1. Pengaruh Level Individu Pada Pemberitaan Ahmadiyah di Majalah
Tempo.
Pengaruh paling awal pada sebuah pemberitaan di sebuah media adalah pengaruh individu.Pengaruh individu yaitu pengaruh dari wartawan atau reporter
yang dalam dalam hal ini adalah pencari berita dan pengumpul berita.Level ini memiliki pengaruh yang cukup besar karena wartawan atau reporter adalah
individu yang langsung berinteraksi dengan situasi dan kondisi di lapangan. Faktor individu dari wartawan atau reporter juga dipengaruhi beberapa
faktor yaitu faktor latar belakang dan karakteristik dari wartawan atau reporter seperti faktor pendidikan, faktor orientasi dan lain-lain.Faktor kedua yang
membentuk individu seorang wartawan atau reporter adalah perilaku, kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang oleh seorang wartawan atau reporter.Faktor yang
terakhir membentuk individu seorang wartawan atau reporter adalah faktor profesionalitas dan kode etik yang diikuti oleh seorang wartawan atau reporter.
135
Dalam konteks pemberitaan kasus kekerasan terhadap Ahmadiyah di Majalah Tempo pada bulan Februari, posisi seorang wartawan atau reporter
memiliki andil besar yaitu sebagai individu yang langsung terjun ke lapangan. Dalam proses pembentukan sebuah pemberitaan di majalah Tempo, wartawan
atau reporter dapat memberikan pengaruh lewat rapat kompartemen dan rapat besar. Bahkan penentuan angel pun ditentukan oleh reporter, sedangkan redaktur
hanya mempertajam angel. Seperti saya selain mengumpulkan data juga menginginkan angel
tulisan seperti ini. Semua penentuan berdasarkan rapat kompartemen dan rapat besar jadi yang gak absen kita sebagai
reporter. Cukup berpengaruh karena dia yang mengumpulkan
135
Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h 66-91
bahan dia yang tentukan angel awal, sedangkan redaktur hanya mempertajam angle.
136
Seperti yang dikemukakan oleh Anton Septian, reporter Majalah Tempo
yang memberitakan pemberitaan kasus kekerasan terhadap Ahmadiyah pada Februari 2011 tersebut, posisi reporter sangat berpengaruh dikarenakan selain
sebagai pencari data di lapangan, reporter juga menentukan angle awal yang diambil pada pemberitaan tersebut.Adapun pengaruh dari redaktur biasanya hanya
pada saat rapat besar. Rapat kompartemen adalah rapat per anggota kompartemen yaitu reporter
dan penulis. Di Majalah Tempo sendiri terdapat beberapa kompartemen yaitu kompartemen nasional, kompartemen ekonomi dan bisnis, kompartemen sains,
kompartemen gaya hidup. Dalam rapat kompartemen ini adalah proses menentukan angle awal, disinilah peran reporter sangat besar dalam menentukan
angle sebuah pemberitaan, karena reporter mengusulkan angle apa yang diambil oleh majalah Tempo dan data apa yang saja yang akan dikumpulkan untuk sebuah
pemberitaan. Sedangkan dalam rapat besar ini semua elemen divisi redaksi Majalah
Tempo yaitu reporter, penulis, redaktur pelaksana, redaktur eksekutif, redaktur senior, pemimpin redaksi, redaktur bahasa dan redaktur foto.
Kalau di Tempo cukup egaliter ya, semua orang bisa hadir dalam rapat besar, kecuali rapat kompartemen karena khusus anggota
kompartemen itu saja, kalau kompartemen nasional yang datang hanya orang kompartemen nasional saja. Kalau rapat besar yang
hadir semua mulai dari kompartemen ekbis, nasional, gaya hidup, seni, sains, sampai bahkan redaktur foto juga datang Terus
bahasa juga datang, jadi semua boleh ikut dan boleh memberikan
136
Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta
masukan. Kalau masukannya bagus bisa dipilih, kalau misalnya kurang sekalipun dari pemred tidak bisa dipilih.
137
Pengaruh yang cukup besar dari reporter ini dalam menentukan angel ini berpengaruh langsung terhadap pemberitaan mengenai kasus kekerasan terhadap
Ahmadiyah di Majalah Tempo.Menurut Shoemaker dan Reese faktor individual adalah faktor kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku pada seorang jurnalis.Faktor-
faktor ini sangat mempengaruhi sebuah pemberitaan yang dibentuk oleh seorang jurnalis.Karena segala pengalaman dan nilai-nilai yang didapatkan secara tidak
langsung dapat berefek pada pemberitaan yang dikonstruk oleh seorang jurnalis.Reporter sendiri dalam mencari berita turut dipengaruhi oleh faktor nilai
yang dipercaya oleh reporter itu sendiri.
138
Dalam konteks pemberitaan kasus kekerasan Ahmadiyah di Cikeusik, reporter yang memberitakan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang menjunjung
kesetaraan dan kebebasan dalam memeluk suatu keyakinan. Kalau agama saya Islam, kalau aliran, orang tua saya ahli sunnah
wal jamaah… Apa yang terjadi kepada Ahmadiyah waktu itu adalah cerminan bahwa kelompok minoritas di negeri ini kurang terjamin
bahkan tidak terjamin, benar bahwa hak-hak mereka dijamin oleh konstitusi tetapi dalam pelaksanaannya banyak yang terjadi adalah
tirani mayoritas atau bahwa yang melakukan pelangaran oleh segelintir orang yang memaksakan kekuasaannya atau kehendaknya
yang terjadi adalah silent majority mayoritas diam dan itu merupakan pelanggaran terhadap hak-hak dasar manusia, mungkin
kalau dianggap pelanggaran hak asasi manusia menurut definisi undang-undang hak asasi manusia pelanggaran oleh negara tapi ini
dilakukan secara horizontal antara masyarakat dengan kelompok. Bahwa ada yang dilanggar dalam hal ini.
139
137
Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
138
Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h 82
139
Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
Dari hasil wawancara dengan Anton Septian, reporter Majalah Tempo yang memberitakan kasus Ahmadiyah tersebut, dapat digambarkan bahwa
individu reporter yang memberitakan kasus kekerasan terhadap Ahmadiyah ini adalah individu yang berpandangan bahwa kekerasan terhadap Ahmadiyah adalah
suatu pelanggaran hak asasi manusia, terlepas dari kepercayaan reporter ini yang menganut agama Islam, ternyata tidak terlalu mempengaruhi terhadap sikap yang
diambil oleh reporter yang memberitakan kasus kekerasan terhadap Ahmadiyah ini.
saya tidak setuju kalau memang Ahmadiyah dalam hal ini secara teologi maupun tauhid atau secara syariah tidak sesuai dengan
kelompok sunni yaudah. Saya tidak setuju kalau memang dia salah atau gimana. Itukan urusan dia sama Tuhan, kita tidak bisa
menyalahkan mereka. Yang penting muamalah, kalau mereka memang baik kepada kita gimana, siapa yang menjamin bahwa apa
yang kita yakini itu benar, apa yang menjamin bahwa kita masuk surga dan mereka masuk neraka tidak ada yang tahu kan. Secara
teologi saya memang tidak setuju dengan mereka, tapi bukan berarti atas
nama agama
saya marah
mereka beribadah
dan memaksakannya, itu dua hal yang berbeda, tidak bisa
diperbincangkan.
140
Reporter yang memberitakan kasus ini tidak terlalu oleh pengaruh kepercayaannya tetapi lebih terpengaruh nilai-nilai kesetaraan dan kebebasan
beragama oleh semua pemeluk agama.Nilai-nilai tersebut turut berpengaruh dalam pemberitaan di Majalah Tempo mengenai kasus Ahmadiyah tetapi yang lebih
faktor yang lebih dominan adalah kewajiban bagi seorang reporter untuk memberitakan sebuah pemberitaan sesuai fakta.
