Prinsip Komunikasi dalam Al-Qur’an

f. Poetic Speech, adalah komunikasi lisan secara verbal berkutat secara struktur penggunaan “kata” yang tepat melalui perindahan pilihan “kata”, ketepatan unkapan, menggambarkan rasa seni dan pandangan serta gaya- gaya lain yang khas.

C. Prinsip Komunikasi dalam Al-Qur’an

Dalam proses komunikasi paling tidak terdapat tiga unsur, yaitu: komunikator, media dan komunikan. 14 Para pakar komunikasi juga menjelaskan bahwa komunikasi tidak hanya bersifat informatif, yakni agar orang lain mengerti dan paham, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain mau menerima ajaran atau informasi yang disampaikan, melakukan kegiatan atau perbuatan, dan lain-lain. komunikasi bukan hanya terkait dengan penyampaian informasi, akan tetapi juga bertujuan pembentukan pendapat umum public opinion dan sikap publik public attitude. Meskipun al-Quran secara spesifik tidak membicarakan masalah komunikasi, namun jika diteliti ada banyak ayat yang memberikan gambaran umum prinsip-prinsip komunikasi. Dalam hal ini dengan melihat kata qaul dalam konteks perintah, penulis menyimpulkan bahwa ada enam prinsip komunikasi, yaitu: Qaulan Sadidan QS 4:9, 33:70, Qaulan BalighanQS 4:63, Qaulan MasyuranQS 17:28, Qaulan LayyinanQS 20:44, Qaulan KarimanQS 17:23, Qaulan Ma’rufanQS 4:5. Yang diantaranya adalah: 14 YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarta, Grasindo, 1998, hal. 69. a. Prinsip Qaulan Balighan Di dalam al-Quran kata qaulan baligh hanya disebutkan sekali, yaitu surah an-Nisa: 63: ﺎ ٦ ٣ “Mereka itu adalah orang-orang yang sesungguhnya Allah mengetahui apa yang di dalam hatinya. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka nasehat, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwanya.” 15 QS An-Nisa: 63 Kata baligh dalam bahasa Arab artinya sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan qaul ucapan atau komunikasi, ‘baligh’ berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Karena itu, prinsip qaulan balighan dapat diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang efektif. Secara rinci, para pakar sastra, seperti yang dikutip oleh Quraish Shihab, membuat kriteria-kriteria khusus tentang suatu pesan dianggap baligh, antara lain: 16 Tertampungnya seluruh pesan dalam kalimat yang disampaikan Kalimatnya tidak bertele-tele, juga tidak terlalu pendek sehingga pengertiannya menjadi kabur Pilihan kosa katanya tidak dirasakan asing bagi si pendengar Kesesuaian kandungan dan gaya bahasa dengan lawan bicara Kesesuaian dengan tata bahasa. b. Prinsip Qaulan Kariman 15 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid.2, hal. 199-200. 16 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’anJakarta: Lentera Hati, 2000, jilid. 2, hal. 468 . Dalam al-Qur’an terdapat satu ayat yang memuat redaksi qaulan kariman, yaitu pada surat al-Isra ayat 23: ٢ ٣ “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya Perkataan ah dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. 17 ”QS. al-Isra: 23 Dari sisi substansi ayat, firman Allah ini dalam pemahaman Hamka merupakan ayat yang menerangkan etika akhlak muslim yang berusaha menerangkan dasar budi pekerti dan kehidupan muslim. Akhlak pertama yang dibahas adalah etika atau akhlak kepada Allah yang merupakan pokok budi yang sejati. Sebab hanya Allah yang berjasa kepada kita, yang menganugerahi kita hidup, memberi rezeki, memberikan perlindungan dan akal, tidak ada yang lain hanya Allah. 18 Sedangkan akhlak yang kedua adalah berbakti kepada kedua orang tua dengan cara berkhidmat kepada ibu dan bapak, menghormati keduanya yang telah menjadi penyebab bagi kita sehingga kita dapat hidup di dunia ini yang merupakan kewajiban kedua setelah beribadah kepada Allah. 17 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya , Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke- 3, Jilid. 5, hal. 458. 18 Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984, Juz. 15, hal. 63. Dalam ayat ini lebih lanjut secara teknis dijelaskan ketentuan etika yang baik menurut al-Qur’an mengenai sikap terhadap kedua orang tua. Di antaranya adalah “jika keduanya atau salah seorang mereka, telah tua dalam pemeliharaan engkau, maka janganlah engkau berkata “uff” kepada keduanya”. Perkataan uffin, menurut Hamka adalah kalimat yang mengandung rasa bosan atau jengkel meskipun tidak keras diucapkan atau dengan kata lain seorang anak dituntut supaya menggunakan etika dalam berkomunikasi kepada kedua orang tuanya. Sedangkan etika komunikasi menurut ayat ini adalah . Qaulan Karima secara bahasa berarti perkataan yang mulia. Menurut Al-Mawardi adalah perkataan dan ucapan-ucapan yang baik yang mencerminkan sebuah kemuliaan. 