Hubungan Nilai dan Pesan Al-Qur’ân

39 Al- Qur‟ân mampu mengubah pola pikir, sikap dan tingkah laku, baik individu maupun masyarakat, di mana pun berada. Dalam arti kata bahwa mulai dari jaman Nabi saw sampai sekarang. Al- Qur‟ân merupakan satu- satunya alternatif untuk mengubah sikap dan pola pikir masyarakat. 78 Pesan al- Qur’ân 1. Nilai Pesan al- Qur‟ân mempunyai nilai yang sangat penting untuk dijadikan gambaran kepada manusia tentang hal-hal yang semestinya untuk dilakukan dalam kehidupannya. Contoh nilai dalam al- Qur‟ân:               . Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Q.S. al-Baqarah: 183. 79 Kandungan ayat diatas adalah nilai dari diperintahkannya ibadah puasa yakni supaya bertakwa kepada Allah sang pencipta langit dan bumi. Dan dapat memberikan pelajaran bagi kaum hartawan akan pahitnya rasa lapar seperti yang dirasakan oleh kaum lemah, Dengan demikian diharapkan mereka mau untuk membantu kaum lemah yang sangat membutuhkan bantuan. 78 Umar Syihab, Kontekstualisasi al- Qur‟ân: Kajian Tematik atas ayat-ayat Hukum dalam al- Qur‟ân, h. 41. 79 Q.S. al-Baqarah ayat 183. 40                         Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab al- Qur ‟ân dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan- perbuatan keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Q.S. al-Ankabût: 45. 80 Kandungan ayat diatas adalah nilai dari diperintahkannya ibadah shalat yakni seseorang dapat tercegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan dengan memahami subtansi shalatnya seseorang dapat memberikan kebaikan terhadap sesama yakni memberikan bantuan bagi yang membutuhkan. 2. Norma Norma adalah peraturan-peraturan yang dari situ manusia diharapkan mematuhinya dalam hubungannya dengan orang lain. Norma tidak hanya menyediakan petunjuk-petunjuk perilaku yang baik dalam situasi tertentu tetapi juga memberikan ekspektasi mengenai bagaimana orang lain akan merespon perilakunya. 81 Contoh norma dalam al- Qur‟ân:                  . Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu membawa 80 Q.S. al-Ankabût ayat 45. 81 Yusron Razak, Sosilogi Sebuah Pengantar Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008, h.144. 41 urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, Padahal kamu mengetahui. Q.S. Al-Baqarah: 188. 82 Kandungan ayat diatas adalah norma atau aturan yakni dilarangnya memakan harta orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syari‟at Islam.                                         . Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil,Kendatipun ia adalah kerabatmu,dan penuhilah janji Allah[520]. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. Q.S. al- an‟am: 152. 83 Kandungan ayat diatas adalah norma atau aturan yakni dilarangnya memakan harta orang anak yatim dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syari‟at Islam.          . Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. Q.S. al- Isrâ‟: 32. 84 82 Q.S. Al-Baqarah ayat 188. 83 Q.S. al- an‟am ayat 152 84 Q.S. al-Isrâ ayat 32 42 Kandungan ayat diatas adalah norma atau aturan yakni dilarangnya mendekati zina karena zina merupakan perbuatan yang keji.                   .                                                        .                                                . Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan yang ditempuh. diharamkan atas kamu mengawini ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak- anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu mertua; anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu dan sudah kamu ceraikan, Maka tidak berdosa kamu mengawininya; dan diharamkan bagimu isteri-isteri anak kandungmu menantu; dan 43 menghimpunkan dalam perkawinan dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. dan diharamkan juga kamu mengawini wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki Allah telah menetapkan hukum itu sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian yaitu mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati campuri di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya dengan sempurna, sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Q.S. al- Nisâ‟: 22-24. 85 Kandungan ayat diatas adalah norma atau aturan yakni mengenai perkawinan. 3. Sistem Sistem adalah seperangkat atau pengaturan unsur yang saling berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan. 86 Contoh sistem dalam al- Qur‟ân:     .   .   .   .    .     .   .    .      .     .   . Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan. dan gunung- gunung sebagai pasak?. dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan. dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat. dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. dan Kami bina di atas kamu tujuh buah langit yang kokoh. dan Kami jadikan pelita yang Amat terang matahari. dan Kami turunkan dari awan air yang banyak 85 Q.S. al- Nisâ‟ ayat 22 -24. 86 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Jakarta: Modern English Press, 1995, h. 1442. 44 tercurah. supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh- tumbuhan. dan kebun-kebun yang lebat?. Q.S. al- Nabâ‟: 6-16. 87                                          . Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.Q.S. al-Baqarah: 178. 88                    . wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula. mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka yang menuduh itu. bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia surga. Q.S. Al-Nûr: 26. 89 4. Konsep Konsep adalah gambaran mental suatu objek, proses, atau apapun yang berada di luar biasa, yang dulu digunakan oleh akal budi untuk memahami masalah-masalah lainnya. 90 87 Q.S. al- Nabâ‟ ayat 6-16. 88 Q.S. al-Baqarah ayat 178. 89 Q.S. Al-Nûr ayat 26. 90 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Jakarta: Modern English Press, 1995, h. 764. 45 Saat membaca al-Q ur‟ân, kita seringkali menemukan berbagai konsep yang sudah kita kenal sebelumnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Konsep- konsep itu merupakan kunci bagi kita untuk memahami al- Qur‟an. Misalnya hikmah, kesabaran, kesetiaan, dan konsep berupa sifat-sifat Allah SWT. Contoh konsep dalam al- Qur‟ân: a. Konsep penciptaan Manusia didalam al-Qur‟ân        .       .                       . Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berasal dari tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh rahim. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Q.S. al- Mu‟minûn: 12-14. 91 b. Konsep penciptaan langit dan bumi didalam al-Qur‟ân                                   . Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan diciptakan-Nya pula matahari, bulan dan bintang-bintang masing- masing tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam. Q.S. al- A‟raf: 54. 92 91 Q.S. al- Mu‟minûn ayat 12-14. 92 Q.S. al- A‟raf ayat 54. 46             dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.Q.S. Al- Anbiyâ‟: 33. 93                            Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Q.S. al-Zumar: 5. 94                               . Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. yang berbuat demikian Itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan orang-orang yang kamu seru sembah selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Q.S. Fathir: 13. 95          .          .     93 Q.S. Al- Anbiyâ‟ ayat 33. 94 Q.S. al-Zumar ayat 5. 95 Q.S. Fathir ayat 13. 47    .                 . dan suatu tanda kekuasaan Allah yang besar bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, Maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua. tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. Q.S. Yâsin: 37-40. 96 96 Q.S. Yâsin ayat 37-40. 48