Pemberitaan tetap secara based on fact, selanjutnya kalau ada pandangan ya itu kalau ini bukan hanya menyangkut tentang
140
Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta
Ahmadiyah tetapi menyangkut nasib semua orang, karena kalau hal yang sama terjadi kepada kita, hak-hak minoritas yang dilanggar
141
Reporter Majalah Tempo dalam pemberitaan Ahmadiyah ini lebih
terpengaruh oleh tuntutan dari media tersebut yang menuntut sebuah pemberitaan harus sesuai fakta di lapangan, bukan berdasarkan prasangka pribadi atau
pandangan pribadi dari reporter itu sendiri sesuai dengan hasil temuan peneliti dalam penelitian ini. Majalah Tempo memiliki prinsip untuk memberitakan sesuai
fakta. ideologi tempo itukan jurnalisme yang mencerahkan masyarakat,
jadi tugas majalah adalah menjernihkan peristiwa dari lautan informasi yang sangat banyak, berita itu seharusnya membuat orang
lebih mengerti bukan malah membuat orang jadi bingung atau tersesat ditengah banyaknya informasi, karena sekarang informasi
banyak tersedia, dan kadang-kadang membuat informasi itu jadi simpang siur dan membuat orang jadi bingung, mana yang berisi
kebenaran yang membuat orang tahu peristiwa yang sebenarnya
142
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Shoemaker dan Reese bahwa nilai, perilaku dan kepercayaan yang dianut oleh sang jurnalis sebagai pencari berita
tidak terlalu memberikan efek yang terlalu besar kepada sebuah pemberitaan, dikarenakan kekuatan yang lebih besar dari level organisasi media dan rutinitas
media. Tetapi sedikit banyak faktor nilai, kepercayaan dan perilaku dari sang jurnalis dapat mempengaruhi sebuah pemberitaan.
143
Tuntutan yang besar dari media untuk memberitakan pemberitaan yang sesuai dengan fakta menuntut reporter pada pemberitaan kasus kekerasan terhadap
Ahmadiyah di Cikeusik sesuai dengan proporsionalitasan kasus tersebut.
141
Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
142
Wawancara peneliti dengan Abdul Manan Redaktur Senior Majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
143
Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h 89
…saya menulis berita ini berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan, kita tidak bisa mengarang berita juga bahwa faktanya
dalam temuan kami kekerasan tersebut digerakkan itu iya, dimobilisasi iya, oleh kelompok-kelompok yang merasa terancam
kehidupan sosia
lnya oleh Ahmadiyah di Cikeusik…
144
Pengaruh yang besar dari rutinitas media di Majalah Tempo yang menuntut agar para reporter atau pencari berita untuk memberitakan sesuai
dengan fakta membuat pemberitaan tentang kasus kekerasan Ahmadiyah di majalah Tempo sesuai dengan fakta temuan di lapangan.
Selain dari faktor keprofesionalitasan seorang reporter dalam mencari dan mengolah berita, faktor kode etik jurnalis yang mengikat seorang jurnalis yang
dalam hal ini adalah reporter Majalah Tempo, turut mempengaruhi cara kerja seorang reporter. Berdasarkan hasil temuan penelitian terhadap reporter majalah
Tempo yang memberitakan kasus kekerasan terhadap penganut Ahmadiyah di Cikeusik pengaruh dari faktor kode etik jurnalis sangat besar. Faktor
keberimbangan pemberitaan atau cover both side sebagai salah satu kode etik yang dijalankan oleh reporter dari Majalah Tempo yang memberitakan
pemberitaan kasus Ahmadiyah di Cikeusik. Misalnya begini kalau anda cermati berita yang saya tulis tentang
Ahmadiyah, dengan berita yang di media-media lain di hari itu dua minggu pertama itu hanya Tempo yang ada konfimasi dari para
tersangka, meskipun tersangka menolak ngomong atau mengatakan tidak tahu karena mereka tidak menunggu sampai tersangka ketemu
atau sampai tersangka itu selesai diperiksa, mereka hanya memberitakan kekerasan tapi tidak ada yang sedalam Tempo. Dan
waktu itu cuma saya yang bisa dapet wawancara dari beberapa tersangka yang melakukan kekerasan, yaitu adalah salah satu
penerapan prinsip cover both side, bahwa kita memberitakan kekerasan juga tapi kita juga harus meminta konfirmasi dari orang
yang dituduh, meski mereka menolak untuk diwawancara tapi upaya
144
Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
untuk mendapatkan informasi yang tetap dilakukan, dan itu merupakan implementasinya…
145
Dalam mencari berita pada kasus Ahmadiyah, reporter yang memberitakan
kasus kekerasan terhadap Ahmadiyah di Cikeusik memberitakan secara berimbang, yaitu dengan mengkonfirmasi kepada semua pihak yang terkait.Pihak
tersebut adalah pihak Ahmadiyah yang menjadi korban dari kasus tersebut dan pihak tersangka yaitu pihak penyerang pemeluk Ahmadiyah.
Seperti hasil temuan penelitian, reporter Majalah Tempo mencari berita sesuai dengan asas keberimbangan pemberitaan yaitu melalui konfirmasi dari
semua pihak dalam kasus tersebut.Jadi pemberitaan tentang kasus kekerasan Ahmadiyah di Majalah Tempo telah memenuhi faktor keberimbangan sebuah
pemberitaan. Namun besarnya pengaruh dari individu tetap dipengaruhi oleh faktor
rutinitas yang besar melalui rapat redaksi yang terdiri dari rapat kompartemen dan rapat besar, seperti yang telah saya jelaskan di atas.Menurut Anton Septian,
reporter yang memberitakan pemberitaan kasus Ahmadiyah, pengaruh yang paling besar pada pemberitaan yaitu rapat redaksi di Majalah Tempo
.“Rapat, mulai dari rapat perencanaan kecil sampai rapat kompartemen sampai rapat perencanaan
besar”
146
145
Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
146
Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
Tabel 4.2 Pengaruh Pada Level Individu
Posisi Tugas
Pengaruh Reporter
Tugas seorang reporter dalam proses
pembentukan sebuah
pemberitaan adalah mencari data dan fakta mengenai isu
yang terjadi di lapangan sesuai dengan hasil-hasil rapat redaksi.
Pengaruh dari
level reporter ini cukup besar
dikarenakan tugas
reportase yang
dilaksanakan langsung
terkait dengan pencarian data
sehingga dapat
mempengaruhi pemberitaan.
Penulis Tugas penulis pada proses
pemberitaan di Majalah Tempo adalah lebih kepada proses
penulisan pemberitaan Pengaruh dari penulis
tidak signifikan
dikarenakan penulis
hanya menyajikan hasil data yang didapat oleh
reporter.
2. Level Pengaruh Rutinitas Media Terhadap Pemberitaan Ahmadiyah
di Majalah Tempo .
Level selanjutnya yang mempengaruhi sebuah pemberitaan di sebuah media adalah rutinitas media.Rutinitas media adalah kebiasaan sebuah media
dalam pengemasan dan sebuah berita. Media rutin terbentuk oleh tiga unsur yang saling berkaitan yaitu sumber berita suppliers, pengolahan pemberitaan
processor, dan audiens consumers.
147
Dari hasil penelitian terhadap pengaruh rutinitas Majalah Tempo terhadap pemberitaan Ahmadiyah, peneliti menemukan faktor yang paling berpengaruh
adalah faktor pengolahan pemberitaan media. Faktor pengelolahan pemberitaan ini memiliki pengaruh kuat karena menjadi pedoman yang patut dipatuhi oleh
seluruh pekerja di Majalah Tempo yaitu reporter, penulis dan para redaktur.
