BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Persediaan Pangan Keluarga Dengan Kejadian Kurang Energi Protein
Ketahanan pangan ditingkat rumah tangga sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan dikonsumsi oleh setiap anggota keluarga untuk mencapai gizi
baik,oleh karena itu perlu adanya persediaan pangan di tingkat keluarga. Hasil analisis bivariat diperoleh variabel persediaan pangan keluarga kurang
pada kelompok kasus sebesar 82,5, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 48,3 perbedaan ini signifikan dengan p = 0,000 dan OR : 5,039.
Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap 5 variabel independen didapatkan hasil p = 0,000 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara
persediaan pangan keluarga dengan kejadian kurang energi protein dan OR berubah menjadi 4,713 OR Adjusted. Hasil akhir analisis multivariat terhadap 4 variabel
didapatkan hasil p = 0,000 dan OR berubah menjadi 4,748 OR Adjusted. Dengan demikian dalam penelitian ini persediaan pangan keluarga mempengaruhi kejadian
kurang energi protein. Hal ini sesuai dengan penelitian Andra Fikar di Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2003 dengan hasilnya ada hubungan yang signifikan
antara ketersediaan pangan dengan terjadinya kurang energi protein dengan nilai odds ratio 3,668.
Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007.
USU e-Repository © 2008
5.2. Hubungan Pola Asuh Anak Balita Dengan Kejadian Kurang Energi Protein
Pola asuh orang tua yang salah terhadap anak balita dapat mengakibatkan anak menderita kurang energi protein. Seorang anak balita mengalami kurang energi
protein yang diakibatkan kurang makan biasanya terjadi pada keluarga miskin, sedangkan untuk pola asuh yang salah terjadi pada keluarga mampu yang kurang
memperhatikan keseimbangan gizi makanan anaknya.
Anak balita kurang energi protein di Kecamatan Medan Denai masih banyak ditemukan imunisasinya kurang lengkap sesuai dengan umur yaitu 60,83, 41,67
diberikan menu makanan yang tidak seimbang, 37,5 tidak diberikan air susu ibu pertama kali keluar, makanan anak balita yang kurang bervariasi 81,67 sehingga
makanan yang dimakan tidak habis. Penyakit infeksi yang ditemukan pada anak balita kurang energi protein yaitu diare, campak dan cacar air.
Hasil analisis bivariat diperoleh variabel pola asuh anak balita tidak baik pada kelompok kasus sebesar 15,8, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 4,2
perbedaan ini signifikan dengan p = 0,005 dan OR : 4,327. Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap 5 variabel independen
didapatkan hasil p = 0,008 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pola asuh anak balita dengan kejadian kurang energi protein dan OR berubah menjadi
4,585 OR Adjusted. Hasil akhir analisis multivariat terhadap 4 variabel didapatkan hasil p = 0,006 dan OR berubah menjadi 4,896 OR Adjusted. Dengan demikian
Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007.
USU e-Repository © 2008
dalam penelitian ini pola asuh anak balita mempengaruhi kejadian kurang energi protein. Hal ini sesuai dengan penelitian Zul Amri di Provinsi Sumatera Barat Tahun
2003 yang didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara pola asuh anak dengan status gizi dengan odds ratio 1,30.
5.3 Hubungan Pengetahuan Gizi ibu Dengan Kejadian Kurang Energi Protein