Latar Belakang Masalah Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Ahmadiyah Di Majalah Tempo

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media pada dasarnya adalah saluran dimana seseorang dapat menyatakan gagasan, isi jiwa atau kesadarannya atau dengan kata lain media adalah alat untuk menyampaikan gagasan. 1 Media sebagai alat informasi menjadi sangat penting pada kehidupan manusia sebagai mahluk sosial. Ini dikarenakan kebutuhan yang besar dari masyarakat akan informasi. Informasi menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi masyarakat. Media pun memiliki kegunaan yang lain yaitu untuk mengedukasi masyarakat. Pemberitaan-pemberitaan kriminal contohnya dapat dijadikan alat edukasi bagi masyarakat untuk tidak melakukan perbuatan kriminal. Media pun dapat dijadikan sebagai penghibur bagi masyarakat. Sesuai dengan tiga fungsi dari media yaitu untuk memberikan informasi, mendidik dan menghibur. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi ditandai dengan munculnya internet, dapat memudahkan lagi masyarakat untuk mengakses informasi.Bahkan masyarakat tidak hanya dapat mengakses informasi dengan mudah dan cepat tapi juga dapat memberikan informasi. Dengan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Friendster dan sebagainya, masyarakat dapat berinteraksi sekaligus dapat memberikan informasi sekaligus. Perkembangan teknologi ini semakin mempermudah akses informasi.Informasi yang dahulu sangat susah didapatkan, kini lebih mudah 1 Anwar Arifin, Opini Publik Jakarta: Gramata Publishing, 2010 h 116 didapatkan dikarenakan kemajuan teknologi tersebut. Teknologi menurut Marshall McLuhan 1964 adalah perpanjang dari kapasitas manusia.Alat dan peralatan adalah perpanjangan dari kemampuan manusia, komputer adalah perpanjangan dari otak dan media adalah teknologi yang memperpanjang persepsi manusia. .2 Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh McLuhan dengan kemajuan teknologi tersebut khususnya di bidang media, masyarakat mendapatkan banyak kemudahan. Media seperti yang diungkapkan McLuhan adalah perpanjangan persepsi manusia. Kemudahan mengakses informasi selain karena karena perkembangan teknologi komunikasi juga dikarenakan oleh faktor politik.Faktor politiknya adalah karena rezim saat ini memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada media. Pasca pemerintahan Orde Baru media massa mendapatkan angin segar kebebasan. Kebebasan pers yang dahulu pada masa pemerintahan Presiden Soeharto mendapatkan banyak kekangan dari pemerintah pada saat itu, kini serasa mendapatkan kebebasannya.Pasca reformasi kebebasan pers berkembang pesat melampaui ruang dan waktu. 3 Media menjadi lebih leluasa untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat tanpa kekangan pemerintah. Pada pemerintahan Orde baru untuk menerbitkan koran saja, pengusaha media diwajibkan untuk melalui sensor pemerintah. Pada tahun 1982, Departemen Penerangan mengeluarkan Peraturan Menteri Penerangan No. 1 Tahun 1984 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers SIUPP. Dengan adanya SIUPP, sebuah 2 Andrew Murphie dan John Potts, Culture and Technology New York: Palgrave Macmillan, 2003 h. 13 3 Rusman Ismail Mage, Industri Politik Strategi Investasi Politik dalam Pasar Demokrasi , Jakarta: RMBOOKS, 2009 h. 69 penerbitan pers yang izin penerbitannya dicabut oleh Departemen Penerangan akan langsung ditutup oleh pemerintah. Oleh karena itu, pers sangat mudah ditutup dan dibekukan kegiatannya.Pers yang mengkritik pembangunan dianggap sebagai pers yang berani melawan pemerintah. Pers seperti ini dapat ditutup dengan cara dicabut SIUPP-nya. 4 Kini setelah kebebasan pers yang telah dilaksanakan di Indonesia, telah terjadi kebalikan yang sangat kontradiktif dibanding pada masa