147
Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 109
Pengolaan pemberitaan ini tergambar pada rapat-rapat perencanaan di Majalah Tempo. Rapat tersebut antara lain adalah rapat kompartemen, rapat besar,
rapat redaksi dan rapat opini. Hasil dari rapat tersebut menjadi pedoman bagi reporter untuk menjalankan tugasnya di lapangan. Reporter dalam menjalan
tugasnya tidak dapat bertentangan dengan keputusan rapat, karena rapat yang telah saya sebutkan pada sub bab sebelumnya adalah hasil diskusi antara reporter
sebagai pekerja media di lapangan dengan para redaktur sebagai pemegang kebijakan di meja redaksi. Reporter dalam menentukan angle pun memiliki
otoritas yang besar karena mengetahui konteks di lapangan sedangkan para redaktur hanya bekerja di meja redaksi. Sistem rapat di Tempo pun sangat terbuka
dan egaliter yaitu melibatkan semua elemen dan dapat memberikan masukan tanpa memandang jabatan dari setiap individu di Majalah Tempo.
Rapat, rapat redaksi yang hari senin dan hari rabu habis itu di putuskan di rapat, bahkan pemimpin redaksi pun tidak bisa
mengambil keputusan sendiri. Dia hanya bisa ngusul dan yang lainpun bisa ngusul dan di rapat itu diputuskan. Dirapat itu
pemimpin redaksi sering di tolak bahkan ditertawakan, tetap forum tertinggi yang bisa menentukan berita mana yang akan dimuat atau
tidak itu ditentukan dirapat, termasuk opini yang di depan itu dibahas dalam rapat
…
148
Dalam tugasnya di lapangan reporter yang meliput kasus kekerasan
Ahmadiyah di Cikeusik ditugaskan untuk mencari data yang sebenar-benarnya dan sesuai dengan kasus yang terjadi. Kebjakan pemberitaan Majalah Tempo
untuk mendapatkan berita yang sebenarnya dan berimbang. Berimbang disini menurut kebijakan Majalah Tempo adalah memberitakan sesuai dengan
kebenaran. Kebenaran yang ada pada kasus tersebut yaitu berupa penyerangan
148
Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso Redaktur Pelaksana Majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
salah satu kelompok kepada kelompok lainnya yang sesuai dengan hasil investigasi yang didapat di lapangan.
..sama dengan berita-berita yang lain, tadi sudah dijelaskan misi Tempo adalah menjaga hak individu itu dihargai, tidak condong ke
Ahmadiyah atau condong kepenyerangnya. Tapi kita clearkan apa sih yang terjadi kalau sikapnya jelas di opini sudah ada kita
mengutuk kekerasan mendukung kebebasan orang di opini paling depan itu sikap redaksi Tempo terhadap penyerang. Imbang itukan
tidak melulu yang dipenuhi haknya, imbang adalah memberi tempat apa yang kita yakini benar, jelas itu bukan imbang yang kita
tayangkan dalam pengetahuan alam, imbang disini adalah kita membela orang yang berhak dibela
149
Cara kerja Majalah Tempo dalam memberitakan sesuai dengan fakta yang terjadi adalah untuk membentuk kredibilitas media itu sendiri. Menurut Michael
Schudson fakta objektifitas pada sebuah media membantu sebuah media melegitimasi dirinya. Ini berkaitan dengan kredibilitas sebuah media yang
membuat sebuah pemberitaan.
150
Sebagai sebuah majalah, cara kerja reporter Majalah Tempo pun berbeda dengan koran Tempo. Reporter majalah Tempo dituntut untuk mencari data secara
investigatif dan secara mendalam. Dibanding dengan pemberitaan di koran yang lebih menekankan pada pemberitaan dengan model straight news. Gaya
pemberitaan Majalah Tempo lebih kepada in depth story yaitu menekankan kedalaman data dan fakta yang tidak didapatlan pada koran yang lebih
menekankan pada informasi. Cara kerja reporter dalam mendapatkan fakta pun tetap berpegangan dengan rapat kerja yang telah dilakukan sebelum terjun ke
lapangan.
149
Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso Redaktur Pelaksana Majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
150
Michael Schudson , Discovering The News New York: Basic Books, 1978 h. 78
..harus dibedakan juga, reporter di majalah dan reporter di koran. Kalau reporter di koran hanya mencari berita, tapi kalau reporter
majalah kerja berdasarkan rapat yang diikuti sendiri
151
Perbedaan mendasar tersebut membentuk pemberitaan yang berbeda antara majalah dengan koran. Koran yang lebih cepat waktu terbitnya berisi
informasi yang cepat namun tidak secara mendalam sedangkan majalah memberikan pemberitaan yang lebih mendalam dan menampilkan cerita di balik
kejadian yang kadang tidak didapatkan di koran. Selain faktor pengelolaan pemberitaan, faktor pembaca juga masuk dalam
level pengaruh rutinitas. Tetapi dalam konteks Majalah Tempo secara umum dan pada pemberitaan Majalah Tempo mengenai kasus kekerasan kepada Ahmadiyah
di Cikeusik secara khusus, faktor pembaca tidak terlalu berpengaruh.Pembaca tidak terlalu berpengaruh karena pemberitaan majalah Tempo memiliki misi
mendukung persamaan hak yang telah diputuskan oleh rapat besar. Intervensi pembaca terhadap pemberitaan Majalah Tempo mengenai kasus kekerasan
Ahmadiyah di Cikeusik yang masuk dalam rubrik nasional pun memang tidak terlalu besar. Pembaca majalah Tempo sendiri berasal dari golongan ekonomi
menengah.
152
Pembaca yang berasal dari golongan menengah dan terpelajar yang lebih memiliki pemikiran terbuka sehingga pemberitaan mengenai kasus
kekerasan terhadap Ahmadiyah tidak terlalu mengalami resistensi dari para pembacanya.
151
Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso Redaktur Pelaksana Majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
152
Janet Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia Singapore ,Institute of Southeast Asian Studies : 2005 h. 165
Kita memang tidak melulu kepada pembaca, kita melakukan survey mana yang disukai mana yang tidak.Tapi hal-hal yang bersifat misi,
artinya itu yang sesuai rapat keputusan. Kalau platform majalah Tempo itu kan jelas, dia mendukung demokratisasi, mendukung
gerakan anti korupsi, mendukung gerakan persamaan hak. orang minoritas haknya sama dengan yang mayoritas..Jadi meskipun
pembaca tidak suka kalau itu merupakan keyakinan Tempo yang khusus dengan misi-misi tadi itu dimuat. Intervensi pembaca kepada
rubrik dalam nasional politik kecil
…
153
Faktor terbesar yang memberi pengaruh kepada pemberitaan Majalah Tempo mengenai kasus kekerasan terhadap Ahmadiyah di Majalah Tempo yang
lebih besar adalah lebih kepada faktor pengelolaan pemberitaan dibanding dengan faktor yang lainnya.Faktor ini mengikat karena membentuk kebiasaan pekerja
media di Majalah Tempo untuk membuat sebuah pemberitaan.Faktor ini dijalankan oleh segenap pekerja pada majalah Tempo yang memberitakan kasus
kekerasan terhadap Ahmadiyah di Cikeusik.
Tabel 4.3 Pengaruh Pada Level Rutinitas Media
Rapat Tugas
Pengaruh
Rapat Besar Rapat Besar ini dihadiri
oleh oleh seluruh awak media Majalah Tempo
mulai
dari pemimpin
redaksi, para redaktur, reporter,
penulis dan
seterusnya. Rapat
ini bertujuan dalam proses
pengambilan kebijakan
pemberitaan pada
Majalah Tempo
yang bersifat mengikat.
Rapat besar ini sangat berpengaruh dalamproses
pengambilan kebijakan
dalam pemberitaan pada Majalah
Tempo yang
bersifat mengikat. Hasil rapat wajib dilaksanakan
oleh para awak media Majalah Tempo.
