Nama Perusahaan Rata-Rata Return Saham Sebelum Stock Split Rata-Rata Return Saham Sesudah Stock Split 1 MTSM Metro Realty Tbk. 0.00000000 -0.007619048 2 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. -0.006627698 -0.014448306 3 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. -0.001042523 0.006679075 4 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0.008983498 0.040475229 5 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.007319843 0.004761426 6 INTA Intraco Penta Tbk. 0.001885604 -0.013471155 7 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 0.008659008 -0.004214404 8 LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk. -0.000508871 0.015908919 9 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 0.000097357 0.000203219 10 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 0.000187424 0.000969759 Universitas Sumatera Utara 16 Keterangan: a. Rata-rata return saham sebelum stock split = rata-rata dari return saham 7 hari sebelum stock split. b. Rata-rata return saham setelah stock split = rata-rata dari return saham 7 hari setelah stock split. Sumber : finance.yahoo.com Maret, 2014, diolah. Pemecahan saham atau stock split yang diwakili oleh tahun 2011 menunjukkan rata-rata return saham sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan Tabel 1.1, menunjukkan adanya penurunan rata-rata return saham setelah stock split terhadap 5 emiten pada tahun 2011, yaitu MTSM, JTPE, PBRX, INTA, dan BTPN. Misalnya , rata-rata return saham PBRX PT.Pan Brothers Tbk. yang mengalami penurunan rata-rata return saham sebesar -34,95 dari 0.007319843 sebelum stock split menjadi 0.004761426 setelah stock split. Namun demikian, ada 5 emiten yang mengalami peningkatan rata-rata return saham, yaitu SSIA, AUTO, LSIP, MAIN, dan BBRI. Misalnya, rata-rata return AUTO PT. Astra Otoparts Tbk. yang mengalami peningkatan rata-rata return saham sebesar 305.55 dari 0.008983498 sebelum stock split menjadi 0.040475229 setelah stock split. Universitas Sumatera Utara 17 Tabel 1.2 Rata-Rata Trading Volume Activity TVA Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2011 No Kode Emiten Nama Perusahaan Rata-Rata Trading Volume Activity TVA Sebelum Stock Split Rata-Rata Trading Volume Activity TVA Sesudah Stock Split 1 MTSM Metro Realty Tbk. 0.000103072 0.000007976 2 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. 0.04465194 0.004194424 3 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. 0.019406653 0.009322369 4 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0.001243493 0.003138511 5 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.032238429 0.001979505 6 INTA Intraco Penta Tbk. 0.094417539 0.01086275 7 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 0.00142042318 0.00017041256 8 LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk. 0.018267988 0.003147421 9 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 0.005846294 0.002157337 10 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 0.000708386 0.002814159 Keterangan: a. Rata-rata TVA sebelum stock split = rata-rata dari TVA 7 hari sebelum stock split. b. Rata-rata TVA setelah stock split = rata-rata dari TVA 7 hari setelah stock split. Sumber : finance.yahoo.com Maret, 2014, diolah. Pemecahan saham atau stock split yang diwakili oleh tahun 2011 menunjukkan rata-rata Trading Volume Activity TVA sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan Tabel 1.2, menunjukkan adanya penurunan rata-rata Trading Volume Activity TVA setelah stock split terhadap 8 emiten pada tahun 2011, yaitu MTSM, JTPE, SSIA, PBRX, INTA, BTPN, LSIP, dan BBRI. Misalnya , rata-rata Trading Volume Activity TVA BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. yang mengalami penurunan rata-rata TVA sebesar -63,09 dari 0.005846294 menjadi 0.002157337. Namun demikian, ada 2 emiten yang Universitas Sumatera Utara 18 mengalami peningkatan rata-rata TVA, yaitu AUTO dan MAIN. Misalnya, rata- rata TVA AUTO PT. Astra Otoparts Tbk. yang mengalami peningkatan rata-rata TVA sebesar 152,39 dari 0.001243493 sebelum stock split menjadi 0.003138511 setelah stock split. Tabel 1.3 Rata-Rata Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2011 No. Kode Emiten Nama Perusahaan Rata-Rata Variance saham Sebelum Stock Split Rata-Rata Variance saham Sesudah Stock Split 1 MTSM Metro Realty Tbk. 0.000000 0.000406349 2 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. 0.000195491 0.00053679 3 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. 0.000044460 0.00073856 4 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0.000159948 0.015030645 5 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.001145628 0.000919307 6 INTA Intraco Penta Tbk. 0.000038482 0.000120413 7 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 0.001029239 0.000298406 8 LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk. 0.000305491 0.000167621 9 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 0.0000000000670 0.0000000001867 10 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 0.000000000003 0.000000000358 Keterangan: a. Rata-rata variance sebelum stock split = rata-rata dari variance 7 hari sebelum stock split. b. Rata-rata variance setelah stock split = rata-rata dari variance 7 hari setelah stock split. Sumber : finance.yahoo.com Maret, 2014, diolah. Pemecahan saham atau stock split yang diwakili oleh tahun 2011 menunjukkan rata-rata variance sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan Tabel 1.3, menunjukkan adanya penurunan rata-rata variance setelah stock split Universitas Sumatera Utara 19 terhadap 3 emiten pada tahun 2011, yaitu, PBRX, , BTPN, dan LSIP. Misalnya , rata-rata variance PBRX PT. Pan Brothers Tbk. yang mengalami penurunan rata- rata variance sebesar 19,75 dari 0.001145628 sebelum stock split menjadi 0.000919307 setelah stock split. Namun demikian, ada 7 emiten yang mengalami peningkatan rata-rata variance, yaitu MTSM, JTPE, SSIA, AUTO, INTA, BBRI, dan MAIN. Misalnya, rata-rata variance JTPE PT. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. yang mengalami peningkatan rata-rata variance sebesar 174,58 dari 0.000195491 sebelum stock split menjadi 0.00053679 setelah stock split. Berdasarkan kondisi tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang event study mengenai hubungan antara return saham , Trading Volume Activity TVA, dan variance di Bursa Efek Indonesia BEI dengan informasi stock split. Penelitian ini mencoba menganalisis perbedaan rata-rata return, rata-rata Trading Volume Activity TVA, dan rata-rata variance atas muatan informasi stock split. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan return saham , Trading Volume Activity TVA, dan variance pada Sebelum dan Sesudah Stock Split Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013.

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Return Saham, Trading Volume Activity (TVA), dan Varians Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2005-2009)

0 45 80

Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 53 113

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 2 39

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

3 5 45

Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 1 10

Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 0 10

Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 1 10

Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 0 10