Menghardik anak yatim Tidak menganjurkan memberi makan orang miskin

21 yatim dan fakir miskin itu menjadi perasaan bersama, menjadi budipekerti yang umum.

d. Kecelakaan bagi orang-orang yang shalat

Orang-orang yang shalat, yang secara lahiriah melaksanakan gerakan dan ucapan yang mereka namakan “shalat”. Sementara mereka tetap lalai akan shalat mereka. Yakni, hati mereka lalai akan apa yang mereka baca dan mereka kerjakan. 45

e. Lalai terhadap shalatnya

Orang yang melalaikan shalat adalah orang yang mengerjakan shalat, akan tetapi hatinya menuju kepada sesuatu yang lain, sehingga pada akhirnya ia melalaikan tujuan pokoknya. 46

f. Riya

Orang yang bersifat riya kadang-kadang dia bermuka manis kepada anak yatim. Kadang-kadang dia menganjurkan memberi makan fakir miskin, kadang- kadang kelihatan dia khusyu‟ sembahyang tetapi semuanya itu dikerjakannya karen riya. Yaitu karena ingin dilihat, dijadikan reklame. Karena ingin dipuji orang. Hidupnya penuh dengan kebohongan dan kepalsuan. 47

g. Enggan memberikan bantuan

Melarang orang berbuat kebajikan karena tidak tergerak sedikitpun hatinya untuk membantu orang lain, untuk meringankan kesulitan orang 45 Syaikh Muh ammad „Abduh, Tafsîr al-Qur‟ân al-Karîm juz „Amma, h. 333. 46 M. Quraish Shihab, Tafsir al- Qur‟an al-Karim Tafsir atas Surah-surah pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu Bandung: Pustaka Hidayah, 1997, h. 622. 47 Haji „Abdulmalik „Abdulkarîm Amrullah, Tafsîr al- Azhar, vol. XXX, h. 282. 22 lain. Dia menghalang-halangi kalau ada orang yang akan melakukan pertolongan tersebut. Dengan berbagai cara dan dalih dia berusaha agar pertolongan dan bantuan tidak terjadi. Dalam hatinya hanya ada kebencian terhadap orang-orang yang lemah dan melarat. 48

5. Terma Yatim

Kata yatîm jamaknya aitâm atau yatâmâ dalam al- Qur‟ân disebut sebanyak 23 kali. Dalam bentuk mufrad sebanyak 8 kali, musannâ 2 kali, dan bentuk jamak sebanyak 14 kali. 49 Anak yatim adalah anak yang tidak mempunyai ayah. Anak yang tidak mempunyai ayah adalah symbol dari kelemahan, karena tidak ada lagi yang memberinya nafkah, tidak ada lagi yang mendidiknya dan tidak ada tempat hidupnya bergantung. Inilah bentuk pertama dari orang-orang yang lemah. 50 Ada dua persoalan penting yang dihadapi oleh anak-anak yatim yakni dimensi psikologis dan dimensi ekonomis. Secara psikologis, anak-anak yatim adalah anak-anak yang kehilangan orang tua, bapak dan ibu, yang memberikan perlindungan, rasa aman, cinta dan kasih sayang. Sementara secara ekonomis, anak-anak yatim adalah anak-anak yang kehilangan orang tua yang memberikan nafkah untuk kelangsungan hidup, kesehatan dan pendidikan. Anak-anak yatim dari kalangan kaum dhu‟afâ kehilangan dua- duanya sekaligus, kehilangan dimensi psikologis maupun dimensi ekonomis. 48 M. Yunan Yusuf, Tafsîr juz „Amma as-Siraju „L Wahhaj: Terang Cahaya Juz „Amma, vol. XXX. h. 781. 49 Departemen Agama, Tafsîr al- Qur‟ân Tematik: al-Qur‟ân dan Pemberdayaan Kaum D huafâ‟, h. 219. 50 M. Yunan Yusuf, Tafsîr juz „Amma as-Siraju „L Wahhaj: Terang Cahaya Juz „Amma, vol. XXX, h. 779.