Rapat Kompartemen Pada rapat ini membahas
keseluruhan isu
dari Rapat
ini memiliki
pengaruh cukup besar
153
Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso Redaktur Pelaksana Majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
berbagai kompartemen
dan membahas apa saja kebijakan
pemberitaan yang diambil oleh para
pekerja media Majalah Tempo. Rapat ini diikuti
seluruh
awak media
Majalah Tempo. dibanding rapat-rapat lain
pada proses pembentukan kebijakan
pemberitaan pada Majalah Tempo.
Rapat kompartemen
cukup berpengaruh
dikarenakan terkait
dengan keseluruhan
pengambilan kebijakan
pada Majalah
Tempo tetapi terlalu mengikat.
Rapat Opini Rapat Opini lebih kepada
penentuan angle yang diambil
oleh sebuah
pemberitaan di Majalah Tempo
Rapat opini tidak terlalu berpengaruh pada proses
pemberitaan di Majalah Tempo
dikarenakan hanya
lebih kepada
pengambilan angle yang diambil
oleh Majalah
Tempo.
3. Level Pengaruh Organisasi Media Terhadap Pemberitaan Ahmadiyah
di Majalah Tempo
Pengaruh ketiga pada sebuah pemberitaan di sebuah media adalah pengaruh organisasi media. Pada level pengaruh ini lebih menitikberatkan pada
pengaruh secara struktural kepada sebuah pemberitaan yaitu pengaruh dari pemegang kebijakan di media atau pemilik media.
Dalam konteks Majalah Tempo pemilik media bukan dimiliki oleh perseorangan karena Majalah Tempo dibawah naungan Tempo Media Group
yang memiliki saham terbuka. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak intervensi secara individu terhadap sebuah pemberitaan di majalah Tempo.
…kalau di Tempo rasanya tidak berpengaruh, karena owner ditempo itu lembaga tidak ada individu yang memiliki saham di Tempo,
kecuali saham yang lewat bursa, tempo itu terbuka, jadi sebagian besar itu yayasan, jadi tidak ada individu pemiliknya kolektif, dan
ditempo gak ada yang mayoritas miliki saham 50 hanya rata-rata 26-40...
154
Dari kepemilikan yang tidak dikuasai oleh individu ini memungkinkan tidak adanya intervensi dan kepentingan individu yang mengintervensi kebijakan
pemberitaan dari Majalah Tempo. Pengaruh terhadap pemberitaan yang terjadi pada kasus kekerasan
Ahmadiyah di Majalah Tempo lebih bersifat masukan dibandingkan sebuah intervensi.Masukan ini berasal dari dewan direksi yang notabenenya adalah
mantan redaksi Majalah Tempo. …memang tidak pernah ada kebijakan resmi dari pandangan dewan
direksi, memang direksi ditempo itukan banyak orang-orang redaksi seperti Bambang Harymurti, dia mantan pemimpin redaksi dia
direktur umum, terus Thoriq Hadad bekas pemimpin redaksi dan wakil pemimpin redaksi, dia direktur keuangan Tempo. Direktur-
direktur bekas wartawan itu mempunyai konsen diisu-isu keberagamaan, karena di Tempo itu khan memang sudah lama
konsen disitu, misalnya mendorong agar pluralisme itu tetap terjaga dan berita-berita tersebut lebih bisa diterima di
Tempo…
155
Seperti hasil wawancara peneliti dengan Abdul Manan, redaktur senior Majalah Tempo yang memaparkan bahwa pengaruh yang terjadi dari level direksi
adalah lebih bersifat masukan dan bukan kebijakan. Masukan tesebut pun bersikap mengakomodir pemberitaan yang mendorong isu-isu pluralisme.Sikap ini sesuai
dengan ideologi Majalah Tempo yang mendorong perlindungan kepada kaum minoritas dan persamaan hak-hak kelompok minoritas.
….Kalau platform majalah Tempo itu kan jelas, dia mendukung demokratisasi, mendukung gerakan anti korupsi, mendukung
gerakan persamaan hak. orang minoritas haknya sama dengan yang
154
Wawancara peneliti dengan Abdul Manan Redaktur Senior Majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
155
Wawancara peneliti dengan Abdul Manan Redaktur Senior Majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
mayoritas, apapun orangnya itu memiliki hak untuk menyakini sesuatu, termasuk Ahmadiyah
…
156
Pengaruh pada level organisasi yang lebih besar justru pada posisi redaktur pelaksana, ini dikarenakan posisi redaktur pelakasana yang berkenaan dalam rapat
direksi dan memilki kewenangan untuk menugaskan reporter dalam mencari dan membuat sebuah pemberitaan.
…redaktur pelaksana memiliki pengaruh yang besar karena bisa juga menugaskan, kalau misalnya dia punya ide apa dia
menyampaikannya dalam rapat hari senin, kalau diterima ya di tulis
…
157
Posisi redaktur yang langsung berkenaan dengan reporter dan rapat redaksi
memberikan akses yang besar terhadap redaktur pelakasana untuk membentuk suatu pemberitaan.Kebijakan pada level organisasi Majalah Tempo adalah lebih
kepada rapat yang dilakukan untuk menentukan sebuah kebijakan pemberitaan yaitu rapat kompartemen dan rapat besar. Rapat kompartemen dan rapat besar
itulah yang menggambar cara kerja organisasi media pada Majalah Tempo. Pada konteks pemberitaan Majalah Tempo mengenai kasus kekerasan terhadap
Ahmadiyah, kebijakan yang diambil adalah untuk memberitakan secara jelas tentang kasus penyerangan tersebut.Kebijakan pemberitaan majalah Tempo saat
itu adalah memberitakan bahwa kelompok Ahmadiyah di Cikeusik menjadi korban pada peristiwa penyerangan tersebut.
..sama dengan berita-berita yang lain, tadi sudah dijelaskan misi Tempo adalah menjaga hak individu itu dihargai, tidak condong ke
Ahmadiyah atau condong kepenyerangnya. Tapi kita clearkan apa sih yang terjadi kalau sikapnya jelas di opini sudah ada kita
mengutuk kekerasan mendukung kebebasan orang di opini paling
156
Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso Redaktur Pelaksana Majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
157
Wawancara peneliti dengan Abdul Manan Redaktur Senior Majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
depan itu sikap redaksi Tempo terhadap penyerang..Imbang itukan tidak melulu yang dipenuhi haknya, imbang adalah memberi tempat
apa yang kita yakini benar, jelas itu bukan imbang yang kita tayangkan dalam pengetahuan alam, imbang disini adalah kita
membela orang
yang berhak dibela…
158
Kebijakan pemberitaan yang diambil saat itu bukan menitik beratkan untuk membela salah satu kelompok tertentu tapi melalui hasil investigasi dan
pengumpulan data-data di lapangan yang dilakukan oleh reporter Majalah Tempo. …Ahmadiyah dianggap menjadi korban, dan faktanya sendiri kan
memang dia sebagai korban, tanpa sikap berpihakpun berita tempo akan berpihak ke Ahmadiyah karena mereka yang menjadi korban
orang-orang
garis keras…
159
Fakta di lapangan yang menjadi kebijakan organisasi Majalah Tempo dalam menentukan sikap dalam menentukan kebijakan pemberitaan mengenai
kasus kekerasan terhadap kelompok Ahmadiyah di Cikeusik pada bulan Februari.
Tabel 4.4 Pengaruh Pada Level Organisasi Media
Posisi Tugas
Pengaruh
Pemilik Media Pemilik media atau pada
level direksi
bertugas lebih
kepada level
manajerial dan
bukan kepada kebijakan media.
Pengaruh dari
level pemilik
media berpengaruh secara tidak
langsung karena lebih kepada level manajerial
dan
bukan kepada
kebijakan pemberitaan.
