Dalam Berkomunikasi Tidak Boleh Bohong dan Berkata Keji Batil

kepada mereka dengan qaulan sadidan sebagaimana mereka berbicara kepada anak-anaknya, yaitu dengan halus, baik dan sopan, lalu memanggil mereka dengan sebutan manja, seperti anakku, sayangku, dan sebagainya. 32 Walaupun kandungan ayat tersebut tampaknya dikhususkan bagi para wali anak yatim agar berkata lembut kepada anak-anak yatim yang diurusnya, namun tidak berarti bahwa kepada anak yang lain atau kepada orang lain diperbolehkan untuk berkata kasar dan berbohong, sebab pada dasarnya keharusan untuk berkata benar dan sopan adalah berlaku bagi semua umat Islam agar memperoleh kemashlahatan, baik di dunia maupun di akhirat. Selain perintah berkomunikasi dengan benar, dalam al-Qur’an juga melarang orang berkomunikasi seperti:

1. Dalam Berkomunikasi Tidak Boleh Bohong dan Berkata Keji Batil

Dalam al-Qur’an ayat yang berkenaan dengan masalah di atas terdapat pada surat an-Nisa: 148; al-An’am: 151; al-A’raf: 33; an-N`ahl: 90; al-Mu’minun: 3; an-Nur: 15, 16, 19, 21; al-Furqan: 72; As-Syu’ara: 165; an-Naml: 54, 55; dan al-Ankabut: 28. 1. Larangan Berkata Keji Di antara ayat-ayat yang melarang untuk berkata keji adalah sebagai berikut: ١ ٤ ٨ “Allah tidak menyukai ucapan buruk, yang diucapkan dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” 33 QS. An-Nisa: 148 32 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Kairo: Musthafa al-Babi al-Halabi, 1382H1962M, Jilid 2, hal. 193 33 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid. 2, hal. 299. Sebab turunnya ayat ini: Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa as- Suddi berkata, “ Ayat ini turun pada Nabi Swa. Ketika seorang kaya dan seorang fakir berselisih dan mengadukannya kepada beliau. Dan Rosulullah saw. Memihak orang yang fakir karena menurut beliau orang fakir tidak menzalimi orang yang kaya. Sedangkan Allah tepat ingin agar beliau berlaku adil kepada orang yang kaya dan fakir tersebut. 34 Dalam Tafsir Jalalain dinyatakan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah bahwa Allah Swt. tidak menyukai ucapan buruk, yakni ucapan yang akan menimbulkan keburukan. Hal itu merupakan perbuatan orang-orang zhalim. Namun demikian, tidak pula diperbolehkan untuk menceritakan perbuatan buruk orang-orang zhalim, atau mendoakan jelek kepada mereka. 35 Larangan tersebut dimaksudkan untuk menjaga tatanan kehidupan yang baik di masyarakat, sehingga tidak terjadi percekcokan dan keributan yang disebabkan oleh ucapan buruk. Dan realitas di masyarakat banyak sekali keributan atau perkelahian masal gara-gar ucapan buruk. Itulah sebabnya, ucapan buruk bisa dikategorikan sebagai perbuatan keji seperti dinyatakan dalam firman Allah Swt: 34 Jalaluddin AS-Suyuthi, Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2008, hal. 206. 35 Imam Jalalain, Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995, cet. II, jilid. 1, hal. 401. ١ ٥ ١ “Katakanlah: Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan dengan sesuatu sebab yang benar. demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahaminya.” 36 Al-An’am: 151 Larangan untuk tidak mendekati perbuatan-perbuatan keji tersebut, termasuk diantaranya larangan untuk mendekati perbuatan keji dalam berbicara, baik dari segi isi pembicaraan maupun cara pengungkapannya. Allah Swt berfirman: ٣ ٣ “Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengharamkan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. 37 Al-Araf: 33 Sebaliknya Allah Swt menyuruh hamba-Nya agar berlaku adil dan senantiasa berbuat kebaikan, serta menghindari berbagai kemungkinan termasuk dalam berbicara: 36 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid. 3, hal. 271. 37 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, jilid. jilid.3, hal. 394. ٩ ٠ “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” 38 QS.An-Nahl: 90 Sebaliknya, orang yang mampu menjaga ucapannya dangan baik sehingga tidak pernah berkata kotor atau berkata keji termasuk katagori orang yang berbahagia,sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya: ٣ “Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna. 39 QS.al-Mu’minun: 3 Ayat tersebut berkaitan dengan ayat sebelumnya yang berbicara tentang orang-orang yangmendapat kebahagiaan dalam pandangan Allah Swt. Bagai mana pun juga orang yang apik dalam tidak pernah menyakiti orang lain dengan perkataannya, tentu saja tidak akan pernah dimusuhi orang, namun sebaliknya ia akan disenangi dan disukai banyak orang. Dalam ayat yang lain dinyatakan bahwa berbuat keji tiada lain bersumber dari syaitan yang selalu berusaha agar manusia terjerumus pada perbuatan keji tersebut. Oleh karena itu Allah Swt. Melarang hamba- hamba-Nya agar tidak mengikuti perbuatan-perbuatan syaitan: 38 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, jilid. 