Profil Jemaat Ahmadiyah Indonesia

2. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan modal dan politik. 3. Terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan terampil visual yang baik. 4. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik. 5. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai kemajuam jaman. 6. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor. 7. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya khasanah artistik dan intelektual.

B. Profil Jemaat Ahmadiyah Indonesia

1. Sejarah Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Ahmadiyyah adalah sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad 1835-1908 pada tahun 1889, di sebuah kota kecil yang bernama Qadian di negara bagian Punjab, India. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Mujaddid.Para pengikut Ahmadiyah, yang disebut sebagai Ahmadi atau Muslim Ahmadi, terbagi menjadi dua kelompok.Pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk organisasi bernama Jemaat Ahmadiyah Indonesia. 67 Ahmadiyah sendiri masuk Indonesia pada tahun 1920 yang dibawa oleh tiga pemuda dari Sumatera Tawalib, suatu pesantren Islam di Sumatera Barat 67 Fandy Tarakan “Ahmadiyah” Artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 22.47 dari http;id.wikipediaahmadiyah. meninggalkan negeri mereka untuk melanjutkan sekolah agama mereka. Mereka adalah alm Abubakar Ayyub, alm Ahmad Nuruddin, dan alm Zaini Dahlan. 68 Ketiga pemuda Indonesia itu melanjutkan studi mereka di Madrasah Ahmadiyah.Tidak lama kemudian mereka merasa perlu membagi berkat karunia Tuhan yang telah mereka terima itu dengan rekan-rekan mereka di Sumatera Tawalib.Mereka mengundang rekan-rekan pelajar mereka di Sumatera Tawalib untuk belajar di Qadian. Dua tahun setelah peristiwa itu, para pelajar Indonesia menginginkan agar Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. berkunjung ke Indonesia. Hal ini disampaikan alm Haji Mahmud - juru bicara para pelajar Indonesia dalam Bahasa Arab. Respon positif terlontar dari Hadhrat Khalifatul Masih II r.a..Ia meyakinkan bahwa meskipun beliau sendiri tidak dapat mengunjungi Indonesia, beliau akan mengirim wakil beliau ke Indonesia. Kemudian, alm Maulana Rahmat Ali HAOT dikirim sebagai muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya.Tanggal 17 Agustus 1925, Maulana Rahmat Ali HAOT dilepas Hadhrat Khalifatul Masih II r.a berangkat dari Qadian.Tepatnya tanggal 2 Oktober 1925 sampailah Maulana Rahmat Ali HAOT di Tapaktuan, Aceh. 69 Periode 1980-an adalah periode perjuangan sekaligus penekanan dari pemerintah dan para ulama. Banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan oleh massa. Majelis Ulama Indonesia merekomendasikan kepada pemerintah untuk menyatakan Ahmadiyah sebagai non-Islam.Banyak Ahmadi yang menderita 68 Iwan Apriansyah “Berawal dari tiga pemuda Sumbar ke India” artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 21.50 dari http;id.tribunnews.com20110115berawal-dari-tiga-pemuda- sumbar-ke-india 69 Nadri Saadudin, Mengundang Ahmadiyah Ke Indonesia, artikel diakses pada 10 Mei 2011 dari http:www.thepersecution.orgindexindonesiamengundang-ahmadiya-ke-indonesia serangan secara fisik.Selanjutnya MUI menetapkan Ahmadiyah sebagai aliran sesat. 70 Tahun 2000 warga Ahmadiyah berhasil menggapai mimpi lamanya untuk mendatangkan pimpinan Ahmadiyah internasional yang berkedudukan di London, Inggris, ke Indonesia. Tahun 2005, MUI menegaskan kembali fatwa sesat kepada Ahmadiyah. Akibatnya, banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan oleh massa. Selain itu, banyak Ahmadi yang menderita serangan secara fisik.Atas nama Pemerintah Indonesia, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung pada tanggal 9 Juni 2008 telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama, yang memerintahkan kepada penganut Ahmadiyah untuk menghentikan kegiatannya yang bertentangan dengan Islam. 71

2. Peristiwa Kekerasan Terhadap Jemaat Ahmadiyah di Cikeusik

Pada hari minggu tanggal 6 Februari 2011 tepatnya pada pukul 10.45 WIB sebuah peristiwa berdarah kembali terjadi.Peristiwa yang berlokasi di desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten ini adalah peristiwa bentrokan antara warga dengan para penganut Jemaat Ahmadiyah. Bentrokan ini mengakibatkan 3 orang tewas dan 6 orang lainnya terluka. 72 Menurut sudut pandang Lukman seorang tokoh masyarakat dari Cikeusik peristiwa berdarah ini dipicu oleh sekeliompok masyarakat yang menginginkan 70 Iwan Apriansyah, Dibantai DITII Hingga Peristiwa Cikeusik, artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 21.15 dari http:www.tribunnews.com20111115Dibantai-DI-TII-Hingga- Peristiwa-Cikeusik 71 Iwan Apriansyah, Dibantai DITII Hingga Peristiwa Cikeusik. 72 Agung Sedayu, Pasca Bentrok Ahmadiyah, Cikeusik Mencekam, artikel ini diakses pada 4 September 2011 dari http;www.tempointeraktifnasional agar Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik pimpinan Parman membubarkan diri.Namun saat massa tiba, puluhan Jamaah Ahmadiyah yang berada di rumah Parman sudah siap dan mereka membawa berbagai jenis senjata tajam, seperti samurai, parang dan tombak. Sesaat kemudian, kata Lukman, salah seorang anggota Jamaah Ahmadiyah membacok lengan kanan Sarta hingga nyaris putus. 73 Namun pernyataan tersebut ditentang oleh juru bicara Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Ahmad Mubarik, yang menyatakan jumlah anggota Ahmadiyah di wilayah Cikeusik, Pandeglang, sangat sedikit.Karena itu, dia membantah tuduhan bahwa anggota Ahmadiyah telah menantang warga sekitar, sehingga terjadi bentrokan. 74 Juru bicara Jemaat Ahmadiyah Indonesia ini berasumsi bahwa tidak mungkin bertindak memprovokasi atau menantang karena pada saat kejadian jumlah mereka hanya sedikit dibanding warga yang menyerang. Terlepas dari pihak mana yang memulai pertikaian ini, peristiwa ini tentunya sangat disayangkan. Ketika proses perdamaian antar pemeluk agama atau antar aliran kepercayaan sedang dilaksanakan justru kasus ini kembali bergejolak. Peristiwa yang menelan tiga korban yang tewas dan lima orang luka- luka ini seakan kembali membakar kembali pertikaian antar umat beragama. Kasus ini menjadi perhatian serius semua pihak karena berkaitan dengan kebebasan memeluk agama dan pelanggaran HAM karena berhubungan dengan tindak kekerasan yang dilakukan oleh warga Cikeusik terhadap warga Ahmadiyah. 73 Poernomo G. Ridho, Enam Jamaah Ahmadiyah Tewas Diserang Warga Cikeusik, artikel ini diakses pada 4 September 2011 dari http;www.tempointeraktifnasional 74 Wasiul Ulum, Ahmadiyah: Tidak Mungkin Kami Menentang, artikel ini diakses pada 4 September 2011 dari http;www.tempointeraktifnasional BAB IV Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Ahmadiyah Di Majalah Tempo A. Pembahasan Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Majalah Tempo Majalah Tempo adalah sebuah media yang telah berdiri cukup lama yaitu sejak tahun 1971 dan dibredel hingga dua kali yaitu pada tahun 1982 dan pada puncaknya yaitu pada tahun 1994 oleh pemerintah Orde Baru Orba dibawah pimpinan Presiden Soeharto. 75 Proses perjalanan panjang yang dilalui Majalah Tempo turut memberikan pengaruh pada pemberitaan Majalah Tempo. Proses pemberitaan pada Majalah Tempo dipengaruhi oleh Hirarki Pengaruh. Hirarki Pengaruh itu sendiri terdiri dari beberapa level yaitu level individu, level rutinitas media, level organisasi, level ekstra media dan level ideologi. 76 Teori Hirarki Pengaruh mengalami proses dan koseptualisasi terhadap pemberitaan yang dibuat oleh Majalah Tempo. Sebelum masuk kepada tataran level hirarki pengaruh pada pemberitaan di Majalah Tempo, saya akan mencoba menjelaskan proses penyusunan pemberitaan di Majalah Tempo.

1. Proses Penyusunan Pemberitaan di Majalah Tempo

Proses penyusunan pemberitaan pada Majalah Tempo terdiri atas beberapa tahap. Tahap itu terdiri dari proses rapat kompartemen lalu rapat besar dilanjutkan kepada proses pencarian bahan atau data yang dibutuhkan dilanjutkan kepada rapat opini dan rapat redaksi dan yang terakhir adalah tahap penyuntingan 75 Janet Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia Singapore ,Institute of Southeast Asian Studies : 2005 h. xii 76 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h 60 43 dan penulisan. Berikut adalah tahap demi tahap proses penyusunan di Majalah Tempo. Bagan 1. Proses Penyusunan Pemberitaan di Majalah Tempo Dari pola di atas dapat dijelaskan :

a. Rapat Kompartemen.