158
Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso Redaktur Pelaksana Majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
159
Wawancara peneliti dengan Abdul Manan Redaktur Senior Majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
4. Level Pengaruh Luar Organisasi Media Pada Pemberitaan
Ahmadiyah di Majalah Tempo
Sebagai salah satu pengaruh dalam teori Hirarki Pengaruh, level pengaruh dari luar organisasi media turut memberikan pengaruh pada sebuah pemberitaan
di media.Level pengaruh luar organisasi media berbicara tentang bagaimana pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar organisasi media mempengaruhi konten
sebuah media.Faktor-faktor seperti sumber berita, pengiklan dan penonton, kontrol dari pemerintah, kelompok kepentingan, pangsa pasar dan teknologi.
160
Salah satu pengaruh pada sebuah konten pemberitaan media pada level pengaruh luar organisasi media adalah pengaruh dari kelompok kepentingan
interest group. Kelompok kepentingan sendiri adalah sekelompok individu yang ingin mengkomunikasikan sikap mereka dan beberapa isu terhadap
publik.
161
Kelompok kepentingan berupaya mempengaruhi apa yang dilakukan media dengan cara membatasi isi atau pesan media kepada masayarakat.
Kelompok penekan dapat berupa organisasi atau kelompok, baik formal maupun informal, dengan berbagai kepentingan dan latar belakang, seperti kelompok atau
organisasi agama, profesi, politik kelompok advokasi dan sebagainya.
162
Dalam konteks pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo pada bulan Februari, Aliansi Jurnalis Independen AJI turut memberikan pengaruh pada
pemberitaan di majalah Tempo.AJI memiliki pengaruh terhadap pemberitaan Majalah Tempo dikarenakan faktor historis AJI dengan Majalah Tempo. AJI
sendiri adalah organisasi profesi yang berbentuk federasi wartawan-wartawan di tingkat kota.
160
Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 175
161
Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 184
162
Morisan, Teori Komunikasi Massa, h. 52
…AJI itu federasi dari komunitas-komunitas wartawan di tingkat kota, jadi tingkat nasional ada pengurus-pengurus nasional,
pengurus eksekutifnya AJI yang dipilih dalam kongres setiap tiga tahun oleh para AJI kota diseluruh di Indonesi ada 44 AJI kota
…
163
Hubungan antara Majalah Tempo dengan AJI adalah hubungan yang bersifat historis dan psikologis.Hubungan antara AJI dengan Majalah Tempo
tergambar dari hasil wawancara dengan ketua AJI Jakarta yaitu Komang Wahyu Dhyadmika.
…secara historis… ada kaitan, secara historis misalnya begini, karena AJI khan berdiri salah satu pemicunya karena
pembredelan Tempo pada 1994, Tempo, Detik dan Editor. Jadi ikatan historis i
tu ada membuat semacam hubungan…
164
Kaitan antara AJI dengan Majalah Tempo yang memberikan pengaruh pada konten dari Majalah Tempo adalah dengan banyaknya wartawan Majalah Tempo
yang menjadi anggota AJI.Wartawan Majalah Tempo yang menjadi anggota AJI ini pada gilirannya membentuk hubungan psikologis antara Majalah Tempo
dengan AJI. …secara psikologis AJI dan wartawan Tempo dekat, itu membuat
kenapa banyak wartawan Tempo menjadi anggota AJI, hampir mayoritas wa
rtawan Tempo adalah anggota AJI…
165
Akan tetapi hubungan antara AJI dan Majalah Tempo tidak terbangun secara struktural karena AJI adalah organisasi keprofesian wartawan.Secara
organisatoris tidak ada hubungan yang dibangun antara AJI dengan Majalah Tempo.
…Secara struktural tidak ada, karena khan AJI pada dasarnya adalah organisasi profesi yang anggotanya adalah individu-individu, jadi
secara organisatoris tidak ada korelasi antara AJI dengan Majalah
Tempo…
166
163
Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
164
Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
165
Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
166
Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
Sehingga pemberitaan yang dibuat oleh Majalah Tempo tidak dipengaruhi secara langsung oleh AJI.Faktor ini dikarenakan AJI sangat menghormati independensi
sebuah media. Secara organisatoris pun AJI tidak dapat mempengaruhi pemberitaan Majalah Tempo karena pada dasarnya AJI sebagai sebuah organisasi
keprofesian tidak memiliki regulasi atau perangkat yang dapat mempengaruhi konten pemberitaan Majalah Tempo.
…Kalau dari sisi pemberitaan tidak ada, karena kita menghormati independensi setiap media tidak hanya Tempo, kita tidak punya
perangkat atau alat untuk mempengaruhi apa yang diberitakan oleh
Tempo…
167
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pengaruh oleh kelompok kepentingan seperti AJI terhadap pemberitaan Majalah Tempo lebih
bersifat tidak langsung yaitu melalui individu wartawan Majalah Tempo yang menjadi anggota AJI dan melalui pernyataan sikap AJI yang mengkritisi Majalah
Tempo terkait pemberitaan Ahmadiyah. Pengaruh AJI yang bersifat tidak langsung yaitu melalui pandangan, sikap dan kode etik AJI yang berpengaruh
terhadap wartawan Majalah Tempo yang menjadi anggota AJI. AJI memiliki pandangan dan sikap yang sangat memihak terhadap
kelompok Ahmadiyah pada peristiwa Cikeusik tersebut.AJI memiliki pandangan bahwa peristiwa yang terjadi di Cikeusik tersebut adalah suatu penyerangan dan
bukan suatu bentrokan.AJI berasumsi bahwa peristiwa tersebut adalah penyerangan yang tidak berimbang yang dilakukan oleh kelompok masyarakat
terhadap jemaah Ahmadiyah di Cikeusik.Bahkan AJI juga mengkritisi pemberitaan media termasuk Tempo di dalamnya, yang tidak memberitakan
167
Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
secara berimbang.Pandangan dan sikap AJI dalam menyikapi masalah Ahmadiyah ini memberikan pengaruh melalui kritik-kritik yang disampaikan AJI.
…Kita dalam beberapa statement kita khan juga sangat menyesalkan pemberitaan media yang seakan-akan membuat dalam kasus Cikeusik
misalnya bentrokan Cikeusik itu khan pemberitaan media termasuk Tempo misalnya cenderung menganggap bahwa yang terjadi adalah
bentrokan antara dua kelompok yang setara, padahal yang terjadi menurut beberapa saksi mata dan temuan-temuan di lapangan khan
itu sebuah penyerbuan tidak berimbang, karena itu kita berusaha mengingatkan media untuk melihat persoalan sebagaimana apa
adanya,
jangan kemudian
beranggap penyerbuan
sebagai bentrokan…
168
Dalam mempengaruhi pemberitaan Majalah Tempo terkait dengan kasus Cikeusik AJI pun bekerjasama dengan kelompok-kelompok lain yang memiliki
tujuan yang sama yaitu kelompok yang ingin mempromosikan toleransi umat beragama. Menurut Morissan, keberhasilan kelompok penekan seperti AJI dalam
mempengaruhi isi media sangat ditunjang oleh ada atau tidaknya dukungan publik.
169
Dalam konteks kasus pemberitaan Cikeusik, AJI menggandeng organisasi lain agar mendapatkan dukungan dari publik dan pada gilirannya dapat
mempengaruhi konten media terkait pemberitaan Cikeusik. …Kemudian beberapa kali kita bekerjasama dengan Wahid Institute,
bekerjasama dengan
lembaga-lembaga yang
seide untuk
mempromosikan bagaimana
supaya redaksi
media itu
m empromosikan toleransi beragama…
170
Sikap kongkret yang dilakukan oleh AJI terkait dengan pemberitaan Majalah Tempo pada kasus Cikeusik ini adalah berbentuk himbauan AJI kepada
168
Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
169
Morisan, Teori Komunikasi Massa, h. 52
170
Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
media-media termasuk Majalah Tempo di dalamnya.Himbauan ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap Majalah Tempo.