Orde Baru, media menjadi lembaga yang sangat super dikarenakan media menjadi satu-satunya penyampai informasi kepada masyarakat.Jika pada masa Orde Baru media sangat dikekang, kini media dengan mudahnya membentuk opini di masyarakat. Media massa memiliki kekuatan untuk menentukan isu apa saja yang dapat untuk dibicarakan oleh masyarakat. Media membentuk kesadaran masyarakat sesuai dengan apa yang disajikan oleh media tersebut. Memang kadang masyarakat dapat memilih berita apa saja sesuai dengan pilhannya tapi media tetap mengarahkan apa saja yang dijadikan diskursus.Kekuatan media dalam mengarahkan kecendrungan-kecendrungan pada masyarakat ini tentunya dipengaruhi lewat konten media sebagai medium untuk menentukan gagasan pada masyarakat.Realitas yang dibentuk oleh media adalah realitas simbolik yang dibentuk oleh media.Nyaris tidak ada realitas yang murni pada pemberitaan yang dibentuk oleh media.Realitas yang ada pada media adalah realitas simbolik yang dibentuk dan dimaknai kemudian didistribusikan ke masyarakat hingga akan berpengaruh pada citra. 4 Hady Nasution “Peranan pers dalam masyarakat demokrasi di Indonesia pada masa Orde baru dan Reformasi” Artikel diakses pada 5 mei 2011 pukul 21.05 dari http:Shvoong.com. Citra yang dibentuk oleh media pada awalnya hanya berupa realitas simbolik yang dikonstruk oleh media, tetapi kemudian dapat ditafsirkan oleh khalayak sebagai realitas yang murni.Realitas terkonstruk pada giliran selanjutnya dijadikan opini publik. Pembentukan opini publik menurut Hamad yang dikutip dari oleh Anwar Arifin pada umumnya media melakukan tiga kegiatan sekaligus, yaitu 1 menggunakan simbol-simbol language of politic; 2 melaksanakan strategi pengemasan pesanframing strategies dan 3 melakukan fungsi agenda setting agenda setting function. 5 Ketika melakukan langkah-langkah tersebut tentunya media dipengaruhi oleh faktor-faktor internal,misalnya kepentingan politik pengelola media, ideologi pengelola media.Bisa juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti tekanan pasar atau iklan dan atau pengaruh kekuatan politik yang bisa dikatakan pemerintah atau partai politik. Pengaruh-pengaruh internal dan eksternal kepada sebuah pemberitaan media ini disebut sebagai teori Hirarki Pengaruh Media yang diperkenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese.Pemberitaan yang dikeluarkan oleh media dibentuk faktor internal dan eksternal.Faktor –faktor tersebut membentuk muka berita yang dikonsumsi oleh masyarakat.Masyarakat dibentuk kesadarannya sesuai dengan kepentingan media. Menurut Shoemaker dan Reese faktor internal yang dapat mempengaruhi pemberitaan dari sebuah media adalah faktor individual individual level, faktor rutinitas media media routine level, faktor organisasi organizational 5 Anwar Arifin, Opini Publik, h. 90 level.Faktor-faktor tersebutlah yang membentuk konten media dari internal media itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal yang membentuk pemberitaan dari sebuah media adalah faktor ekstra media extra media level dan faktor ideology ideology level.Dua faktor inilah yang dapat mempengaruhi pemberitaan sebuah media dari luar media tersebut.Contoh faktor dari ekstra media ini adalah seperti intervensi pasar atau iklan yang membentuk pemberitaan.Sehingga media tidak mungkin membuat pemberitaan yang bertentangan dengan kepentingan pasar yang selama ini membiayai kehidupan media. Level-level pada Teori Hirarki Pengaruh tersebut yang diperkenalkan oleh Shoemaker dan Reesemempengaruhi pemberitaan oleh mediamassa. Seluruh media massa seperti koran, radio, televisi dan majalah. Majalah Tempo adalah salah satu media yang juga tidak luput dari teori Hirarki Pengaruh Media karena prosespemberitaan Majalah Tempo melalui level-level tersebut. Majalah Tempo yang telah berdiri sejak Rezim Orde yaitu pada bulan April 1971 telah mengalami sepak terjang yang panjang dalam sejarah bangsa.Sebagai media yang pernah dibredel oleh Rezim Orde Baru, Tempo telah melewati masa pasang surut kebebasan pers. Tempo yang pada saat itu dibredel karena pembredelan tersebut terjadi karena Tempo meliput kampanye partai Golkar di Lapangan Banteng, Jakarta, yang berakhir rusuh. Presiden Soeharto, yang notabene motor partai Golkar, tidak suka dengan berita tersebut. 