77 78 Rapat Kompartemen adalah rapat para anggota kompartemen. Kompartemen sendiri adalah bagian atau rubrik pada Majalah Tempo sesuai dengan konsen yang dibahas pada Majalah Tempo.Rapat kompartemen biasa diadakan pada hari Senin. Rapat kompartemen terdiri dari reporter dan penulis dalam satu kompartemen. Rapat kompartemen sendiri adalah untuk menentukan angel awal dari sebuah pemberitaan dan pemberitaan apa yang diberitakan oleh dalam satu rubrik di Majalah Tempo.Anggota kompartemen masing-masing membawa usulan kemudian dirapatkan dan disaring di rapat kompartemen. Para anggota kompartemen mengajukan isu apa yang diangkat untuk menjadi pemberitaan di Majalah Tempo. Hasil dari rapat kompartemen akan diajukan pada rapat besar.Di Majalah Tempo sendiri terdapat beberapa kompartemen yaitu 77 Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. 78 Wawancara peneliti dengan Abdul Manan Redaktur Senior Majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. Rapat Kompartemen Rapat Besar Pencarian Bahan Pemberitaan Rapat Redaksi dan Rapat Opini Penulisan dan Penyuntingan Berita kompartemen nasional, kompartemen ekonomi dan bisnis, kompartemen sains, kompartemen gaya hidup.

b. Rapat Besar.

79 Rapat besar dihadiri semua elemen divisi redaksi Majalah Tempo yaitu reporter, penulis, redaktur pelaksana, redaktur eksekutif, redaktur senior, pemimpin redaksi, redaktur bahasa dan redaktur foto. Rapat besar dilaksanakan setiap hari senin. Pada rapat tersebut disampaikan apa saja temuan-temuan awalnya lalu dibahas dan disetujui pada rapat, kemudian diputuskan bahan-bahan apa saja yang perlu digali. Pada rapat ini angel sebuah pemberitaan kemudian dipertajam lagi melalui proses musyawarah antara reporter dengan para redaktur yaitu mulai dari pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur senior dan redaktur eksekutif. Setelah rapat besar ini menghasilkan keputusan untuk menugaskan reporter dan fotografer untuk terjunlangsung ke lapangan untuk mencari data.

c. Pencarian Data dan Bahan Pemberitaan.

80 Pada proses ini reporter atau calon reporter dan fotografer ditugaskan untuk mengumpulkan bahan untuk sebuah pemberitaan di lapangan. Data-data yang dicari dan dikumpulkan sesuai dengan mandat dari rapat besar yang dilakukan sebelum proses ini. Pada konteks Majalah Tempo biasanya sebuah data dapat diangkat menjadi kelengkapan sebuah berita, jika telah mencapai tujuh puluh atau delapan puluh persen. Jika data hanya sampai lima puluh persen, pemberitaan bisa diganti dengan berita lain yang lebih mencukupi kelengkapan 79 Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso Redaktur Pelaksana Majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. 80 Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. data. Data juga tidak hanya didapatkan di lapangan tapi juga didapatkan pada divisi Pusat Data dan Analisa Tempo PDAT.

d. Rapat Redaksi dan Rapat Opini.

81 82 Rapat Redaksi dan Rapat Opini biasa dilakukan pada hari Rabu, kedua rapat dilaksanaan bersamaan tetapi dengan tema yang berbeda. Rapat ini dihadiri olehdihadiri semua elemen divisi redaksi Majalah Tempo yaitu reporter, penulis, redaktur pelaksana, redaktur eksekutif, redaktur senior, pemimpin redaksi, redaktur bahasa dan redaktur foto. Rapat redaksi membahas kelengkapan data yang telah dihimpun oleh reporter dan fotografer di lapangan. Jika data yang didapatkan belum mencapai tujuh puluh persen sampai delapan puluh persen, biasanya pemberitaan akan diganti dengan pemberitaan lain. Akan tetapi jika kekurangan data hanya sepuluh persen, pencarian data di lapangan data dilanjutkan untuk kelengkapan data. Pada rapat redaksi ini juga akan diputuskan, sebuah berita atau isu apakah akan menjadi laporan utama atau laporan biasa di dalam Tempo. Rapat ini juga untuk mempertajam angle pada sebuah pemberitaan, biasanya usulan ini dapat dilakukan oleh penulis, reporter dan para redaktur. Rapat selanjutnya yang dilakukan pada hari Rabu adalah rapat opini.Rapat opini adalah penentuan pandangan Majalah Tempo pada sebuah isu atau kasus.Opini yang ditetapkan oleh Majalah Tempo berdasarkan data-data yang telah didapatkan di lapangan, jadi opini tersebut bukan berdasarkan prasangka atau keberpihakan ideologis. 81 Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. 82 Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso Redaktur Pelaksana Majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.

e. Penulisan dan Penyuntingan Berita.

Proses penulisan dan penyuntingan sebuah pemberitaan Majalah Tempo dilakukan oleh penulis dan redaktur. Proses ini setelah data yang dihimpun oleh reporter telah mencukupi kelengkapan data. Proses penulisan sendiri dilakukan oleh penulis. Penulis pada proses ini menuangkan buah pikirannya sesuai dengan data dan angle yang ditentukan pada rapat besar dan rapat redaksi pada hari Rabu. Hasil penulisan berita dikirim melalui intranet kepada redaktur untuk melalui proses penyuntingan. Proses penyuntingan dilakukan setelah proses penulisan oleh penulis selesai dilaksanakan. Proses penyuntingan sendiri dapat dilakukan oleh redaktur pelaksana, redaktur eksekutif, redaktur senior dan redaktur bahasa tergantung dengan seberapa besarnya nilai sebuah berita. Jika sebuah berita hanya pemberitaan yang tidak terlalu penting atau hanya laporan biasa, biasanya proses penyuntingan hanya dilakukan oleh redaktur pelaksana. Tetapi jika pemberitaan tersebut menjadi laporan utama biasanya proses penyuntingan dilakukan berlapis yaitu penyuntingan awal dilakukan oleh redaktur pelaksana selanjutnya proses penyuntingan dilaksanakan oleh redaktur eksekutif atau juga dilakukan oleh redaktur senior. Setelah melalui proses penyuntingan tersebut barulah sebuah berita melalui proses penyuntingan bahasa. Proses penyuntingan ini dilakukan oleh redaktur bahasa dan staf redaktur bahasa. Pada proses ini adalah penyuntingan bahasa agar sesuai dengan tata bahasa Indonesia dan Majalah Tempo. Proses terakhir adalah penambahan foto, karikatur atau grafik yang dilakukan oleh divisi kreatif yang dilakukan oleh redaktur kreatif dan redaktur foto.

2. Konseptualisasi Hirarki Pengaruh Pemberitaan pada Majalah

Tempo Setelah membahas proses penyusunan, kita beranjak pada pembahasan tentang konseptualisasi hirarki pengaruh pemberitaan pada Majalah Tempo. Teori Hirarki Pengaruh isi media diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese.Teori ini menjelaskan tentang pengaruh terhadap isi dari dari suatu pemberitaan media oleh pengaruh internal dan eksternal. Shoemaker dan Reese membagi kepada beberapa level pengaruh isi media. Yaitu pengaruh dari individu pekerja media individual level, pengaruh dari rutinitas media media routines level, pengaruh dari organisasi media organizational level, pengaruh dari luar media outside media level, dan yang terakhir adalah pengaruh ideologi ideology level. 83 Pada konteks pengaruh pada Majalah Tempo saya akan memulai pemaparan mulai dari level individu.

1. Level Individu.

Pengaruh paling awal pada sebuah pemberitaan di sebuah media adalah pengaruh individu.Pengaruh individu yaitu pengaruh dari wartawan atau reporter yang dalam dalam hal ini adalah pencari berita dan pengumpul berita.Level ini memiliki pengaruh yang cukup besar karena wartawan atau reporter adalah individu yang langsung berinteraksi dengan situasi dan kondisi di lapangan. Faktor individu dari wartawan atau reporter juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor latar belakang dan karakteristik dari wartawan atau reporter seperti faktor pendidikan, faktor orientasi dan lain-lain.Faktor kedua yang membentuk individu seorang wartawan atu reporter adalah perilaku, kepercayaan 83 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h 60 dan nilai-nilai yang dipegang oleh seorang wartawan atau reporter.Faktor yang terakhir membentuk individu seorang wartawan atau reporter adalah faktor profesionalitas dan kode etik yang diikuti oleh seorang wartawan atau reporter. 84 Pada konteks pemberitaan di Majalah Tempo, level individu sendiri diwakili oleh dua posisi profesi yaitu: 85

a. Reporter atau calon reporter

Reporter adalah seorang wartawan atau pewarta telah menjadi wartawan tetap di Majalah Tempo yang langsung terjun ke lapangan, mewawancarai narasumber dan bertugas untuk mengumpulkan atau mencari bahan pemberitaan sebuah isu atau kasus. Selain tugas tersebut, reporter juga dapat memberikan masukan kepada penulis tentang angleapa yang akan dipakai pada sebuah pemberitaan berdasarkan pertimbangan datayang didapat di lapangan. 86 Sedangkan calon reporter atau yang biasa disingkat carep adalah calon pewarta Majalah Tempo yang sedang dalam masa pendidikan selama lima bulan. 87 Biasanya calon reporter dalam tugas mencari berita didampingi oleh reporter dalam tugasnya mengumpulkan bahan pada sebuah kasus.