…Cuma kita pernah memang seperti yang saya sebut tadi membuat semacam himbauan saja, himbauan yang sifatnya general saja tidak
hanya terhadap Tempo tapi kepada semua media, agar memberitakan misalnya kasus penyerangan Ahmadiyah di Cikeusik sebagaimana
faktanya, jadi ada kesan dari beberapa LSM dan NGO yang mengamati soal toleransi beragama, media tidak memberikan ruang
yang semestinya untuk mereka yang misalnya berada ada di pihak Ahmadiyah,
lebih pro
kepada suara-suara
pemerintah. Pemberitaannya kurang berimbang, itu pengamatan umum yang
kemudian kita gunakan sebagai pintu masuk untuk mengeluarkan pernyataan yang sangat umum sifatnya menghimbau agar media lebih
berimbang…
171
Menurut Shoemaker dan Reese, kelompok kepentingan seringkali mengkritisi media dan atau individu dari jurnalis.Contohnya seperti mengganti
merubah konten dari sebuah media adalah tujuan dari kelompok penekan. Tidak hanya mengkritisi agenda pemberitaan sebuah media tetapi mereka juga dapat
merubah atau merevisi dari cara kerja media dan kebijakan dari media.
172
Pengaruh kelompok kepentingan seperti AJI terhadap konten pemberitaan peristiwa Cikeusik yang terjadi pada bulan Februari yang kedua adalah melalui
individu dari wartawan yang menjadi anggota AJI.Pengaruh tersebut terbentuk melalui pandangan organisasi dan kode etik dari AJI itu sendiri.Pandangan
tersebut sendiri mengikat secara tidak langsung, sedangkan kode etik dari AJI bersifat sangat mengikat.
…Kode etik AJI ada 13 atau 14 poin… Intinya kita mendorong supaya wartawan tidak menerima amplop, kita mendorong praktek-praktek
yang tidak terpuji dalam pengelolaan media diungkap, permasalahan yang penting untuk publik harus disampaikan, tidak boleh ditutup-
tutupi kemudian, ada keberpihakan terhadap kelompok yang tidak
171
Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
172
Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 184
punya kemampuan untuk bersuara, keberpihakan terhadap minoritas dan seterusnya…
173
Dari hasil pengamatan, kita dapat melihat bahwa salah satu poin dari kode etik AJI yang berkaitan dengan pemberitaan tentang kasus Cikeusik adalah
adanya keberpihakan AJI terhadap kelompok yang tidak punya kemampuan untuk bersuara dan keberpihakan terhadap minoritas.Jelas sekali tampak pada konteks
ini AJI berpihak kepada kelompok Ahmadiyah, dikarenakan kelompok Ahmadiyah adalah kelompok yang tidak memiliki kemampuan untuk bersuara dan
kelompok minoritas. Mengacu dengan kode etik dari AJI tersebut wartawan Majalah Tempo,
dalam konteks pemberitaan kasus Cikeusik harus mengakomodasi atau berpihak terhadap kelompok Ahmadiyah sebagai sebuah kelompok minoritas.Kode etik AJI
pun bersifat mengikat sehingga wartawan yang menjadi anggota AJI termasuk wartawan Majalah Tempo yang memberitakan tentang kasus Cikeusik pada bulan
Februari pun wajib mematuhi kode etik AJI tersebut. Mereka yang melanggar kode etik akan dipecat dari keanggotaan AJI,
tapi ada prosesnya. Ada proses semacam peradilan etik, kita khan punya majelis etik. Setiap AJI kota punya majelis etik yang tugasnya
salah satunya mengawasi penerapan kode etik di kalangan
anggota…
174
Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh ketua AJI tersebut bahwa kode AJI memiliki sanksi yang mengikat para anggotanya. Terkait dengan pemberitaan
Majalah Tempo mengenai kasus Cikeusik, para wartawan Majalah Tempo yang bernaung dalam AJI wajib memberitakan yang mengakomodir kelompok
173
Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
174
Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
Ahmadiyah pada kasus, karena jika tidak diimplementasikan maka akan menyalahi atau melanggar kode etik dari AJI itu sendiri dan dapat berakibat
terkena sanksi. Berdasarkan pandangan dari Shoemaker dan Reese, para jurnalis
mempercayai bahwa kode etik dapat mempengaruhi konten dari media secara terbuka. Walaupun pada pelaksanaanya standar etika bisa bertentangan dengan
yang lainnya atau dengan nilai-nilai
175
Hasil temuan lainnya dalam penelitian ini, peneliti menemukan fakta bahwa ternyata ketua umum dari AJI itu sendiri yaitu Komang Wahyu Dhyadmika
sendiri adalah wartawan dari Majalah Tempo.Sebagai seorang ketua AJI yang memilki pandangan sesuai dengan pandangan, ideologi dan sikap dari AJI,
tentunya Wahyu Dhyadmika juga dapat mempengaruhi pemberitaan mengenai kasus Ahmadiyah pada bulan Februari.Karena dari hasil penelitian juga diketahui
bahwa Wahyu Dhyadmika adalah wartawan yang memberitakan tentang kasus Ahmadiyah.
“aku juga menulis beberapa kali untuk Tempo tentang kasus Ahmadiyah dan kita sudah berusaha untuk memasukkan suara-suara
yang pro Ahmadiyah, menempatkan kasus Ahmadiyah sesuai pada konteksnya yaitu konteks toleransi beragama dan seterusnya”
176
Posisi Wahyu Dhyadmika yang di satu sisi menjadi wartawan Majalah Tempo dan di sisi lain sebagai ketua AJI memberikan pengaruh secara langsung
terhadap pemberitaan di Majalah Tempo. Pengaruh dari luar organisasi media seperti AJI terhadap pemberitaan
lebih bersifat tidak langsung karena organisasi di luar organisasi media tidak dapat
175
Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 102
176
Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
mengintervensi kebijakan pemberitaan secara langsung.Situasi ini terkait dengan organisasi luar media yang bersifat di luar struktur media itu sendiri. Pengaruh
lain yang dapat dilakukan oleh organisasi luar media seperti AJI adalah melalui individu anggota AJI yang sekaligus juga menjadi pekerja di Majalah Tempo.
Tabel 4.5 Pengaruh Pada Level Luar Organisasi Media
Posisi Tugas
Pengaruh
Organisasi Penekan Mengawasi pemberitaan
sebuah media, tempat bernaung pekerja media.
Pengaruh dari organisasi penekan bersifat tidak
langsung dikarenakan
organisasi penekan tidak memiliki
kewenangan untuk
mengintervensi pemberitaan
sebuah media.
5. Level Pengaruh Ideologi Terhadap Pemberitaan Ahmadiyah Di
Majalah Tempo
Pengaruh yang terakhir pada sebuah pemberitaan di media adalah level ideologi. Pembahasan pada level ini adalah mempelajari hubungan antara
pembentukan sebuah konten media nilai-nilai, kepentingan dan relasi kuasa media.
177
Pada konteks penelitian ini kita akan memfokuskan pada pembahasan mengenai peran media sebagai alat pengartikulasian ideologi kelompok tertentu
yang berada di balik media. Ideologi menurut pandangan teori kritis adalah sekumpulan ide-ide yang
menyusun sebuah kelompok nyata, sebuah representasi dari sistem atau sebuah makna dari kode yang memerintah bagaimana individu dan kelompok melihat
177
Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 224
dunia. Dalam Marxisme klasik, sebuah ideologi adalah sekumpulan ide-ide keliru yang diabadikan oleh ide yang dominan.
178
Dalam pandangan Marxis klasik, ideologi hanyalah ide-ide atau pemahaman yang digunakan oleh kelas yang
dominan untuk menanamkan kesadaran palsu bagi kelas yang tertindas untuk melanggengkan kekuasaannya.