6 Pembredelan ini sebagai bukti kekritisan Majalah Tempo pada saat itu, hingga saat ini pun masih menunjukan kekritsannya pada rezim saat ini.Kekritisan 6 Fahcrul Khoirudin, Sejarah Majalah Tempo : Konflik dan Pemberedelan, artikel ini diakses pada 31 Februari 2011 pukul 13.23 dari http;id.Wikipedia.orgmajalah tempo. tersebut ditunjukan Majalah Tempo dalam banyaknya kritik-kritik kepada kebijakan pemerintah saat ini. Kekritisan Majalah Tempo juga ditunjukan ketika mengkritisi Surat Keputusan bersama Tiga Menteri SKB 3 Menteri tentang nasib penganut aliran Ahmadiyah.Tempo mengkritisi pemerintah melalui pemberitaannya mengenai ketidak tegasan pemerintah yang justru menyulut kekerasan yang terjadi pada para pemeluk aliran Ahmadiyah.Peristiwa yang terjadi di daerah Cikeusik, Kabupaten Pandeglang Banten tersebut sendiri memakan korban tewas di kubu Ahmadiyah. Penyerangan ini sendiri disinyalir dilakukan oleh kelompok Islam yang menganggap bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat. Ahmadiyah sendiri masuk Indonesia pada tahun 1920 yang dibawa oleh tiga pemuda dari Sumatera Tawalib,suatu pesantren Islam di Sumatera Barat meninggalkan negeri mereka untuk melanjutkan sekolah agama mereka. Mereka adalah alm Abubakar Ayyub, alm Ahmad Nuruddin, dan alm Zaini Dahlan. 7 Ahmadiyah sendiri terbagi menjadi dua yaitu Ahmadiyah Qadian dan AhmadiyahLahore.Kelompok pertama ialah Ahmadiyya Muslim Jamaat atau Ahmadiyah Qadian.Pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk organisasi bernama Jemaat Ahmadiyah Indonesia, yang telah berbadan hukum sejak 1953 SK Menteri Kehakiman RI No. JA 52313 Tgl. 13-3-1953. 8 Kelompok kedua ialah Ahmadiyya Anjuman Ishaat-e-Islam Lahore atau Ahmadiyah Lahore.Di Indonesia, pengikut kelompok ini membentuk organisasi bernama Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang mendapat Badan 7 Iwan Apriansyah “Berawal dari tiga pemuda Sumbar ke India” artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 21.50 dari http;id.tribunnews.com20110115berawal-dari-tiga-pemuda- sumbar-ke-india 8 Fandy Tarakan “Ahmadiyah” Artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 22.47 dari http;id.wikipediaahmadiyah. Hukum Nomor I x tanggal 30 April 1930.Anggaran Dasar organisasi diumumkan Berita Negara tanggal 28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 35. 9 Kelompok yang dianggap sesat adalah kelompok yang pertama yaitu kelompok Ahmadiyah Qadian, dikarenakan kelompok ini mempercayai bahwa ada nabi setelah nabi Muhammad SAW yaitu Mirza Ghulam Ahmad. 10 Keyakinan kelompok ini tentunya ditentang oleh kelompok Islam lainnya di Indonesia yang menganggap bahwa kepercayaan mereka menodai kepercayaan agama Islam yang meyakini bahwa nabi terakhir adalah nabi Muhammad SAW. Kontroversi tentang kelompok ini dimulai ketika MUI yang waktu itu dipimpin oleh Buya Hamka mengeluarkan tentang fatwa sesat Ahmadiyah pada tahun 1984. 