b. Penulis

Penulis adalah posisi dalam redaksi Majalah Tempo yang bertugas menulis sebuah pemberitaan setelah mendapat bahan sebuah berita dari reporter.Tugas dari seorang penulis adalah menentukan angel pemberitaan di 84 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h 66-91 85 Sumber: Sekretariat Redaksi Majalah Tempo. 86 Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia, h 19 87 Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia, h 12 Majalah Tempo. Angel sebuah pemberitaan pada Majalah Tempo sendiri ditentukan oleh rapat kompartemen dan rapat besar dan dapat mengalami perubahan setelah mendapat masukan dari reporter yang langsung terjun ke lapangan. 88 penulis dianggap cukup banyak tahu di lapangan dia tugasnya memang menulis, maka kalau dia konsen di politik maka dia akan mengusulkan apa yang dipolitiknya, selain itu redaktur pelaksana memiliki pengaruh yang besar karena bisa juga menugaskan, kalau misalnya dia punya ide apa dia menyampaikannya dalam rapat hari senin, kalau diterima ya di tulis 89 Dari kedua posisi profesi tersebut, terdapat gambaran bahwa sebuah pemberitaan pada Majalah Tempo, posisi seorang wartawan atau reporter memiliki andil besar yaitu sebagai individu yang langsung terjun ke lapangan. Dalam proses pembentukan sebuah pemberitaan di majalah Tempo, reporter dan penulis dapat memberikan pengaruh lewat rapat kompartemen dan rapat besar. Bahkan penentuan angel pun ditentukan oleh reporter, sedangkan redaktur hanya mempertajam angel. Seperti saya selain mengumpulkan data juga menginginkan angel tulisan seperti ini. Semua penentuan berdasarkan rapat kompartemen dan rapat besar jadi yang gak absen kita sebagai reporter. Cukup berpengaruh karena dia yang mengumpulkan bahan dia yang tentukan angel awal, sedangkan redaktur hanya mempertajam angel 90 Pada rapat yang dilaksanakan reporter dapat memberikan pengaruh karena sebagai individu yang langsung terjun ke lapangan, sedangkan penulis dapat 88 Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia, h 12 89 Wawancara peneliti dengan Abdul Manan redaktur senior majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. 90 Wawancara peneliti dengan Anton Septian reporter majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta memberikan pengaruh dikarenakan sebagai individu yang menulis langsung pemberitaan pada Majalah Tempo. Tetapi dalam proses pencarian dan penulisan berita dituntut untut memberikan pemberitaan yang sesuai dengan kebenaran dan tidak menerima suap dari pihak manapun. Ada dua aturan pada Majalah Tempo yang harus diikuti semua elemen di Majalah Tempo yaitu tidak memberitakan berita bohong dan berita yang berdasarkan suapan atau dalam istilah Majalah Tempo adalah “berita amplop”. 9192 ..karena ideologi Tempo itukan jurnal mencerahkan masyarakat, jadi tugas majalah adalah menjernihkan peristiwa dari lautan informasi yang sangat banyak, berita itu seharusnya membuat orang lebih mengerti bukan malah membuat orang jadi bingung atau tersesat ditengah banyaknya informasi, karena sekarang informasi banyak tersedia, dan kadang-kadang membuat informasi itu jadi simpang siur dan membuat orang jadi bingung, mana yang berisi kebenaran yang membuat orang tau peristiwa yang sebenarnya 93 Sesuai dengan aturan tersebut para reporter atau penulis di Majalah Tempo dapat bebas menentukan angle sebuah pemberitaan asal sesuai dengan kebenaran dan tidak ada unsur penyuapan pada sebuah pemberitaan.

2. Level Rutinitas Media

Level selanjutnya yang mempengaruhi sebuah pemberitaan di sebuah media adalah rutinitas media.Rutinitas media adalah Rutinitas media adalah kebiasaan sebuah media dalam pengemasan dan sebuah berita. Media rutin 91 Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia, h 21 92 Catatan harian peneliti saat magang di Pusat Data Analisa TEMPO. 93 Wawancara peneliti dengan Abdul Manan redaktur senior majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. terbentuk oleh tiga unsur yang saling berkaitan yaitu sumber berita suppliers , pengolahan pemberitaan processing , dan audiens consumers. 94 Dari ketiga unsur tersebut membentuk pola rutinitas pada Majalah Tempo yang berkaitan satu dengan lainnya. Bagan 4.1. 95 Pola Rutinitas Media Dari pola di atas dapat dijelaskan:

a. Sumber Berita Suppliers

Sumber berita adalah dimana berita didapatkan oleh para pencari berita.Sumber berita biasanya adalah lembaga pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, partai politik dan lain sebagainya.Lembaga-lembaga ini dapat mempengaruhi pemberitaan sebuah media dikarenakan, kadang lembaga- lembaga ini memberikan pesanan agar berita yang keluar dari sebuah media tidak bertentangan dengan lembaganya. 94 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 109 95 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 109 Pengolahan Pemberitaan Proccesing Sumber Berita Suppliers Audiens Consumers Walaupun sumber berita tidak terlalu berdampak signifikan pada konten dari sebuah media, tetapi ketergantungan sebuah media dengan sebuah berita sedikit banyak dapat mempengaruhi sebuah pemberitaan. 96 Pada konteks pengaruh sumber kepada pemberitaan di Majalah Tempo, sumber berita memiliki andil yang memberikan pengaruh pada rutinitas penyusunan pemberitaan pada Majalah Tempo.Pengaruh tersebut tidak terlalu signifikan tapi untuk menjamin kredibilitas pemberitaan di Majalah Tempo di butuhkan sumber yang memiliki akuntabilitas yang tinggi. Majalah Tempo sebagai sebuah media yang sudah cukup mapan memiliki sumber berita di hamper setiap lembaga, walaupun dalam redaksi pemberitaan terkadang sumber tersebut tidak dicantumkan namanya. Langkah ini diambil untuk menjamin kerahasiaan sumber dan keamanan sumber berita tersebut. Sumber berita pada Majalah Tempo memberikan pengaruh pada rutinitas penyusunan pemberitaan pada Majalah Tempo karena data yang tidak terlalu besar atau kurang dapat menyebabkan sebuah pemberitaan pada Majalah Tempo tidak layak cetak. Apakah bahan itu sudah komplit atau belum. Kalau misalnya belum ya drop, kalau misalnya komplit ya 70-80 itu bisa lanjut nanti dilengkapi di hari hari kamis. Selain itu juga ada rapat opini, ada rapat lagi kamis malam untuk mengecek kelengkapan bahan, ini bahan sudah komplit apa tidak, kalau misalnya hari kamis bahan belum lengkap drop, hasil rapat tetap di drop, kita nyari bahan yang bisa kita kejar dalam sehari, kalau misalnya tetep tidak ada kita drop, hasil rapat dari hari senin sampai kamis terus tidak mungkin untuk ditulis, kalau masih bisa dikejar hari jumatnya atau kamis malamnya masih bisa Kalau kekurangannya masih 10, kalau sudah 50 sudah bolong-bolong 97 96 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h.137 97 Wawancara peneliti dengan Anton Septian reporter majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta Ketika bahan atau data yang didapatkan dari sumber belum mencukupi sekitar tujuh puluh hingga delapan puluh persen, sebuah pemberitaan yang menggunakan data atau sumber tersebut tidak dapat diberitakan.Langkah ini dilakukan karena Majalah Tempo adalah media yang menggunakan teknik investigasi yang mengandalkan kedalaman data dan mengungkap peristiwa di balik sebuah kasus. Kalau misalnya itu isu besar ya tetap harus melihat bahannya. Karena beda antara pemberitaan koran dan majalah Kalau Koran tinggal nulis lagi selesai, tapi kalau majalah kan cerita dibalik berita yang kadang tidak bisa didapat dari ketika diinvestigasi, itu dari pengumpulan bahan. 98 Pengaruh sumber memiliki pengaruh yang cukup sidnifikan pada level rutinitas media berkaitan dengan kelengkapan bahan pemberitaan atau data. Kelengkapan bahan dibutuhkan karena Majalah Tempo adalah media investigasi sebuah kasus tetapi pengaruh tersebut tidak terlalu berdampak langsung kepada pemberitaan Majalah Tempo.