Pada level ideologi ini kita melihat lebih dekat pada kekuatan di masyarakat dan mempelajari bagaimana kekuatan yang bermain di luar media.
Kita berasumsi bahwa ide memiliki hubungan dengan kepentingan dan kekuasaan, dan kekuasaan yang menciptakan simbol adalah kekuasaan yang tidak
netral.Tidak hanya berita tentang kelas yang berkuasa tetapi struktur berita agar kejadian-kejadian diinterpretasi dari perspektif kepentingan yang berkuasa.
179
Dalam konteks penyusunan pemberitaan di sebuah media pengaruh dari sebuah ideologi terhadap sebuah pemberitaan di media adalah secara tidak
langsung dan menyerap pada rutinitas yang terjadi pada sebuah media.Pengaruh yang terjadi adalah secara tidak langsung.
Sebelum membahas ideologi Majalah Tempo saya akan mencoba menjelaskan sejarah dari Majalah Tempo sehingga dapat mengungkap ideologi
dari Majalah Tempo. Secara historis Majalah Tempo didirikan pada tahun 1971, pada masa awal pemerintahan Orde Baru.Para pendiri Majalah Tempo sendiri
adalah aktivis “Generasi 66” yang merupakan para aktivis yang bergabung dengan mahasiswa dan pihak militer yang menurunkan rezim Presiden Soekarno.Majalah
Tempo sendiri didirikan oleh mantan jurnalis muda anti Soekarno dan anti-
178
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss,Theories of Human Communication,9
th
ed. Belmont: Thomson Wadsworth, 2005; reprint, Jakarta: Salemba Humanika, 2009 h. 469
179
Shoemaker dan Reese,Mediating The Message h. 224
komunis yang tergabung dalam Harian Kami yaitu Goenawan Mohamad dan Fikri Jufri.
180
Para pendiri Majalah Tempo seperti Goenawan Mohamad sendiri sangat dekat dengan ideologi sosialisme, yang saat itu dikembangkan oleh Partai Sosialis
Indonesia PSI.
181
Ideologi Partai Sosialis Indonesia sendiri adalah sosial demokrat, yaitu sebuah ideologi yang mengkritik paham komunisme sebagai
sebuah paham yang otoriter namun tetap menjunjung asas sosialisme. Ideologi Majalah Tempo sendiri sangat besar dipengaruhi oleh pemikiran sosok Pemimpin
Redaksi Majalah Tempo pada awal masa berdirinya majalah tersebut yaitu Goenawan Mohamad. Bagi para wartawan maupun karyawan Majalah Tempo
sosok Goenawan Mohamad dianggap sebagai guru.
182
Menurut pengamatan dari peneliti pemikiran atau ideologi dari Goenawan Mohamad sendiri adalah ideologi sosial demokrat.
183
Menurut Milovan Djilas seperti yang dikutip oleh Rizal Mallarangeng, sosial demokrat adalah pemikiran
yang menghendaki adanya demokratisasi dan mengutuk sistem otoritarian yang dikembangkan oleh paham komunisme. Namun pemikiran sosial demokrat
menerima paham sosialisme sebagai suatu gagasan dan demokrasi sebagai sebuah gagasan yang akan memunculkan kesejahteraan bagi masyarakat.
184
Ideologi sosial demokrat mempercayai bahwa proses pergantian sistem masyarakat kapitalis menjadi masyarakat sosialis terjadi secara evolutif.
Pandangan ini bertentangan dengan pandangan kaum sosialis ortodok yaitu yang
180
Janet Steele, Wars Within,. h xvii
181
Janet Steele, Wars Within,. h 31
182
Janet Steele, Wars Within,. h 7
183
Catatan harian peneliti saat magang di Pusat Data Analisa TEMPO.
184
Rizal Mallarangeng, Dari Langit: Kumpulan Esai Tentang Manusia dan Kekuasaan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2008,. H 77
biasa disebut kaum komunis yang beranggapan bahwa perubahan masyarakat kapitalis menjadi masyarakat sosialis adalah melalui revolusi. Ideologi sosial
demokrat juga berpandangan bahwa semua masyarakat harus mendapatkan hak yang sama, seperti persamaan hak yang dimiliki oleh semua ras, gender, etnisitas,
agama, orientasi seks dan kelas sosial.
185
Melalui penelaahan sejarah tersebut Majalah Tempo memiliki ideologi yang anti komunis namun sangat menjunjung ide-ide sosialis sebagai antithesis
ideologi kapitalisme.Berdasarkan ideologi sosial demokrat tersebut Majalah Tempo sangat mengakomodir jalannya demokratisasi, persamaan hak-hak
minoritas dan pluralisme.
186
Dari ideologi ini proporsionalitasan pemberitaan Majalah Tempo lebih mengambil posisi yang mengakomodir kepentingan kelompok minoritas seperti
Ahmadiyah.Dalam konteks pemberitaan kasus kekerasan terhadap kelompok Ahmadiyah di Majalah Tempo, Majalah Tempo mengambil peran sebagai
pengartikulasian kepentingan kelompok minoritas yang dalam hal ini mendapatkan penganiayaan dari kelompok mayoritas.Pengartikulasian majalah
Tempo adalah melalui pemberitaannya yang mengakomodir kelompok tersebut. Ideologi dari Majalah Tempo mempengaruhi berbagai elemen dari pekerja
Majalah Tempo yang membentuk sebuah pemberitaan di Majalah Tempo.Dari hal yang bersifat abstrak yaitu ideologi pekerja media tersebut yang dapat merubah
ideologi tersebut menjadi sesuatu yang kongkret yang dalam hal ini adalah pemberitaan.
185
Donald F. Busky, Democratic Socialism: A Global Survey. Connecticut: Greenwood Publishing, 2000 ,. h 8
186
Janet Steele, Wars Within,. h 165
Pengartikulasian ideologi Majalah Tempo melalui beberapa elemen pada Majalah Tempo yaitu melalui redaksi, reporter sebagai pekerja media yang
langsung turun ke lapangan dan melalui dewan direksi yang notabenenya adalah mantan wartawan Tempo.Pengaruh terhadap pemberitaan kekerasan terhadap
kelompok Ahmadiyah ini bisa bersifat langsung dan tidak bersifat langsung, sesuai dengan hak dan wewenang ketiga elemen tersebut.
Pengaruh ideologi yang bersifat langsung adalah melalui redaksi dan reporter.Dari hasil wawancara peneliti dengan redaktur pelaksana majalah Tempo,
Budi Setyarso di atas menggambarkan bahwa Ahmadiyah adalah kelompok yang diserang dan yang menjadi korban.Namun tentunya penggambaran ini bukan
berdasarkan prasangka tetapi melalui data-data hasil investigasi di lapangan. “Ahmadiyah adalah orang yang merdeka orang yang harusnya
punya tempat di Indonesia ini.Maka dia diberi porsi bahwa dikasus ini dia sebagai orang yang diserang bukan orang yang menyerang
disitu ada orang yang bersenjata dan itu merupakan satu hal yang dilakukan, katakanlah membela diri, dan kita memberikan tempat
untuk melakukannya, demikian juga terhadap orang yang
menyerangnya.”