19 Sedangkan dalam Al-Qur’an dan terjemahannya 20 . Diterjemahkan dengan perkataan yang baik. Al-Maraghi 21 , mengartikan dengan perkataan yang mulia. Selanjutnya ucapkanlah kepada mereka perkataan yang lemah lembut dan baik yang disertai dengan sikap sopan santun, hormat, ramah, tamah, dan bertatakrama. Ayat ini memberikan petunjuk bagaimana cara berprilaku dan berkomunikasi secara baik dan benar kepada kedua orang tua, terutama sekali, 19 KH. Mawardi Labay El-Sulthani, Lidah tidak berbohong, Al-Mawardi Prima: Jakarta, 2002 , hal. 35. 20 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke- 3, Jilid.5, hal. 458. 21 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar, dkk, Semarang: Toha Putra, 1993, Jilid. 15, hal. 51. di saat keduanya atau salah satunya sudah berusia lanjut. Dalam hal ini, al- Quran menggunakan term Karim, yang secara kebahasaan berarti mulia. Sayyid Quthb menyatakan bahwa perkataan yang Karim, dalam konteks hubungan dengan kedua orang tua, pada hakikatnya adalah tingkatan yang tertinggi yang harus dilakukan oleh seorang anak. Yakni, bagaimana ia berkata kepadanya, namun keduanya tetap merasa dimuliakan dan dihormati. 22 Qaul karim, adalah setiap perkataan yang dikenal lembut, baik, yang mengandung unsur pemuliaan dan penghormatan. c. Prinsip Qaulan Maysuran Istilah qaulan masyura hanya satu kali disebutkan dalam al-Qur’an yang terdapat dalam surat al-Isra ayat 28: ٢ ٨ “Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang lemah lembut . 23 ” Q.s. al-Isra: 28. Menurut Hamka, qaulan masyura adalah kata-kata yang menyenangkan. Berdasarkan konteksnya menurut Hamka qaulan masyura itu pantas diucapkan oleh orang kaya nan dermawan, berhati mulia dan sudi menolong kepada orang yang pantas ditolong, didalam situasi si dermawan tersebut sedang “kering” belum mampu memberikan pertolongan. Di dalam 22 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zilalil-Qur’an, penerjemah: As’ad Yasin dkk, Jakarta: Gema Insani Press, 2003, juz 13, hal. 318. 23 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid.5, hal. 464-465. al-Qur’an dan terjemahnya, 24 qaulan masyuran diartikan dengan ucapan yang lemah lembut. Demikian pula yang terdapat di dalam Tafsir al-Maraghi. 25 Sedangkan menurut Wahbah al-Zuhaily 26 dalam tafsirnya adalah, “Maka ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mudah dipahami, lunak dan lemah lembut.” Berdasarkan asbab an-Nuzulnya ayat tersebut diturunkan sebagai perintah kepada Nabi Muhammad Saw untuk menunjukan sikap yang arif dan bijak dalam menghadapi keluarga-keluarga dekat, orang miskin dan musafir ucapan yang manis dan pantas kepada mereka agar tetap bersabar dalam menghadap cemoohan dan hinaan serta bujukan harta kekayaan disamping mereka juga tidak sungkan memberikan harta kekayaannya kepada musuh- musuh Islam, yang karenanya bisa menghalangi dan memerangi umat Islam. 27 d. Prinsip Qaulan Marufan Secara bahasa, qaulan ma’rufa berarti perkataan yang ma’ruf membangun. Dengan demikian, ia mengandung pengertian perkataan dan ucapan-ucapan yang baik, santun, dan sopan. Perkataan yang baik akan menggambarkan kearifan. Perkataan yang santun akan menggambarkan kebijaksanaan. Dan perkataan yang sopan menggambarkan sikap terpelajar 24 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid.5, hal. 465. 25 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar, dkk, Semarang: Toha Putra, 1993,, jilid 15, hal. 71. 26 Wahbah Zuhaily, Tafsir Munir, Beirut: Dar al-Fikr, 1991, hal. 59. 27 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar, dkk, Semarang: Toha Putra, 1993, Jilid 15, hal. 71. dan kedewasaan. 28 Berkaitan dengan perkataan yang ma’ruf ini Allah Swt. berfirman: ٥ “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta mereka yang ada dalam kekuasaanmu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian dari hasil harta itu dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. 29 ” QS. An- Nisa: 5 Khithab pembicaraan pada ayat 5 surah an-Nisa tersebut ditujukan kepada semua umat dan larangannya mencakup setipa harta, yang intinya perintah agar memberikan harta kepada anak yatim apabila ia telah baligh dan memberikan mahar kepada isteri, kecuali apabila mereka termasuk orang safih dungu, yang tidak akan bisa menggunakan harta benda. Maka cegahlah harta mereka agar jangan disia-siakan dan peliharalah harta mereka olehmu hingga mereka dewasa. Kemudian hendaknya setiap wali menasehati orang yang diasuhnya apabila ia masih kecil dengan perkataan yang enak dan membuatnya menjadi penurut. 