b. Audiens Consumers

Audiens atau yang selanjutnya akan saya sebutkan sebagai pembaca yaitu pemakai media yang menonton, mendengar atau dalam konteks pemberitaan sebuah majalah seperti Majalah Tempo sebagai pembaca. Pembaca Majalah Tempo sendiri menurut Janet Stelle, mengutip survey yang dilakukan divisi periklanan Majalah Tempo pada tahun 1998, pembaca Majalah Tempo adalah pembaca dari golongan menengah.Golongan menengah dalam konteks struktur kelas di Indonesia adalah golongan yang menikmati standar yang tinggi dari 98 Wawancara peneliti dengan Anton Septian reporter majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta keuntungan yang besar. 99 Sesuai dengan pengertian golongan menengah, pembaca Majalah Tempo adalah golongan yang secara ekonomi telah terpenuhi kebutuhannya.Pembaca pada golongan ini memiliki tingkat intelektualitas yang cukup tinggi dan memiliki konsen yang besar pada isu-isu nasional. Golongan menengah ini menurut Ariel Haryanto seperti yang dikutip oleh Janet Stelle memiliki dua ciri khas yaitu golongan yang memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi dan sebagai golongan yang memiliki konsen yang besar terhadap perubahan dan perilakunya yang progresif. 100 Dari karakteristik golongan ini kita mendapat gambaran bahwa ciri khas pembaca Majalah Tempo adalah golongan yang konsen terhadap suatu isu dan sebagai pembaca yang kritis, sehingga pengemasan sebuah pemberitaan pada Majalah Tempo juga dapat dikritisi oleh pembaca Majalah Tempo. Untuk menampung kritikan dan aspirasi dari pembacanya Majalah Tempo memiliki rubrik yang bernama “Surat”.Rubrik ini selain berisi tanggapan pembaca terhadap pemberitaan Majalah Tempo tetapi juga menampung tanggapan pembaca terhadap isu-isu nasional. Biasanya pada rubrik ini pembaca Majalah Tempo dapat mengkritik pemberitaan atau bantahan dari pihak yang diberitakan Majalah Tempo.Majalah Tempo mengakomodir segala bentuk kritik atau tanggapan. Rubrik “Surat” ini juga memungkinkan pembaca menjadi pewarta tersendiri ketika pembaca tersebut mengabarkan tentang suatu peristiwa yang berkaitan dengan pembaca tersebut. 99 Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia, h 165 100 Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia, h 166 Gambar 1. Rubrik “Surat” pada Majalah Tempo Sumber: Pusat Data dan Analisa TEMPO PDAT Pada gambar di atas dapat dijelaskan bahwa salah satu pembaca Majalah Tempo mengabarkan bahwa kameranya hilang saat penerbangannya menggunakan pesawat maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airlines.Penyampaian pembaca pada rubrik “Surat” ini menunjukan bahwa rubrik “Surat” dapat menjadi artikulasi dari kepentingan pembaca. Selain penampungan tanggapan dan kritik terhadap Majalah Tempo maupun isu-isu nasional, Majalah Tempo juga memiliki standar bahasa yang sesuai dengan tingkat intelektualitas dan pangsa pasar Majalah Tempo yang rata- rata merupakan golongan menengah ke atas. Majalah Tempo memiliki standar bahasa yang mengacu pada standar bahasa Indonesia yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia. Standar bahasa pada Majalah Tempo diatur dan diawasi oleh Divisi Bahasa yang dikepalai oleh redaktur bahasa Uu Suhardi.Menurut pengalaman saya sebagai peneliti setiap karyawan Tempo tidak hanya divisi redaksi diberikan pembelajaran tentang standar bahasa Majalah Tempo langsung oleh redaktur bahasa yang biasa disebut Kelas Bahasa. 101 Pemberian kelas bahasa ini selain meningkatkan kemampuan bahasa para karyawan Tempo juga sebagai penetapan standar bahasa Tempo kepada seluruh staf Majalah Tempo agar sesuai dengan kebutuhan pembaca. Menurut Shoemaker dan Reese, pada sebuah media cetak contohnya sebuah cerita pada media cetak harus mudah dibaca readable, foto pada sebuah berita harus memiliki kaitan dengan sebuah cerita pada sebuah media cetak dan judul pada sebuah headline harus memberikan perhatian langsung audiens terhadap sebuah pemberitaan. 102 Kemampuan bahasa yang dimiliki segenap staf Majalah Tempo dapat memberikan kertertarikan pembaca kepada Majalah Tempo. Akan tetapi pengaruh atau intervensi pembaca Majalah Tempo pada level rutinitas pada Majalah Tempo tidak terlalu besar, hal ini dikarenakan Majalah 101 Catatan harian peneliti saat magang di Pusat Data Analisa TEMPO. 102 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 114 Tempo lebih mengutamakan kepada misi Majalah Tempo dan lebih mengutamakan hasil-hasil keputusan rapat yang ada pada Majalah Tempo. Kita memang tidak melulu kepada pembaca, kita melakukan survey mana yang disukai mana yang tidak.Tapi hal-hal yang bersifat misi, artinya itu yang sesuai rapat keputusan…Jadi meskipun pembaca tidak suka kalau itu merupakan keyakinan Tempo yang khusus dengan misi-misi tadi itu dimuat.Intervensi pembaca kepada rubric dalam nasional politik kecil. Kita mengakomodasi dengan rubrik-rubrik yang lain. Misalnya orang suka gadget, kita muat gadjet. Orang suka gaya hidup, kita muat gaya hidup. Dengan Survey berkala, tapi survey sebagai panduan bukan acuan. 103 Pengaruh dari pembaca tidak terlalu besar dalam konteks pemberitaan Majalah Tempo, terutama pada isu-isu nasional yang diberitakan oleh Majalah Tempo.Pada konteks pemberitaan pada Majalah Tempo pembaca hanya memberikan tanggapan tetapi tidak dapat merubah konten pemberitaan pada Majalah Tempo.