187
“…fakta itu menunjukkan penyerangan Ahmadiyah, dan mereka memang diserang. Jadi misalnya tanpa ada porsi dari ataspun
timakan menulis lebih berpihak kepada Ahmadiyah, karena dia yang menjadi korban
…”
188
Dari pandangan redaktur pelaksana Majalah Tempo Budi Setyarso tersebut, sebagai seorang redaktur pelaksana dapat memberikan masukan untuk
membentuk pemberitaan sesuai dengan pandangannya. Pengaruh ideologi yang bersifat langsung melalui pekerja media adalah
melalui reporter. Reporter Majalah Tempo yang meliput pada kasus kekerasan
187
Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso Redaktur Pelaksana Majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
188
Wawancara peneliti dengan Abdul Manan Redaktur Senior Majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
terhadap kelompok Ahmadiyah di Cikeusik memiliki pandangan yang kurang lebih sama dengan pandangan ideologis Majalah Tempo yaitu ideologi sosial
demokrat yang menjunjung hak-hak kaum minoritas dan pluralisme. “Apa yang terjadi kepada Ahmadiyah waktu itu adalah cerminan
bahwa kelompok minoritas di negeri ini kurang terjamin bahkan tidak terjamin, benar bahwa hak-hak mereka dijamin oleh konstitusi
tetapi dalam pelaksanaannya banyak yang terjadi adalah tirani mayoritas atau bahwa yang melakukan pelangaran oleh segelintir
orang yang memaksakan kekuasaannya atau kehendaknya yang terjadi adalah silent majority mayoritas diam dan itu merupakan
pelanggaran terhadap hak-hak dasar manusia, mungkin kalau dianggap pelanggaran HAM menurut definisi UU HAM
pelanggaran oleh negara tapi ini dilakukan secara horizontal antara masyarakat dengan kelompok. Bahwa ada yang dilanggar dalam hal
ini”
189
Reporter majalah Tempo yang mengangkat kasus ini terpengaruh oleh
pandangan pribadinya bahwa kelompok Ahmadiyah adalah korban dalam kasus penyerangan. Pandangan ideologis yang awalnya bersifat abstrak berubah menjadi
hal yang kongkret yaitu pemberitaan. Pengaruh yang bersifat tidak langsung adalah melalui dewan direksi yang
pernah menjadi wartawan atau redaksi Majalah Tempo, namun pengaruh tersebut tidak bersifat langsung karena kapasitas dewan direksi hanya bersifat masukan
dan bukan kebijakan. Faktor lain yang membuat dewan direksi tidak bisa memberikan intervensi yang besar karena dewan direksi tidak langsung berkenaan
dengan kasus tersebut. Pengaruh yang terjadi secara ideologis juga berpengaruh lewat fakta di
lapangan.sebesar apapun kekuatan ideologis harus tetap berpegang dengan fakta yang terjadi pada suatu peristiwa.Prinsip Majalah Tempo yang memberitakan
189
Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta
secara mencerahkan juga menjadi pengaruh ideologis bagi pekerjanya di lapangan.
“…pada dasarnya ketika tulisan saya yang terdapat pada edisi tersebut berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan ketika itu,
bahwa kemudian tentang sebagian orang berpandangan bahwa Tempo memihak kepada Ahmadiyah, sebenarnya pandangan itu
salah, bahwa kita tidak memihak kepada Ahmadiyah, tetapi kita memihak konstitusi itu sendiri, memihak kelompok yang selama ini
menjadi korban dari tirani mayoritas.”
190
Menurut hasil wawancara dengan berbagai sumber di Majalah Tempo,
Majalah Tempo memberitakan mengakomodir kelompok Ahmadiyah karena menurut fakta di lapangan bahwa Ahmadiyah adalah kelompok minoritas yang
menjadi korban. “...sama dengan berita-berita yang lain, tadi sudah dijelaskan misi
Tempo adalah menjaga hak individu itu dihargai, tidak condong ke Ahmadiyah atau condong kepenyerangnya. Tapi kita clearkan apa
sih yang terjadi, kalau sikapnya udah jelas ya di rubrik opini, bahwa kita mengutuk kekerasan dan mendukung kebebasan orang.
Anda baca di rubrik opini paling depan itu sikap resmiTempo terhadap FPI atau penyerang
dalam kasus ini.”
191
Pengaruh ideologis pada dasarnya bersifat sangat abstrak namun dapat
berubah menjadi hal kongkret seperti pemberitaan, ketika ditransimisikan melalui pekerja media yang dapat membentuk pemberitaan pada suatu media.
Tabel 4.6 Pengaruh Pada Level Ideologi
Ideologi Bentuk
Pengaruh
Sosial Demokrat Mengakomodir
kepentingan masyarakat yang
termajinalkan, keadilan sosial
Tidak terlalu berpengaruh karena bersifat abstrak
dan mempengaruhi
secara tidak langsung
190
Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta
191
Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso Redaktur Pelaksana majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.
C. Intepretasi Data.
Pada bulan Februari 2011, Majalah Tempo menerbitkan pemberitaan mengenai serangan terhadap anggota Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang
bermukim di daerah Cikeusik, Pandeglang, Banten. Tercatat Majalah Tempo pada bulan Februari 2012 mengangkat pemberitaan mengenai kasus ini sebanyak dua
edisi yaitu edisi 14-20 Februari 2011 dan edisi 21-27 Februari 2011. Pada cover Majalah Tempo edisi 14-20 Februari 2011, Majalah Tempo
mengangkat judul “Ahmadiyah Tanpa Negara” dengan gambar sebuah tangan seseorang yang memakai memegang wayang yang bergambar sekelompok orang
yang memegang senjata yang tampak marah. Cover Majalah Tempo edisi ini mereprentasikan bahwa ada pembiaran oleh pemerintah dan aparat hingga kasus
penyerangan terhadap anggota Jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten terjadi.
192
Pada cover Majalah Tempo edisi 21-27 Februari 2011 ini, Majalah Tempo menampilkan cover yang berjudul “Mengapa Harus Takut” dan dilanjutkan
dengan tulisan yang lebih kecil di bawah judul tersebut “Agar berani menindak Front Pembela Islam, SBY membutuhkan dukuangan DPR dan kajian Mahkamah
Agung”. Gambar pada cover tersebut menampilkan karikatur Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang dihadapkan pada toa yang berselandang sorban. Cover
Majalah Tempo edisi ini merepresentasikan bahwa pemerintah dihadapkan kepada tuntutan untuk membubarkan organisasi Front Pembela Islam yang
192
Lihat lampiran
disinyalir sebagai dalang dari penyerangan Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Cikeusik, Pandeglang, Banten.
193
Pada rubrik “Opini” Majalah Tempo edisi 14-20 Februari 2011 mengangkat judul yang sama dengan judul cover Majalah Tempo yaitu
“Ahmadiyah tanpa Negara”. Pada rubrik “Opini” kali ini Majalah Tempo berpandangan bahwa kejadian penyerangan terhadap Jemaat Ahmadiyah
Indonesia adalah akibat kelalaian dari negara melindungi warga negaranya yang dalam kasus ini yang menjadi korban adalah Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
194
Rubrik Opini sebagai pandangan editorial dari Majalah Tempo ini menggambarkan keberpihakan Majalah Tempo kepada kelompok Ahmadiyah
yang digambarkan sebagai korban dalam kasus penyerangan yang terjadi di Cikeusik, Pandeglang Banten.Majalah Tempo dalam hal ini pun mengkritisi
kelalaian pemerintah Indonesia yang gagal dalam melindungi warganya. Rubrik “Opini” Majalah Tempo edisi 21-27 Februari 2011 mengangkat
judul “Membubarkan Organisasi Anarkis”.
195
Majalah Tempo melalui rubrik “Opini” ini membahas mengenai pembubaran organisasi yang bertindak anarkis
seperti Front Pembela Islam FPI, yang dalam hal ini terlibat dengan kasus penyerangan Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Pada
rubrik Opini yang menjadi pandangan editorial Majalah Tempo ini, Majalah Tempo berpandangan untuk mengusulkan kepada pihak yang berwajib untuk
membubarkan organisasi radikal seperti Front Pembela Islam yang memiliki kaitan dengan kasus penyerangan terhadap Jemaat Ahmadiyah Indonesia di
Cikeusik, Pandelang Banten pada bulan Februari 2011.
193
Lihat lampiran
194
Lihat lampiran
195
Lihat lampiran