11 Kontroversi ini berlanjut hingga kini yang berlanjut pada aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Islam yang mengklaim bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat dan menyesatkan. Aksi-aksi kekerasan tersebut diantaranya adalah penyerangan Kampus Mubarok di Parung, Bogor, penyerangan Masjid Ahmadiyah di Kuningan dan yang terakhir terjadi adalah penyerangan rumah komunitas Ahmadiyah di Cikeusik,Pandeglang, Banten. Kasus terakhir ini disulut oleh keluarnya SKB tiga Menteri yang melarang segala aktivitas keagamaan aliran Ahmadiyah.SKB ini seakan melegalkan kekerasan yang dilakukan oleh golongan-golongan Islam tersebut.Bahkan SKB ini menjadi dipolitisir oleh para pejabat daerah yang ingin menarik simpati warga yang kontra dengan keberadaan Ahmadiyah.Menurut aktivis Aliansi Nasional 9 Fandy Tarakan, Ahmadiyah. 10 Dildaar Ahmad “Kontroversi ajaran Ahmadiyah”Artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 22.47 dari http;id.wikipediaahmadiyah. 11 Iwan Apriansyah, Berawal dari tiga pemuda Sumbar ke India. Bhineka Tunggal Ika ANBTI Chandra Irawan SK ini adalah SK yang anti Pancasila yang melegalkan pembantaian warganya oleh negara. 12 Bahkan beberapa pejabat daerah juga mendukung SK tersebut seperti contohnya yang dilakukan oleh gubernur Banten Ratu Atut Choisiyah yangmengatakan sebaiknya 1.120 Jemaah Ahmadiyah yang ada di propinsinya segera bertobat dan insaf, dan yang lebih parah lagi yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang mengeluarkan Surat Keputusan SK Nomor 18894KPT0132011, menyatakan aktivitas Ahmadiyah di Jawa Timur dapat memicu atau menyebabkan terganggunya keamanan di Jawa Timur, melarang ajaran Ahmadiyah secara lisan tulisan maupun media elektronik, melarang memasang papan nama pada masjid, musholah, lembaga pendidikan dan melarang penggunaan atribut jemaah Ahmadiyah dalam segala bentuknya. 13 Tentunya yang dilakukan oleh pejabat daerah ini adalah untuk menarik simpati warganya dan mengamankan jabatannya agar tidak terjadi gejolak di masyarakat padahal perilaku pejabat daerah ini justru memicu kekerasan yang berlanjut pada aliran Ahmadiyahkarena perilaku para pejabat daerah seakan menjadi pelegalan kekerasan terhadap Ahmadiyah. Kasus demi kasus kekerasan yang terjadi pada pemeluk Ahmadiyah ini seakan berlarut-larut dan menjadi isu pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara.Begitu besar dampak kerugian yang dirasakan oleh para pemeluk Ahmadiyah.Kasus ini terus berulang dan terjadi pembiaran-pembiaran yang dilakukan oleh negara. 12 Chandra Dinata “Gus Dur dan pembelaan terhadap Ahmadiyah” artikel ini diakses pada 2 September 2011 pada pukul 23.05 dari http;gusdur.netopinidetail 13 Chandra Dinata, Gus Dur dan pembelaan terhadap Ahmadiyah. Saya melihat ada tiga hal yang yang menarik dari kasus Ahmadiyah yang terjadi di negara ini, bahwa sebenarnya kasus demi kasus Ahmadiyah selalu berulang dan seakan tidak ada solusi yang dapat menyelesaikan kasus kekerasan terhadap warga Ahmadiyah ini. Dan yang kedua adalah ternyata kasus ini sudah dipolitisir oleh pihak- pihak yang memanfaatkan kasus Ahmadiyah. Para pejabat-pejabat daerah ynag ingin menaikkan popularitasnya memanfaatkan kasus Ahmadiyah sebagai cara untuk mendapatkan simpati masyarakat. Yang ketiga adalah pemberitaan dari media yang selalu menimbulkan pro dan kontra tentang keberadaan Ahmadiyah. Bahkan pemberitaan dari media pun dapat memberikan pencerahan terhadap masyarakat tentang Ahmadiyah di satu sisi dan justru pemberitaan dari media dapat menyulut kekerasan terhadap warga Ahmadiyah di sisi lain. Terlepas dari kepentingan apa yang ada di balik pemberitaan sebuah media. Ketertarikan saya pada kasus Ahmadiyah ini terletak pada posisi media yang memberikan pemberitaan tentang Ahmadiyah dan apa saja sebenarnya yang mempengaruhi pemberitaan tentang Ahmadiyah di media massa khususnya majalah Tempo. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah saya susun di atas, maka disusunlah skripsi ini dengan judul : “Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Ahmadiyah Di Majalah Tem po”

B. Batasan dan Rumusan Masalah