c. Pengolahan Pemberitaan Proccesing

Representasi pengaruh rutinitas pada penyusunan pemberitaan pada Majalah Tempo yang paling berpengaruh adalah melalui proses pengolahan pemberitaan. Proses pengolahan pemberitaan pada awal bab ini telah saya jelaskan dan memberikan pengaruh yang cukup besar. Representasi pengolahan pemberitaan pada awalnya dimulai dari proses rapat yang dilakukan seluruf bagian dari divisi redaksi Majalah Tempo. Pada rapat-rapat yang digelar oleh staf redaksi Majalah Tempo adalah untuk menentukan kebijakan pemberitaan dan angle pemberitaan Majalah Tempo. 103 Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso redaktur pelaksana majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. Tabel 4.1 Jenis-jenis rapat pada Majalah Tempo Jenis Rapat Tugas Rapat Rapat Kompartemen Rapat kompartemen sendiri adalah untuk menentukan angel awal dari sebuah pemberitaan dan pemberitaan apa yang diberitakan oleh dalam satu rubrik di Majalah Tempo.Anggota kompartemen masing-masing membawa usulan kemudian dirapatkan dan disaring di rapat kompartemen. Para anggota kompartemen mengajukan isu apa yang diangkat untuk menjadi pemberitaan di Majalah Tempo. Hasil dari rapat kompartemen akan diajukan pada rapat besar. Rapat Besar Rapat besar dilaksanakan setiap hari senin. Pada rapat tersebut disampaikan apa saja temuan-temuan awalnya lalu dibahas dan disetujui pada rapat, kemudian diputuskan bahan-bahan apa saja yang perlu di gali. Pada rapat ini angel sebuah pemberitaan kemudian dipertajam lagi melalui proses musyawarah antara reporter dengan para redaktur yaitu mulai dari pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur senior dan redaktur eksekutif. Setelah rapat besar ini menghasilkan keputusan untuk menugaskan reporter dan fotografer untuk terjunlangsung ke lapangan untuk mencari data. Rapat Redaksi Rapat redaksi membahas kelengkapan data yang telah dihimpun oleh reporter dan fotografer di lapangan. Jika data yang didapatkan belum mencapai tujuh puluh persen sampai delapan puluh persen, biasanya pemberitaan akan diganti dengan pemberitaan lain. Akan tetapi jika kekurangan data hanya sepuluh persen, pencarian data di lapangan data dilanjutkan untuk kelengkapan data. Pada rapat redaksi ini juga akan diputuskan, sebuah berita atau isu apakah akan menjadi laporan utama atau laporan biasa di dalam Tempo. Rapat ini juga untuk mempertajam angle pada sebuah pemberitaan, biasanya usulan ini dapat dilakukan oleh penulis, reporter dan para redaktur. Rapat Opini Rapat opini adalah penentuan pandangan Majalah Tempo pada sebuah isu atau kasus. Opini yang ditetapkan oleh Majalah Tempo berdasarkan data-data yang telah didapatkan di lapangan. Rapat-rapat yang dilaksanakan oleh redaksi Majalah Tempo menentukan arah kebijakan pemberitaan pada Majalah Tempo, rapat tersebut biasanya dihadiri oleh seluruh bagian redaksi dari Majalah Tempo terkecuali pada rapat kompartemen yang hanya dihadiri oleh anggota dari kompartemen tersebut. Proses rutinitas media yang direpresentasikan oleh rapat-rapat redaksi Majalah Tempo membentuk suatu pola yang berkesinambungan dalam mempengaruhi pemberitaan pada Majalah Tempo. Pada rapat-rapat yang dilaksanakan semua elemen dapat mengutarakan argumentasi yang berkaitan dengan arah kebijakan pemberitaan Majalah Tempo. Kalau di Tempo cukup egaliter ya, semua orang bisa hadir dalam rapat besar, kecuali rapat kompartemen karena khusus anggota kompartemen itu saja, kalau kompartemen nasional yang datang hanya orang kompartemen nasional saja. Kalau rapat besar yang hadir semua mulai dari kompartemen ekbis, nasional, gaya hidup, seni, sains, sampai bahkan redaktur foto juga datang terus bahasa juga datang, jadi semua boleh ikut dan boleh memberikan masukan. Kalau masukannya bagus bisa dipilih, kalau misalnya kurang sekalipun dari pemred tidak bisa dipilih. 104 Hasil dari rapat tersebut menjadi pedoman bagi reporter untuk menjalankan tugasnya di lapangan.Reporter dalam menjalan tugasnya tidak dapat bertentangan dengan keputusan rapat, karena kedua rapat yang telah saya sebutkan di atas tadi adalah hasil diskusi antara reporter sebagai pekerja media di lapangan dengan para redaktur sebagai pemegang kebijakan di meja redaksi.Reporter dalam menentukan angel pun memiliki otoritas yang besar karena mengetahui konteks di lapangan sedangkan para redaktur hanya bekerja di meja redaksi.Sistem rapat di Tempo pun sangat terbuka dan egaliter yaitu melibatkan semua elemen dan dapat memberikan masukan tanpa memandang jabatan dari setiap individu di Majalah Tempo. Rapat, rapat redaksi yang hari senin dan hari rabu habis itu di putuskan di rapat, bahkan pemimpin redaksi pun tidak bisa 104 Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. mengambil keputusan sendiri.Dia hanya bisa ngusul dan yang lainpun bisa ngusul dan di rapat itu diputuskan. Dirapat itu pemimpin redaksi sering di tolak bahkan ditertawakan, tetap forum tertinggi yang bisa menentukan berita mana yang akan dimuat atau tidak itu ditentukan dirapat, termasuk opini yang di depan itu dibahas dalam rapat. 105 Proses selanjutnya dari rutinitas pada penyusunan sebuah pemberitaan di Majalah Tempo adalah pencarian data atau bahan pemberitaan yang dilakukan oleh reporter, calon reporter maupun fotografer di lapangan. Data-data yang dicari di lapangan sesuai dengan yang diamanahkan pada rapat atau sesuai temuan baru di lapangan. Reporter dalam proses pencarian berita harus secara mendalam dan selalu mengutamakan asas cover both side, dalam artian pemberitaan harus berimbang dan mengkonfirmasi kepada narasumber yang terkait dengan pemberitaan yang diangkat oleh Majalah Tempo. Menurut Anton Septian faktor profesionalan yang diutamakan. “Ya profesionalitaslah jelas, saya menulis berita ini berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan, kita tidak bisa mengarang berita juga” 106 Dalam pencarian sebuah bahan pemberitaan seorang reporter dituntut untuk selalu menemukan kebenaran dan bukan berita bohong. Proses selanjutnya adalah penyuntingan dan penulisan yang dilakukan oleh penulis dan redaktur. Proses penulisan dilakukan oleh penulis yang sebelumnya memiliki jabatan sebagai reporter. Data-data yang ditulis oleh penulis adalah hasil temuan oleh reporter di lapangan.penulis dalam proses penulisannya berkonsultasi dengan reporter. Penulis memiliki andil dalam menentukan angle yang diputuskan pada 105 Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso Redaktur Pelaksana Majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta 106 Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. rapat-rapat di Majalah Tempo. Sedangkan proses penajaman angle biasa dilakukan oleh redaktur. Redaktur tersebut biasanya adalah redaktur pelaksana, redaktur eksekutif maupun redaktur senior. Sedangakan proses penyuntingan bahasa dilakukan oleh editor bahasa. Proses rutinitas dari penyusunan pemberitaan pada Majalah Tempo ini mempengaruhi pemberitaan cukup besar karena terkait oleh keseharian yang dilakukan oleh Majalah Tempo. Walaupun terjadi hubungan antar pembaca, sumber berita dan pengolahan pemberitaan, namun pengolahan pemberitaan lebih mempengaruhi proses rutinitas sebuah media karena bersifat mengikat melalui rapat-rapat yang harus dipatuhi oleh semua elemen redaksi Majalah Tempo. Proses ini terjadi secara alami dan ditaati oleh semua elemen redaksi Majalah Tempo. Rutinitas dari sebuah media memiliki pengaruh yang penting pada produksi isi simbolik.Mereka membentuk lingkungan dimana pekerja media melaksanakan pekerjaannya. 107 Pada konteks penyusunan pemberitaan pada Majalah Tempo, pengaruh rutinitas ini berpengaruh secara alami karena bersifat keseharian dan terkesan tidak memaksa pekerja media.