30 Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an mengharuskan setiap muslim untuk selektif dalam berbicara, antara lain 28 KH. Mawardi Labay El-Sulthani, Lidah tidak berbohong, Al-Mawardi Prima: Jakarta, 2002, hal. 42. 29 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2004, cet. Ke-1, Jilid. 2. hal. 114. 30 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar, dkk, Semarang: Toha Putra, 1993, jilid 4, hal. 333. dengan menggunakan kata-kata yang baik dan menjauhi kata-kata buruk. Kata-kata baik tersebut adalah kata-kata halus yang tidak menyinggung orang lain. Dengan kata lain, serang muslim hendaklah menghindari kata-kata kasar yang menyinggung lawan bicara, kata-kata tersebut diucapkan. Sebaliknya, ia harusg memperhatikan tatakrama bicara sesuai dengan lingkungan dimana ia hidup. Di dalam al-Quran term ini disebutkan sebanyak empat kali, yaitu QS al-Baqarah: 235, al-Nisa: 5 dan 8, al-Ahzab: 32. Di dalam QS al-Baqarah: 235, qaul maruf disebutkan dalam konteks meminang wanita yang telah ditinggal mati suaminya. Sementara di dalam QS an-Nisa: 5 dan 8, qaul maruf dinyatakan dalam konteks tanggung jawab atas harta seorang anak yang belum memanfaatkannya secara benar safih. Sedangkan di QS. al- Ahzab: 32, qaul maruf disebutkan dalam konteks istri-istri Nabi Saw. e. Prinsip Qaulan Layyinan Istilah qaulan layyinan hanya satu kali disebutkan dalam al-Qur’an yang terdapat dalam surat Thaha ayat 44: ٤ ٤ “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia sadar atau takut 31 . QS Thaha: 44 Pada ayat di atas Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun untuk menyerukan ayat-ayat Allah kepada Fir’aun dan kaumnya. Dikhususkan perintah berdakwah kepada Fir’aun setelah berdakwah secara 31 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirny, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid. 6, hal. 141. umum, karena jika Fir’aun sebagai raja sudah mau mendengarkan dan menerima dakwah mereka serta beriman kepada mereka, niscaya seluruh orang Mesir akan mengikutinya, sebagaimana dikatakan dalam pepatah, “manusia mengikuti agama raja mereka”. Wahbah al-Zuhaily 32 menafsirkan ayat tersebut dengan, “ Maka katakanlah kepadanya Fira’un dengan tutur kata yang lemah lembut penuh persaudaraan dan manis didengar, tidak menampakkan kekasaran dan nasehatilah dia dengn ucapan yang lemah lembut agar ia lebih tertarik. Karenanya ia akan merasa takut dengan siksa yang yang dijadikan oleh Allah melalui lisanmu”. Maksudnya adalah agar Nabi Musa dan Nabi Harun meninggalkan sikap yang kasar. Sementara yang dimaksud dengan qaul layyin adalah perkataan yang mengandung anjuran, ajakan, pemberian contoh, di mana si pembicara berusaha meyakinkan pihak lain bahwa apa yang disampaikan adalah benar dan rasional, dengan tidak bermaksud merendahkan pendapat atau pandangan orang yang diajak bicara tersebut. f. Prinsip Qaulan Sadidan Di dalam al-Quran kata qaulan sadidan disebutkan dua kali, pertama, QS. An-Nisa: 9: 32 Wahbah Zuhaily, Tafsir Munir, Beirut: Dar al-Fikr, 1991, Jilid. 15, hal. 215. ٩ “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara tutur kata yang benar.” 33 QS. an-Nisa: 9 Ayat diatas sebagai bukti adanya dampak negative dari perlakuan kepada anak yatim yang dapat terjadi kepada kehidupan dunia ini. Sebaliknya, amal-amal yang soleh dilakukan seoarang ayah dapat mengantar terpeliharanya harta dan peninggalan orang tua untuk anaknya yang menjadi yatim. 34 Muhammad Sayyid Tanthawi berpendapat bahwa ayat diatas ditujukan kepada semua pihak, siapapun, karena semua diperintahkan untuk berlaku adil, berucap yang benar dan tepat, dan semua khawatir akan mengalami apa yang digambarkan diatas. 35 Dan kedua, QS. al-Ahzab: 70 ٧ ٠ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar.” 36 QS. Al-Ahzab:70 33 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid. 2, hal. 114-115. 34 M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. 2, hal. 339. 35 M.Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. 2, h. 338. 36 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, jilid. 8, hal. 46. Ayat ini diawali dengan seruan kepada orang-orang beriman. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu konsekwensi keimanan adalah berkata dengan perkataan yang sadid. Atau dengan istilah lain, qaul sadid menduduki posisi yang cukup penting dalam konteks kualitas keimanan dan ketaqwaan seseorang. Sementara berkaitan dengan qaul sadid, terdapat banyak penafsiran, antara lain, perkataan yang jujur dan tepat. Perkataan yang tepat itu terkandunglah kata yang benar, 37 pembicaraan yang tepat sasaran dan perkataan yang disampaikan haruslah baik, benar dan mendidik. 38

D. Identifikasi Ayat-ayat Tentang Etika Komunikasi Lisan