BAB IV NILAI-NILAI SOSIAL SURAH AL-

MÂ’ÛN Nilai sosial adalah kualitas perilaku, pikiran, dan karakter yang dianggap masyarakat baik dan benar, hasilnya diinginkan, dan layak ditiru oleh orang lain. 97 Nilai sosial yang terkandung dalam sûrah al- Mâ‟ûn ini merupakan perintah kepada setiap manusia untuk merealisasikannya dalam kehidupan. Dibawah ini akan dipaparkan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam sûrah al- Mâ‟ûn sebagai berikut:

A. Pentingnya Memahami Agama dengan Benar

Agama adalah hubungan pribadi antara seseorang dengan Tuhan yang diyakininya, termasuk dalam hubungan itu pandangan dan perasaannya terhadap yang Maha Kuasa lagi Maha Agung itu. 98 Agama adalah hubungan yang dirasakan antara jiwa manusia dan satu kekuatan Yang Maha Dahsyat, dengan sifat-sifat-Nya yang amat indah dan sempurna, dan mendorong jiwa itu untuk mengabdi dan mendekatkan diri kepada-Nya. Pengabdian itu dilakukan baik karena takut maupun karena berharap memperoleh kasih-Nya yang khusus, atau bisa juga karena dorongan kagum dan cinta. 99 97 Idianto Muin, Sosiologi SMAMA Jilid 1 untuk SMAMA Kelas X Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006, h. 47. 98 M. Quraish Shihab, Fatwa-Fatwa Seputar Wawasan Agama Jakarta: Mizan, 1999, h. 242. 99 M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: al- Qur‟ân dan Dinamika Kehidupan Mayarakat, h. 22-23. 49 Ada dua pesan pokok agama yakni: Pertama, memberikan pesan dan ajaran agar seseorang memiliki visi dan makna hidup yang bersumber dari kesadaran iman. Kita semua berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya, sehingga apa pun yang kita perbuat selama di dunia ini mesti dipertanggungjawabkan kelak. Kedua, dengan pemahaman dan penghayatan agama, seseorang bisa tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, senantiasa menebarkan damai dan manfaat bagi sesamanya. Rasulullah Muhammad Saw. Bersabda, “ sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak “ Dalam sabdanya yang lain dikatakan, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya dan paling banyak memberi manfaat bagi sesamanya”. 100 Hakikat pembenaran agama bukanlah ucapan dengan lidah, tetapi perubahan positif dalam jiwa yang mendorong kepada kebaikan dan kebajikan terhadap saudaranya sesama manusia, terhadap mereka yang membutuhkan bantuan dan perlindungan. Allah menghendaki terhadap manusia dalam perkataan dan perbuatannya sejalan sebab kalau tidak, maka itu semua hampa, tidak berarti dan tidak dipandang-Nya. 101 Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban untuk menyembah, kewajiban ini sesuai dengan tujuan al-Khaliq menciptakan manusia. Allah SWT berfirman: 100 Komaruddin Hidayat, Agama Punya Seribu Nyawa Jakarta: Noura Books, 2012, h. 83-84. 101 M. Quraish Shihab. Menabur Pesan Ilahi: al- Qur‟ân dan Dinamika Kehidupan Masyarakat Jakarta: Lentera Hati, 2006, h. 27.