3. Level Organisasi Media

Menurut teori hirarki pengaruh, dalam organisasi media ada tiga tingkatan umum. Lini depan karyawan, seperti penulis, wartawan dan staf kreatif, mengumpulkan dan mengemas bahan baku. Tingkat menengah terdiri dari manajer, editor, produser dan orang lain yang mengkoordinasi proses dan memediasi komunikasi antara level bawah dan level atas yang mengeluarkan 107 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 137 kebijakan organisasi. Eksekutif tingkat atas perusahaan dan berita membuat kebijakan organisasi, anggaran yang ditetapkan, membuat keputusan penting, melindungi kepentingan komersial dan politik perusahaan dan bila perlu mempertahankan karyawan organisasi dari tekanan luar. 108 Dalam level pengaruh organisasi kepada konten sebuah media, teori hirarki pengaruh mengambil fokus kepada tingkatan eksekutif media seperti pemilik modal atau bagian direksi dan tingkatan menengah yaitu manajer, editor, produser atau dalam konteks Majalah Tempo adalah redaktur. Ada tiga jenis redaktur di Majalah Tempo yaitu Redaktur Pelaksana, Redaktur Eksekutif dan Redaktur Senior. Posisi redaktur dalam sebuah penyusunan pemberitaan di Majalah Tempo bertugas untuk memberikan masukan untuk pemberitaan saat rapat-rapat di Majalah Tempo. Selain tugas tersebut tugas redaktur dalam penyusunan pemberitaan adalah menajamkan angle dan melakukan proses pengeditan terhadap sebuah tulisan dari penulis. Redaktur juga memiliki tugas yang untuk melakukan penugasan kepada reporter ketika ada yang berita yang ingin diangkat pada waktu setelah rapat besar.Posisi redaktur cukup vital dalam sebuah penyusunan pemberitaan di Majalah Tempo. 108 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 151 Pengaruh tingkatan eksekutif terhadap sebuah penyusunan pemberitaan tidak berpengaruh dikarenakan kepemilikan Majalah Tempo dibawah PT Tempo Inti Media bukanlah dimiliki oleh perseorangan, melainkan dimiliki oleh beberapa lembaga atau yayasan dan tidak ada saham mayoritas pada kepemilikan PT Tempo Inti Media. Lewat sistem kepemilikan oleh lembaga atau yayasan ini, tidak memungkinkan untuk terjadinya intervensi oleh individu terhadap pemberitaan di Majalah Tempo. kalau ditempo rasanya tidak berpengaruh, karena owner ditempo itu lembaga tidak ada individu yang memiliki saham di Tempo, kecuali saham yang lewat bursa, tempo itu terbuka, jadi sebagian besar itu yayasan, jadi tidak ada individu pemiliknya kolektif, dan ditempo gak ada yang mayoritas miliki saham 50 hanya rata- rata 26-40. 109 Ada sekitar empat yayasan atau lembaga yang memiliki PT Tempo Inti Media yang menaungi Majalah Tempo diantaranya adalah PT Grafiti Pers, Yayasan Jaya Raya, Yayasan 21 Juni 1994 dan Yayasan Karyawan Tempo, selebihnya saham PT Tempo Inti Media dimiliki oleh publik. 109 Wawancara peneliti dengan Abdul Manan redaktur senior majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. Grafik 4.1 Grafik kepemilikan saham PT Tempo Inti Media Sumber: Pusat Data dan Analisa TEMPO PDAT Dari grafik di atas kita dapat menggambarkan bahwa saham PT Tempo Inti Media tidak terdapat saham mayorits. Ada dua lembaga yang memiliki saham yang cukup besar sekitar 24,8 persen yaitu Yayasan Jaya Raya yang dimiliki oleh pengusaha konstruksi Ciputra dan Yayasan 21 Juni 1994 yang diketuai oleh mantan karyawan Tempo, sedangkan dua lembaga lainnya yang memiliki saham PT Tempo Inti Media sebesar 16,6 persen adalah PT Grafiti Pers yang dimiliki oleh pengusaha Tionghoa Eric Samola dan Yayasan Karyawan Tempo yang dimiliki oleh karyawan Tempo, sedangkan selebihnya dimiliki oleh publik sebesar 17,2 persen. Dari ketiadaan saham mayoritas kepemilikan PT Tempo Inti Media 24.8 24,8 16,6 16,6 17,2 Yayasan Jaya Raya Yayasan 21 Juni 1994 PT Grafiti Pers Yayasan Karyawan Tempo Publik yang menaungi Majalah Tempo memungkinkan tidak terjadinya intervensi secara langsung kepada pemberitaan Majalah Tempo. “Owner kita itu karyawan dan publik. Jadi Tempo adalah perusahaan publik, perdagangan saham yang ada di bursa efek, jadi kita terbuka tidak ada owner, katakanlah seperti media lain yang mempengaruhi pemberitaan. Tapi ada beberapa persen ada di pasar dan 50 lebih hak tahannya dimiliki oleh karyawan melalui yayasan bukan individu .” 110 Pengaruh yang terjadi pada pemberitaan Majalah Tempo justru lebih memungkinkan terjadi melalui Dewan Direksi Tempo yang memiliki komposisi mantan wartawan dari Majalah Tempo.Pengaruhnya pun bukan berdasarkan intervensi yang besar kepada konten pemberitaan Majalah Tempo tapi lebih berupa masukan. “..tidak pernah ada kebijakan resmi dari pandangan dewan direksi, memang direksi ditempo itukan banyak orang-orang redaksi seperti Bambang Harymurti, dia mantan pemimpin redaksi dia direktur umum, terus Thoriq Hadad bekas pemimpin redaksi dan wakil pemimpin redaksi, dia direktur keuangan Tempo... Kami tidak pernah mendengar instruksi langsung dari dewan direksi karena memang tidak pernah ada, paling kalau mereka memberi masukan dalam rapat opini misalkan, opini-opininya kan sifatnya masukan bukan kebijakan.” 111 Seperti yang diungkapkan oleh Abdul Manan pengaruh tersebut lebih berupa masukan dan bukan berupa kebijakan terhadap pemberitaan Majalah Tempo.Masukan tersebut biasanya oleh anggota Dewan Direksi Tempo yang pernah menjadi wartawan pada isu-isu tertentu. Pengaruh yang terjadi pada sebuah pemberitaan di level pengaruh organisasi selain dari eksekutif tingkat atas juga terjadi dari tingkatan menengah yaitu dari manajer, editor, produser dan orang lain yang mengkoordinasi proses 110 Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso redaktur pelaksana majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta 111 Wawancara peneliti dengan Abdul Manan redaktur senior majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. dan memediasi komunikasi antara level bawah dan level atas yang mengeluarkan kebijakan organisasi. Dalam konteks Majalah Tempo tingkatan ini diwakili oleh posisi redaktur. Dalam konteks pengaruh level organisasi pada pemberitaan Majalah Tempo, posisi seorang redaktur tidaklah terlalu berpengaruh. Situasi ini dikarenakan sistem penyusunan pemberitaan di Majalah Tempo direncanakan pada saat rapat.Pada saat rapat seluruh elemen dari redaksi Majalah Tempo dapat mengungkapkan gagasannya.Tidak ada pengaruh yang dominan dari seorang redaktur pada pemberitaan Majalah Tempo. kalau dalam tempo cukup egaliter, semua orang bisa hadir dalam rapat besar, kecuali rapat kompartemen karena khusus anggota kompartemen itu saja, kalau kompartemen nasional yang datang hanya orang kompartemen nasional saja. Kalau rapat besar yang hadir semua mulai dari kompartemen ekbis, nasional, gaya hidup, seni, sains, sampai orang bahasa, jadi semua boleh ikut dan boleh memberikan masukan. Kalau masukannya bagus bisa dipilih, kalau misalnya kurang sekalipundari pemred tidak bisa dipilih… 112 …bahkan pemred pun tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Dia bisa ngusul dan yang lainpun bisa ngusul dan di rapat itu diputuskan. Dirapat itu pemred sering di tolak bahkan ditertawakan, tetap forum tertinggi yang bisa menentukan berita mana yang akan dimuat atau tidak itu ditentukan dirapat, termasuk opini yang ditekan itu dibahas dalam rapat … Tidak ada kelompok yang diistimewakan dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan pemberitaan di Majalah Tempo.Bahkan posisi pemimpin redaksi sekalipun tidak memiliki otoritas yang lebih besar dalam pengambilan keputusan terkait pemberitaan Majalah Tempo.Posisi pemimpin redaksi yang tidak berada di lapangan langsung saat pengolahan sebuah pemberitaan membuat posisinya hanya sebagai pemberi masukan. 112 Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. …berita yang kejadiannya hari rabu atau kamis biasanya kan diputuskan oleh redaktur pelaksana yang paling tinggi, redaktur pelaksana dalam kompartemen berdiskusi dengan pemred dan tetep harus menyampaikan ke pemred, jadi tidak bisa kalau berita tiba-tiba masuk, pemred hanya memberi masukan kerena dia tidak di lapangan dan dia lebih banyak mendengar, kalau dia memberi masukan itu pada saat rapat hari senin, atau hari rabu bisa juga mengusulkan kira-kira apa yang menarik, tapi kalau hari rabu itu jarang, karena itu packing program, karena kalau idenya keluar hari rabu itu kapan reportingnya terlalu mepet … 113 Pada kasus-kasus tertentu posisi redaktur pelaksana mendapatkan peran yang penting dalam pembentukan sebuah pemberitaan di Majalah Tempo, contohnya ketika ada kasus atau isu yang terjadi pada hari rabu atau kamis yang terjadi setelah rapat-rapat di Majalah Tempo, posisi redaktur pelaksana dapat menentukan sebuah kebijakan pemberitaan setelah berkonsultasi dengan pemimpin redaksi. Dalam level pengaruh organisasi terhadap pemberitaan di Majalah Tempo posisi pemimpin redaksi tidaklah terlalu besar dalam menentukan kebijakan sebuah pemberitaan. Posisi pemimpin redaksi lebih sebagai pemberi masukan terhadap kebijakan pemberitaan di Majalah Tempo. Sedangkan posisi redaktur pelaksana justru pada kasus-kasus tertentu memiliki peran sentral yaitu dapat mengambil kebijakan pemberitaan tetapi dengan masukan dari pemimpin redaksi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pengaruh organisasi media pada konteks pembentukan pemberitaan pada Majalah Tempo tidaklah terlalu berpengaruh, situasi ini dikarenakan lebih besarnya pengaruh rutinitas media yaitu melalui rapat pengambilan keputusan dan tidak adanya kepemilikan tunggal pada saham PT Tempo Inti Media yang menaungi Majalah Tempo. 113 Wawancara peneliti dengan Abdul Manan Redaktur Senior Majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.

