hidup. Begitu pula keharusan untuk menyimak suara Nabi sama dengan keharusan untuk mendengarkan hadits-haditsnya di tempat-tempat mencari
ilmu.
50
Walaupun ayat tersebut tampaknya dikhususkan ketika seseorang sedang berada di sisi Nabi, namun tidak berarti bahwa seseorang
dibebaskan untuk berbicara seenaknya di hadapan orang lain, sebab menghormati orang lain termasuk perintah agama Islam, baik dalam
bersikap maupun dalam bicara. Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an
tidak hanya mengatur isi atau materi pembicaraan, tetapi juga memperhatikan intonasi suara. Hal tersebut dikarenakan isi pembicaraan
yang baik kalau disampaikan dengan suara keras yang memekakan tidak akan mungkin diterima oleh pendengar dengan baik, sebaiknya bisa
menimbulkan percekcokan. Oleh karena itu, Al-Qur’an mengatur agar pembicara merendahkan suaranya saat berbicara.
1. Wanita Dilarang Bersikap Manja Ketika Berkomunikasi
Wanita dikenal sebagai sosok yang memiliki daya tarik sangat besar khusunya terhadap lawan jenis. Oleh karena itu, dalam Islam
seoarng wanita diharuskan untk menjaga sikap ketika berkomunikasi dengan lawan jenis. Sebab, jika hal itu tidak diindahkan, maka akan
membawa kemadhartan.
50
Al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi, Beirut: Dar al-Fikr, 1984, Juz. 16, hal. 203.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika Allah Swt berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 32:
ﻲ ٣ ٢
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk lemah gemulai
dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.”
51
QS. Al-Ahzab: 32 Pada ayat ini Allah memperingatkan kepada istri Nabi Saw bahwa
mereka tidak dipersamakan dengan perempuan mukminat yang manapun dalam segi keutamaan dan penghormatan, jika mereka betul-betul
bertakwa. Oleh karena itu jika mengadakan pembicaraan dengan orang lain, maka mereka dilarang merendahkan suara yang dapat menimbulkan
perasaan kurang baik terhadap kesucian dank ehormatan mereka, terutama jika yang dihadapi itu orang-orang fasik atau munafik yang itukad
baiknya di ragukan.
52
Maksud dari “Maka janganlah kamu berlemah gemulai dengan perkataan”, adalah jika seorang Istri Rosulullah bercakap-cakap,
hendaklah percakapan itu yang tegas dan sopan, jangan genit. Jangan membuat perangai yang kurang pantas sebagai istri Rosulullah.
Sebenarnya, perintah tersebut tidak hanya ditujukan kepada para isteri
51
Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid. 8, hal. 3.
52
Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid. 8, hal. 4.
Nabi, tetapi ditujukan pula kepada wanita-wanita lainnya.
53
Hal itu sebagaimana dinyatakan oleh Ibn Katsir bahwa perintah tersebut ditujukan
kepada semua wanita, tidak hanya kepada para isteri-isteri Nabi saja, tetapi juga kepada semua perempuan, agar mereka tidak bermanja-manja ketika
berbicara sehingga mengundang gairah kaum laki-laki.
54
Ayat tersebut sangat relevan dengan kondisi zaman sekarang, dimana akhlak sebagian wanita sudah sangat mengkhawatirkan, baik
dalam segi perilaku maupun busana. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila kasus-kasus perkosaan semakin merajalela dimana-mana, sebab
perilaku sebagian wanita tampak seperti menantang gairah para lelaki. Sikap manja para wanita dalam berbicara tidak kalah berbahayanya
dari berpakaian yang mengumbar aurat, sebab gaya bicara yang diatur sedemikian rupa agar menarik perhatian lawan jenis juga akan
mengundang gairah seks para kaum lelaki. Begitu pula dalam bernyanyi, para wanita dilarang menyanyikan lagu-lagu yang bertemakan lagu-lagu
yang manja dan mengundang gairah seks apalagi jika dilakukan dengan pakaian seronok dan sengaja dipertontonkan kepada para lelaki.
55
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa ada ketentuan khusus untuk para wanita berkaitan dengan berbicara ini,
dimana mereka dilarang untuk bersikap manja ketika berbicara kepada
53
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. 11, hal. 261.
54
Ismail bin Amr bin Katsir al-Dimasyqi Abu al-Fidâ, Tafsir al-Qur’an al-Azhim Ibnu Katsir , Beirut: Dar al-Fikr, 14121992, Jilid. 3, hal. 583
55
Yusuf Qardhawi, Problematika Islam Masa Kini, terj. Ahmad Qasim, dkk, Bandung Trigenda Karya, 1996, hal.754-755.
lawan jenis yang bukan suaminya ataun muhrimnya. Hal tersebut dimaksudkan antara lain untuk menghindari fitnah. Karena wanita yang
bersikap manja dalam berbicara kepada lawan jenis akan menimbulkan birahi kepada lak-laki yang kurang kuat iman sehingga mendorong laki-
laki tersebut untuk melakukan perbuatan tercela.
C. Perintah Untuk Berkomunikasi Dengan Adil