Merendahkan Suara Saat Berkomunikasi

itu, tidak mengherankan apabila kebohongan seperti itu dipandang sebagai dusta yang besar. 44 Termasuk dalam berbohong adalah memberikan kesaksian palsu, yang juga dilarang oleh Allah Swt, sebagaimana dinyatakan dalam Firman-Nya: ٧ ٢ “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya. 45 ” QS. Al-Furqan: 72 Berdasarkan ayat-ayat dan hadits-hadits diatas dapat diketahui bahwa Islam sangat mencela umat yang suka berbohong atau berkata keji. Oleh karena itu, setiap muslim hendaklah menjauhi perkataan bohong dan perkataan keji. Orang yang dikenal sebagai pembohong atau suka berkata keji, maka ia akan sulit dipercaya orang, sehingga kehidupannya akan sempit karena orang lain tidak akan bergaul dengan pembohong. Bahkan orang-orang akan membencinya, karena tidak sedikit yang dirugikan oleh perbuatannya.

2. Merendahkan Suara Saat Berkomunikasi

Seseorang tidak diperbolehkan untuk bersuara keras yang tidak sepadan dengannya atau yang lebih tua, apalagi jika bergaul dengan orang ramai di tempat umum. Orang yang tidak tahu sopan santun lupa bahwa 44 Ismail bin Amr bin Katsir al-Dimasyqi Abu al-Fidâ, Tafsir al-Qur’an al-Azhim Ibnu Katsir , Beirut: Dar al-Fikr, 14121992, Jilid. 3, hal. 334. 45 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid.7, hal. 38. ditemat itu bukanlah dia berdua dengan temannya itu saja yang duduk. Oleh karena itu, orang yang bersuara keras bukan pada tempatnya diibaratkan sebagai suara keledai yang memekakkan telinga dan sangat tidak disukai oleh manusia. Maka tidak mengherankan jika suara keledai dipandang sebagia suara paling buruk. Dalam al-Qur’an ayat yang berkenaan dengan masalah di atas terdapat pada surat Luqman ayat 19 dan al-Hujurat ayat 3. Allah Swt. berfirman: ١ ٩ “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. 46 ” QS. Luqman: 19 Hamka mengutip pendapat Mujahid yang berpendapat bahwa suara keledai sangatlah jelek. Oleh karena itu. Orang-orang yang bersuara keras, menghardik-hardik, sampai seperti akan pecah kerongkongannya, suaranya jadi terbalik-balik, menyerupai suara keledai, tidak enak didengar. Dan dia pun tidak disukai oleh Allah Swt. 47 Seseorang sebaiknya berkata dengan lemah lembut. Namun demikian, ia dibolehkan untuk berbicara keras ketika seseorang sedang mengarahkan orang banyak dalam suatu pekerjaan. Begitu seorang komandan ketika mengarahkan pasukannya di medan perang. 46 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid. 7, hal. 545. 47 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta : Pustaka Panji Mas, 1984, Juzu’:. 21, hal. 135. Orang yang berusaha untuk bersuara lembut apalagi ketika bersama Rasulullah Saw. ternyata mendapat pujian dari Allah Swt. dan akan memperoleh pahala di sisi-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya: ٣ “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertaqwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar. 48 ” QS. Al-Hujurat: 3 Sebab turunnya ayat ini: Rosulullah memanggil Tsabit bin Qais dab berkata, “ sukakah engkau hidup dalam kemulian dan nantinya meninggal dalam keadaan syahid?’ Tsabit segera menjawab, “ Ya, saya senang dengan kabar gembira yang saya terima dari Allah dan Rasul-Nya ini. Saya berjanji tidak akan pernah lagi berbicara lebih keras dari suara Rosulullah.’ Allah lalu menurunkan ayat Q.S. al-Hujurat: 3. 49 Menurut al-Qurtubi, ayat tersebut merupakan larangan agar tidak meninggikan suara ketika sedang berada di sisi Nabi. Ia juga mengutip pendapat sebagian ulama yang berpendapat bahwa dihukumi makruh meninggikan suara di dekat kuburan Nabi. Sedangkan menurut Qadhi Abu Bakar al-‘Arabi, bahwa keharusan untuk menghormati Nabi ketika sudah meninggal sama dengan keharusan untuk menghormati Nabi ketika masih 48 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-1, Jilid. 9, hal. 395. 49 Jalaluddin AS-Suyuthi, Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2008, hal. 522. hidup. Begitu pula keharusan untuk menyimak suara Nabi sama dengan keharusan untuk mendengarkan hadits-haditsnya di tempat-tempat mencari ilmu. 50 Walaupun ayat tersebut tampaknya dikhususkan ketika seseorang sedang berada di sisi Nabi, namun tidak berarti bahwa seseorang dibebaskan untuk berbicara seenaknya di hadapan orang lain, sebab menghormati orang lain termasuk perintah agama Islam, baik dalam bersikap maupun dalam bicara. Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an tidak hanya mengatur isi atau materi pembicaraan, tetapi juga memperhatikan intonasi suara. Hal tersebut dikarenakan isi pembicaraan yang baik kalau disampaikan dengan suara keras yang memekakan tidak akan mungkin diterima oleh pendengar dengan baik, sebaiknya bisa menimbulkan percekcokan. Oleh karena itu, Al-Qur’an mengatur agar pembicara merendahkan suaranya saat berbicara.

1. Wanita Dilarang Bersikap Manja Ketika Berkomunikasi