4. Level Ekstra Media

Pengaruh keempat terhadap konten pemberitaan sebuah media dalam teori hirarki pengaruh adalah pengaruh dari luar organisasi media.Pengaruh tersebut diantaranya adalah dari sumber berita, pengiklan, pembaca atau audiens, kontrol dari pemerintah, kelompok kepentingan, pangsa pasar dan teknologi. 114 Dalam konteks penyusunan pemberitaan pada Majalah Tempo ada beberapa faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap pemberitaan Majalah Tempo.Faktor tersebut diantaranya adalah pembaca atau audiens, sumber berita dan kelompok kepentingan. Faktor lain seperti kontrol pemerintah pada catatan sejarah Majalah Tempo sebenarnya cukup memberikan pengaruh. Dalam catatan sejarah Majalah Tempo, Majalah Tempo dibredel atau tidak dikeluarkan izin terbitnya hingga dua kali yaitu pada tahun 1982 dan pada puncaknya yaitu pada tahun 1994, pembredelan ini dikarenakan pemberitaan Majalah Tempo yang mengkritisi pemerintah Orde Baru saat itu. 115 Tetapi pada era reformasi dengan keterbukaan informasi, hubungan antara Majalah Tempo dengan pemerintah tidak mengalami masalah. Kembali pada pembahasan di awal, ada tiga faktor yaitu pembaca, sumber berita dan kelompok kepentingan yang dapat mempengaruhi pemberitaan Majalah Tempo. Faktor pertama dari level pengaruh luar organisasi yang dapat mempengaruhi pemberitaan Majalah Tempo adalah pengaruh dari pembaca. Pengaruh dari pembaca terhadap pemberitaan Majalah Tempo telah saya bahas pada pembahasan mengenai level pengaruh rutinitas media. Pada 114 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 178 115 Janet Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia Singapore ,Institute of Southeast Asian Studies : 2005 h. xii pembahasan tersebut saya menjelaskan bahwa pengaruh pembaca adalah melalui rubrik “Surat” yaitu berisi tanggapan pembaca terhadap pemberitaan Majalah Tempo tetapi juga menampung tanggapan pembaca terhadap isu-isu nasional. Biasanya pada rubrik ini pembaca Majalah Tempo dapat mengkritik pemberitaan atau bantahan dari pihak yang diberitakan Majalah Tempo.Majalah Tempo mengakomod ir segala bentuk kritik atau tanggapan.Rubrik “Surat” ini juga memungkinkan pembaca menjadi pewarta tersendiri ketika pembaca tersebut mengabarkan tentang suatu peristiwa yang berkaitan dengan pembaca tersebut. Akan tetapi pengaruh atau intervensi pembaca Majalah Tempo pada level rutinitas pada Majalah Tempo tidak terlalu besar, hal ini dikarenakan Majalah Tempo lebih mengutamakan kepada misi Majalah Tempo dan lebih mengutamakan hasil-hasil keputusan rapat yang ada pada Majalah Tempo. Kita memang tidak melulu kepada pembaca, kita melakukan survey mana yang disukai mana yang tidak.Tapi hal-hal yang bersifat misi, artinya itu yang sesuai rapat keputusan…Jadi meskipun pembaca tidak suka kalau itu merupakan keyakinan Tempo yang khusus dengan misi-misi tadi itu dimuat.Intervensi pembaca kepada rubric dalam nasional politik kecil. Kita mengakomodasi dengan rubrik-rubrik yang lain. Misalnya orang suka gadget, kita muat gadjet. Orang suka gaya hidup, kita muat gaya hidup. Dengan Survey berkala, tapi survey sebagai panduan bukan acuan. 116 Pengaruh dari pembaca tidak terlalu besar dalam konteks pemberitaan Majalah Tempo, terutama pada isu-isu nasional yang diberitakan oleh Majalah Tempo.Pada konteks pemberitaan pada Majalah Tempo pembaca hanya memberikan tanggapan tetapi tidak dapat merubah konten pemberitaan pada Majalah Tempo. 116 Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso Redaktur Pelaksana Majalah Tempo pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi pemberitaan Majalah Tempo adalah sumber berita.Sumber berita adalah dimana berita didapatkan oleh para pencari berita.Sumber berita biasanya adalah lembega pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, partai politik dan lain sebagainya.Lembaga- lembaga ini dapat mempengaruhi pemberitaan sebuah media dikarenakan, kadang lembaga-lembaga ini memberikan pesanan agar berita yang keluar dari sebuah media tidak bertentangan dengan lembaganya. Walaupun sumber berita tidak terlalu berdampak signifikan pada konten dari sebuah media, tetapi ketergantungan sebuah media dengan sebuah berita sedikit banyak dapat mempengaruhi sebuah pemberitaan. 117 Majalah Tempo sebagai sebuah media yang sudah cukup mapan memiliki sumber berita di hampir setiap lembaga, walaupun dalam redaksi pemberitaan terkadang sumber tersebut tidak dicantumkan namanya.Langkah ini diambil untuk menjamin kerahasiaan sumber dan keamanan sumber berita tersebut. Sumber berita pada Majalah Tempo memberikan pengaruh pada rutinitas penyusunan pemberitaan pada Majalah Tempo karena data yang tidak terlalu besar atau kurang dapat menyebabkan sebuah pemberitaan pada Majalah Tempo tidak layak cetak. Apakah bahan itu sudah komplit atau belum. Kalau misalnya belum ya drop, kalau misalnya komplit ya 70-80 itu bisa lanjut nanti dilengkapi di hari hari kamis. Selain itu juga ada rapat opini, ada rapat lagi kamis malam untuk mengecek kelengkapan bahan, ini bahan sudah komplit apa tidak, kalau misalnya hari kamis bahan belum lengkap drop, hasil rapat tetap di drop, kita nyari bahan yang bisa kita kejar dalam sehari, kalau misalnya tetep tidak ada kita drop, hasil rapat dari hari senin sampai kamis terus tidak mungkin untuk ditulis, kalau masih bisa dikejar hari 117 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h.137 jumatnya atau kamis malamnya masih bisa Kalau kekurangannya masih 10, kalau sudah 50 sudah bolong-bolong 118 Ketika bahan atau data yang didapatkan dari sumber belum mencukupi sekitar tujuh puluh hingga delapan puluh persen, sebuah pemberitaan yang menggunakan data atau sumber tersebut tidak dapat diberitakan.Langkah ini dilakukan karena Majalah Tempo adalah media yang menggunakan teknik investigasi yang mengandalkan kedalaman data dan mengungkap peristiwa di balik sebuah kasus. Kalau misalnya itu isu besar ya tetap harus melihat bahannya. Karena beda antara pemberitaan koran dan majalah Kalau Koran tinggal nulis lagi selesai, tapi kalau majalah kan cerita dibalik berita yang kadang tidak bisa didapat dari ketika diinvestigasi, itu dari pengumpulan bahan. 119 Pengaruh sumber berita memiliki pengaruh yang cukup signifikan pada level rutinitas media sebagai faktor dari luar organisasi media berkaitan dengan kelengkapan bahan pemberitaan atau data. Kelengkapan bahan dibutuhkan karena Majalah Tempo adalah media investigasi sebuah kasus tetapi pengaruh tersebut tidak terlalu berdampak langsung kepada pemberitaan Majalah Tempo. Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi pemberitaan Majalah Tempo adalah kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan sendiri adalah sekelompok individu yang ingin mengkomunikasikan sikap mereka dan beberapa isu terhadap publik. 120 Kelompok kepentingan berupaya mempengaruhi apa yang dilakukan media dengan cara membatasi isi atau pesan media kepada masyarakat. Kelompok 118 Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta 119 Wawancara peneliti dengan Anton Septian Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta 120 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 184 penekan dapat berupa organisasi atau kelompok, baik formal maupun informal, dengan berbagai kepentingan dan latar belakang, seperti kelompok atau organisasi agama, profesi, politik kelompok advokasi dan sebagainya. 121 Pada konteks pengaruh kelompok penekan pada pemberitaan Majalah Tempo biasanya pengaruh terjadi lewat lembaga-lembaga yang menaungi para wartawan Majalah Tempo, pengaruh tersebut pun sifatnya lebih kepada individu wartawan Majalah Tempo dan bukan terhadap struktur organisasi Majalah Tempo. Kalau dari sisi pemberitaan tidak ada, karena kita menghormati independensi setiap media tidak hanya Tempo, kita tidak punya perangkat atau alat untuk mempengaruhi apa yang diberitakan oleh Tempo 122 Menurut Ketua Aliansi Jurnalis Indonesia AJI pengaruh kelompok penekan atau kelompok kepentingan pada pemberitaan di Majalah Tempo hanya lebih kepada wartawan atau jurnalis yang bergabung kepada organisasi AJI dan bukan kepada Majalah Tempo secara organisasi, karena secara struktural Majalah Tempo secra keorganisasian bukan di bawa garis struktur AJI sebagai organisasi penekan. kalo untuk individu anggota AJI mengikat status kode etik itu, karena khan untuk menjadi anggota AJI anda harus patuh terhadap kode etik AJI, tapi itu bukan berarti kemudian Tempo tunduk kepada AJI, karena keikutsertaan atau keanggotaan AJI itu bersifat individu, bersifat personal bukan pada medianya. 123 121 Morisan, Teori Komunikasi Massa, h. 52 122 Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. 123 Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika Ketua Aliansi Jurnalis Independen pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. Pengaruh organisasi penekan atau organisasi kepentingan dalam koteks penyusunan pemberitaan di Majalah Tempo lebih kepada individu pekerja media seperti wartawan yang berada di bawah naungannya dan bukan kepada Majalah Tempo secara keorganisasian. Pengaruh penyusunan pemberitaan lainnya dalam konteks pengaruh dari luar organisasi Majalah Tempo adalah Majalah Tempo memiliki dewan penasihat yang berisikan mantan wartawan dan mantan aktivis.Sejauh pengamatan peneliti dewan penasihat berisi mantan aktivis yaitu Rahman Tolleng, Marsilam Siamjuntak, mantan wartawan Tempo seperti Goenawan Mohamad dan Fikri Jufri.Pengaruh kelompok ini adalah pada isu-isu tertentu pada pemberitaan di Majalah Tempo dan bukan pada keseluruhan pemberitaan di Majalah Tempo.Masukan dari Dewan Penasihat ini pun tidak bersifat mengikat tapi lebih kepada saran pada pemberitaan di Majalah Tempo. 124 Pengaruh luar organisasi media terhadap pemberitaan di Majalah Temo tidaklah terlalu signifikan.Pengaruh dari luar organisasi Majalah Tempo lebih bersifat tidak langsung karena tidak berdampak langsung kepada sebuah kebijakan pada pemberitaan di Majalah Tempo.Pengaruhnya lebih bersifat kepda individu dan rutinitas penyusnan pemberitaan di Majalah Tempo.