5, hal. 372. 39 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid. 6, hal. 470. ٢ ١ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. 40 QS.An-Nuur: 21 Ayat tersebut dengan tegas mengharuskan umatt islam agar tidak mendekati perbuatan-perbuatan syaitan, agar manusia terhindar dari kejelekan dan perbuatn keji lainnya, termasuk di dalam berkata kotor. Namun demikian, harus diakui bahwa seseorang yang mampu mengendalikan dirinya dari perbuatan keji tidaklah terlepas dari pertolongan Allah Swt kepadanya. Oleh karena itu.setiap orang selalu berdoa’ agar bernantiasa dijauhkan dari dari sebagai perbuatan keji, baik dalam sikap, perilaku, maupun sehingga memperoleh kemaslahatan. Di antara perkataan yang tergolong perkataan keji antara lain: perkataan yang mengandung unsur buruk sangka, memata-matai orang, mencaci orang, gibah, dan lain-lain. 2. Larangan Berkata Bohong Ayat-ayat yang berkaitan dengan keharusan untuk berkata jujur, tidak bohong cukup banyak, diantaranya: 40 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid. 6, hal. 581. ١ ٠ ٥ “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. 41 ” QS. An-Nahl: 105 Itulah ancaman Allah Swt. bagi orang yang suka berbuat bohong, bahwa mereka dipandang sebagai orang yang tidak beriman. Hal itu dikarenakan orang yang suka berbohong sama artinya dengan orang yang tidak mengakui eksistensi Allah Swt. karena merasa tidak ada yang mengawasi, padahal Allah Swt. selalu mengawasi gerak-geriknya. Dalam salah satu hadits dinyatakan bahwa berkata bohong diantara ciri-ciri orang munafik Rasulullah Saw berabda: : “Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru r.a. ia berkata bahwa: Rosulullah Saw pernah bersabda: ada empat perkara jika siapa saja yang mempunyai empat perkara tersebut, maka dia merupakan orang munafik. Barangsiapa yang bersifat dengan salah satunya berarti dia memiliki sifat munafik, yaitu apabila berkata dia berdusta, apabila membuat persetujuan dia khianati, apabila berjanji dia menyalahi dan apabila bertikai dia melampaui batas. 42 Hal itu menunjukan bahwa berkata bohong akan menimbulkan bahaya besar dalam kehidupan seseorang atau akan menimbulkan bencana 41 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid. 5, hal. 390. 42 Muslim bin al-Hajjâj Abu al-Hasan al-Qusyaîrî an-Naisabûri, Sahih Muslim , Beirût: Dar al-Fikr, 1993, Juz.1, hal. 90. besar di antaranya bencana yang pernah terjadi di zaman Rosulullah Saw, akibat berita bohong adanya fitnah terhadap Siti Aisyah yang dituduh telah berbuat selingkuh dengan salah seorang sahabat. Berita tersebut menimbulkan keresahan dikalangan umat Islam saat itu. Peristiwa tersebut diungkapkan dalam Al-Qur’an: ١ ٥ ١ ٦ “Ingatlah di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar. Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau ya Tuhan kami, ini adalah Dusta yang besar. 43 QS An-Nur: 15-16 Kedua ayat tersebut berkaitan dengan fitnah yang menimpa kepada Siti Aisyah bahwa ia telah dituduh telah berbuat serong dengan laki-laki lain, sehingga menimbulkan gejolak dikalangan umat Islam saat itu. Berita tersebut menyebar dari mulut ke mulut yang dihembuskan oleh orang munafik. Padahal berita tersebut bohong belaka, namun tetap dampaknya sangat besar karena menyangkut nama istri Rosulullah Saw. Oleh karena 43 Tim Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, cet. Ke-3, Jilid.6, hal. 578. itu, tidak mengherankan apabila kebohongan seperti itu dipandang sebagai dusta yang besar. 44 Termasuk dalam berbohong adalah memberikan kesaksian palsu, yang juga dilarang oleh Allah Swt, sebagaimana dinyatakan dalam Firman-Nya: ٧ ٢ “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya. 45 ” QS. Al-Furqan: 72 Berdasarkan ayat-ayat dan hadits-hadits diatas dapat diketahui bahwa Islam sangat mencela umat yang suka berbohong atau berkata keji. Oleh karena itu, setiap muslim hendaklah menjauhi perkataan bohong dan perkataan keji. Orang yang dikenal sebagai pembohong atau suka berkata keji, maka ia akan sulit dipercaya orang, sehingga kehidupannya akan sempit karena orang lain tidak akan bergaul dengan pembohong. Bahkan orang-orang akan membencinya, karena tidak sedikit yang dirugikan oleh perbuatannya.

2. Merendahkan Suara Saat Berkomunikasi