Teks, Terjemah dan Kata Kunci Penting

13 memberi bantuan kepada anak yatim. Kalau ada anak yatim yang datang kepadanya, bukan saja tidak diperdulikan, tetapi juga diusir mentah-mentah. 22 Kata ميتيلا al-yatîm terambil dari kata متي yutm yang berarti kesendirian atau dapat diartikan dengan anak yang belum dewasa yang ayahnya telah wafat. Kematian ayah, bagi seorang yang belum dewasa, menjadikannya kehilangan pelindung, ia seakan-akan menjadi sendirian, sebatang kara, karena itu ia dinamai yatim. 23 kata ضحي “yahuddu” menganjurkan mengisyaratkan bahwa mereka yang tidak memilki kelebihan apapun tetap dituntut paling sedikit berperan sebagai “penganjur pemberi pangan”.. 24 kata يكسم diartikan dengan serba kekurangan berpenghasilan sangat rendah. Maka yang disebut miskin adalah kelompok orang yang sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Oleh karena itu mereka harus diperhatikan dan ditolong bukan sebaliknya. 25 Kata يلصم dapat diartikan dengan shalat yang tidak sempurna, tidak khusyu‟, tidak pula memperhatikan syarat dan rukun-rukunnya, atau tidak menghayati arti dan tujuan hakiki dari ibadah tersebut. 26 22 M. Yunan Yusuf, T afsîr juz „Amma as-Siraju „L Wahhaj: Terang Cahaya Juz „Amma, vol. XXX, h. 779-780. 23 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur‟ân, vol. 15, h. 547. 24 Shihab, Tafsîr al-Mishbah, h. 547. 25 Departemen Agama, Tafsîr al-Qur ‟ân Tematik: al-Qur‟ân dan Pemberdayaan Kaum D huafâ‟, h. 46-47. 26 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur‟ân, vol. 15, h. 549-550. 14 Kata ه س dapat diartikan dengan orang-orang yang meninggalkan shalat, dan dapat diartikan dengan orang-orang yang bershalat yang tidak memahami dan memiliki apa rahasia ucapan dan perbuatan yang mereka lakukan itu. 27 Kata وءا ي yurâ‟ûn terambil dari kata ا ra‟â yang berarti melihat. Dari akar kata yang sama lahir kata riyâ‟ yakni melakukan pekerjaannya sambil melihat manusia, sehingga jika tak ada yang melihatnya mereka tidak melakukannya. 28 kata ع لا diartikan barang-barang kecil atau kebutuhan sehari-hari yang berguna. 29

B. Tafsir

1. Asbab an-Nuzul

Riwayat yang menyebutkan tentang latar belakang turun sûrah al- Mâ‟ûn yang mulia ini berkaitan dengan orang-orang munafik, seperti dalam riwayat berikut: Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dari Tharif bin Abi Thalhah yang bersumber dari Ibnu „Abbâs yaitu sehubungan dengan firman-Nya : “Maka neraka Weil lah bagi orang-orang yang shalat.” Ibnu „Abbâs telah menceritakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang munafik karena mereka selalu memamerkan shalat mereka di hadapan 27 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, al-Bayân: Tafsîr Penjelas al- Qur‟ânul Karîm Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002, h. 1617. 28 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishba: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur‟ân,vol. 15, h. 550-551. 29 Budi santoso, Kamus al- Qur‟ân: Tiga Bahasa Arab, Indonesia, Inggris Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008, h. 512. 15 orang-orang mukmin secara riya, sewaktu orang-orang mukmin berada di antara mereka. Tetapi jika orang-orang mukmin tidak ada, mereka meninggalkan shalat, juga mereka tidak mau memberikan pinjaman barang-barang miliknya kepada orang-orang mukmin. 30

2. Munasabah antar sûrah:

Dalam kandungan sûrah Quraisy kita dapatkan perintah untuk ikhlas beribadah kepada Allah SWT yang telah mendirikan ka‟bah sebagai simbol pemersatu arah sholat. Yaitu tuhan yang disembah itu adalah Allah yang memberi makan orang-orang yang lapar dan memberi mereka perasaan aman dan damai bukan seperti tuhan-tuhan berhala yang mereka sembah yang tidak bisa memberi manfaat maupun mudharat bagi penyembahnya dalam sûrah al- Mâ‟ûn Allah memberi stigma kepada orang-orang yang tidak peduli kepada anak yatim dan tidak mau memberi makan orang miskin karena mereka hanya mengerjakan sholat mengharapkan pujian hingga mereka diancam api neraka wail. 31 Dan ada pula yang menyebutkan bahwa munasabahnya yakni : Anak-anak yatim dan faqir miskin adalah bagian dari kelompok masyarakat yang sangat dicintai oleh Rasulullah SWT, bahkan dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa beliau Rasulullah sangat dekat dengan mereka. Perhatian terhadap mereka sangat diutamakan, sebagaimana tersebut dalam sebuah ayat : 30 M. Yunan Yusuf, Tafsîr Juz „Amma as-Siraju‟l Wahhaj: Terang Cahaya Juz „Amma, vol. XXX, h. 777. 31 Ahmad Mustafâ al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî. Penerjemah Bahrun Abu bakar dkk, vol. XXX Semarang: Toha Putra Semarang, 1986, h. 433.