5. Level Ideologi

Ideologi menurut pandangan teori kritis adalah sekumpulan ide-ide yang menyusun sebuah kelompok nyata, sebuah representasi dari sistem atau sebuah makna dari kode yang memerintah bagaimana individu dan kelompok melihat dunia.Dalam Marxisme klasik, sebuah ideologi adalah sekumpulan ide-ide keliru 124 Catatan harian peneliti saat magang di Pusat Data Analisa TEMPO. yang diabadikan oleh ide yang dominan. 125 Dalam pandangan Marxis klasik, ideologi hanyalah ide-ide atau pemahaman yang digunakan oleh kelas yang dominan untuk menanamkan kesadaran palsu bagi kelas yang tertindas untuk melanggengkan kekuasaannya. Pada level ideologi ini kita melihat lebih dekat pada kekuatan di masyarakat dan mempelajari bagaimana kekuatan yang bermain di luar media. Kita berasumsi bahwa ide memiliki hubungan dengan kepentingan dan kekuasaan, dan kekuasaan yang menciptakan simbol adalah kekuasaan yang tidak netral.Tidak hanya berita tentang kelas yang berkuasa tetapi struktur berita agar kejadian-kejadian diinterpretasi dari perspektif kepentingan yang berkuasa. 126 Dalam konteks penyusunan pemberitaan di sebuah media pengaruh dari sebuah ideologi terhadap sebuah pemberitaan di media adalah secara tidak langsung dan menyerap pada rutinitas yang terjadi pada sebuah media.Pengaruh yang terjadi adalah secara tidak langsung. Sebelum membahas ideologi Majalah Tempo saya akan mencoba menjelaskan sejarah dari Majalah Tempo sehingga dapat mengungkap ideologi dari Majalah Tempo. Secara historis Majalah Tempo didirikan pada tahun 1971, pada masa awal pemerintahan Orde Baru.Para pendiri Majalah Tempo sendiri adalah aktivis “Generasi 66” yang merupakan para aktivis yang bergabung dengan mahasiswa dan pihak militer yang menurunkan rezim Presiden Soekarno.Majalah Tempo sendiri didirikan oleh mantan jurnalis muda anti Soekarno dan anti- 125 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss,Theories of Human Communication,9 th ed. Belmont: Thomson Wadsworth, 2005; reprint, Jakarta: Salemba Humanika, 2009 h. 469 126 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message h. 224 komunis yang tergabung dalam Harian Kami yaitu Goenawan Mohamad dan Fikri Jufri. 127 Para pendiri Majalah Tempo seperti Goenawan Mohamad sendiri sangat dekat dengan ideologi sosialisme, yang saat itu dikembangkan oleh Partai Sosialis Indonesia PSI. 128 Ideologi Partai Sosialis Indonesia sendiri adalah sosial demokrat, yaitu sebuah ideologi yang mengkritik paham komunisme sebagai sebuah paham yang otoriter namun tetap menjunjung asas sosialisme. Ideologi Majalah Tempo sendiri sangat besar dipengaruhi oleh pemikiran sosok Pemimpin Redaksi Majalah Tempo pada awal masa berdirinya majalah tersebut yaitu Goenawan Mohamad. Bagi para wartawan maupun karyawan Majalah Tempo sosok Goenawan Mohamad dianggap sebagai guru. 129 Menurut pengamatan dari peneliti pemikiran atau ideologi dari Goenawan Mohamad sendiri adalah ideologi sosial demokrat. 130 Menurut Milovan Djilas seperti yang dikutip oleh Rizal Mallarangeng, sosial demokrat adalah pemikiran yang menghendaki adanya demokratisasi dan mengutuk sistem otoritarian yang dikembangkan oleh paham komunisme. Namun pemikiran sosial demokrat menerima paham sosialisme sebagai suatu gagasan dan demokrasi sebagai sebuah gagasan yang akan memunculkan kesejahteraan bagi masyarakat. 131 Ideologi sosial demokrat mempercayai bahwa proses pergantian sistem masyarakat kapitalis menjadi masyarakat sosialis terjadi secara evolutif. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan kaum sosialis ortodok yaitu yang 127 Janet Steele, Wars Within,. h xvii 128 Janet Steele, Wars Within,. h 31 129 Janet Steele, Wars Within,. h 7 130 Catatan harian peneliti saat magang di Pusat Data Analisa TEMPO. 131 Rizal Mallarangeng, Dari Langit: Kumpulan Esai Tentang Manusia dan Kekuasaan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2008,. H 77 biasa disebut kaum komunis yang beranggapan bahwa perubahan masyarakat kapitalis menjadi masyarakat sosialis adalah melalui revolusi. Ideologi sosial demokrat juga berpandangan bahwa semua masyarakat harus mendapatkan hak yang sama, seperti persamaan hak yang dimiliki oleh semua ras, gender, etnisitas, agama, orientasi seks dan kelas sosial. 132 Melalui penelaahan sejarah tersebut Majalah Tempo memiliki ideologi yang anti komunis namun sangat menjunjung ide-ide sosialis sebagai antithesis ideologi kapitalisme.Berdasarkan ideologi sosial demokrat tersebut Majalah Tempo sangat mengakomodir jalannya demokratisasi, persamaan hak-hak minoritas dan pluralisme. 133 Tempo juga memilki prinsip yaitu sebagai sebagai media yang mencerahkan di antara banyaknya arus informasi dari media lain. …Kalau platform Majalah Tempo itu kan jelas, dia mendukung demokratisasi, mendukung gerakan anti korupsi, mendukung gerakan persamaan hak. orang minoritas haknya sama dengan yang mayoritas, apapun orangnya itu memiliki hak untuk menyakini sesuatu, termasuk Ahmadiyah. Jadi orang tidak berhak mengkafirkan orang, tidak berhak melabeli orang dengan aliran sesat, karena itu berkaitan dengan keyakinan, hubungan manusia dengan Tuhannya 134 Ideologi dari Majalah Tempo mempengaruhi berbagai elemen dari pekerja Majalah Tempo yang membentuk sebuah pemberitaan di Majalah Tempo.Dari hal yang bersifat abstrak yaitu ideologi pekerja media tersebut yang dapat merubah ideologi tersebut menjadi sesuatu yang kongkret yang dalam hal ini adalah pemberitaan. 132 Donald F. Busky, Democratic Socialism: A Global Survey. Connecticut: Greenwood Publishing, 2000 ,. h 8 133 Janet Steele, Wars Within,. h 165 134 Wawancara peneliti dengan Abdul Manan Redaktur Senior Majalah Tempo pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. Pengartikulasian ideologi Majalah Tempo melalui beberapa elemen pada Majalah Tempo yaitu melalui redaksi, reporter sebagai pekerja media yang langsung turun ke lapangan dan melalui dewan direksi yang notabenenya adalah mantan wartawan Tempo.Pengaruh yang bersifat tidak langsung adalah melalui dewan direksi yang pernah menjadi wartawan atau redaksi majalah Tempo, namun pengaruh tersebut tidak bersifat langsung karena kapasitas dewan direksi hanya bersifat masukan dan bukan kebijakan. Pengaruh yang terjadi secara ideologis juga berpengaruh lewat pemberitaan Majalah Tempo yang lebih mengakomodir kelompok-kelompok minoritas yang sering mendapatkan perlakuan yang diskriminatif dari kaum mayoritas.

B. Analisis Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Ahmadiyah Di Majalah

Tempo. Pembahasan selanjutnya adalah analisis hiraki pengaruh pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo. Saya akan membahas pengaruh-pengaruh yang terjadi pada pemberitaan Ahmadiyah pada bulan Februari 2011 khususnya yaitu mengenai pemberitaan tentang kasus penyeranga Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Analisis menggunakan teori hirarki pengaruh oleh Pamela. J Shoemaker dan Stephen D. Reese.Berikut adalah pembahasan analisis tersebut.

1. Pengaruh Level Individu Pada Pemberitaan Ahmadiyah di Majalah

Tempo. Pengaruh paling awal pada sebuah pemberitaan di sebuah media adalah pengaruh individu.Pengaruh individu yaitu pengaruh dari wartawan atau reporter yang dalam dalam hal ini adalah pencari berita dan pengumpul berita.Level ini memiliki pengaruh yang cukup besar karena wartawan atau reporter adalah individu yang langsung berinteraksi dengan situasi dan kondisi di lapangan. Faktor individu dari wartawan atau reporter juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor latar belakang dan karakteristik dari wartawan atau reporter seperti faktor pendidikan, faktor orientasi dan lain-lain.Faktor kedua yang membentuk individu seorang wartawan atau reporter adalah perilaku, kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang oleh seorang wartawan atau reporter.Faktor yang terakhir membentuk individu seorang wartawan atau reporter adalah faktor profesionalitas dan kode etik yang diikuti oleh seorang wartawan atau reporter. 135 Dalam konteks pemberitaan kasus kekerasan terhadap Ahmadiyah di Majalah Tempo pada bulan Februari, posisi seorang wartawan atau reporter memiliki andil besar yaitu sebagai individu yang langsung terjun ke lapangan. Dalam proses pembentukan sebuah pemberitaan di majalah Tempo, wartawan atau reporter dapat memberikan pengaruh lewat rapat kompartemen dan rapat besar. Bahkan penentuan angel pun ditentukan oleh reporter, sedangkan redaktur hanya mempertajam angel. Seperti saya selain mengumpulkan data juga menginginkan angel tulisan seperti ini. Semua penentuan berdasarkan rapat kompartemen dan rapat besar jadi yang gak absen kita sebagai reporter. Cukup berpengaruh karena dia yang mengumpulkan 135 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h 66-91