receptor-2 TLR-2 pada monosit dan neutrofil. Aktivasi TLR-2 ini kemudian akan memicu produksi sitokin proinflamasi yang multipel, seperti IL-12, IL-8,
dan tumor necrosis factor TNF. Hipersensitivitas terhadap P. acnes dapat juga menjelaskan mengapa beberapa individu mengalami akne vulgaris inflamasi
sedangkan yang lain tidak. Inflamasi mungkin merupakan suatu fenomena primer atau sekunder.
Kebanyakan bukti sampai saat ini menyatakan bahwa akne vulgaris merupakan suatu respons inflamasi sekunder terhadap P. acnes. Meskipun demikian, ekspresi
IL- 1α telah diidentifikasi dalam mikrokomedo dan dapat berperan dalam
pembentukan akne vulgaris.
3
Faktor-faktor eksternal jarang ditemukan pada akne vulgaris. Beberapa bahan kosmetik dan minyak rambut dapat memperburuk akne vulgaris. Sejumlah
obat-obatan seperti steroid, litium, anti epilepsi dan iodium dapat mencetuskan akne vulgaris. Hiperplasia adrenal kongenital, polycystic ovarian syndrome
PCOS, dan kelainan-kelainan endokrin yang lain dengan peningkatan produksi dan pelepasan androgen dapat memicu perkembangan akne vulgaris.
3
2.1.3 Gambaran klinis
3
Lesi kulit pada akne vulgaris adalah erupsi polimorf dengan gejala predominan salah satunya berupa komedo, papul yang tidak beradang dan pustul,
nodul dan kista yang beradang. Tempat predileksi akne vulgaris adalah pada daerah dengan jumlah kelenjar sebasea yang padat seperti wajah, bahu, dada
bagian atas dan punggung bagian atas. Umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetik walaupun terkadang dapat disertai rasa gatal.
3,16,17
Universitas Sumatera Utara
Komedo adalah gejala patognomonik pada akne vulgaris berupa papul milier yang ditengahnya mengandung sebum. Komedo dapat terbagi dua yaitu
komedo terbuka black head, open comedo berwarna hitam karena mengandung unsur melanin yang teroksidasi dan komedo tertutup white head, close comedo
yang letaknya lebih dalam dan tidak mengandung unsur melanin.
2.1.4 Gradasi akne vulgaris
17
Metode untuk pengukuran derajat keparahan akne vulgaris meliputi gradasi sederhana berdasarkan pada pemeriksaan klinis, penghitungan lesi, dan
yang memerlukan instrumen seperti fotografi, fotografi fluorosen, fotografi cahaya polarisasi, video mikroskopi, dan pengukuran produksi sebum. Ada dua
pengukuran yang sering digunakan yaitu gradasi dan penghitungan lesi. Gradasi akne vulgaris adalah suatu metode subyektif yang digunakan
untuk menetapkan keparahan akne vulgaris berdasarkan observasi lesi yang dominan, evaluasi keberadaan ketidakberadaan lesi inflamasi dan luasnya area
kulit yang terlibat. Penghitungan lesi meliputi pencatatan jumlah tiap tipe lesi akne dan menetapkan derajat keparahan secara keseluruhan.
18,19
Ada berbagai pola pembagian gradasi penyakit akne vulgaris yaitu:
18
A. James dan Tisserand 1958 membuat gradasi sebagai berikut
18
Derajat 1 : Akne non inflamasi sederhana dengan komedo dan sedikit papul. :
Derajat 2 : Komedo, papul dan sedikit pustul. Derajat 3 : Papul inflamasi yang besar, pustul dan beberapa kista yang melibatkan
wajah, leher dan batang tubuh bagian atas. Derajat 4 : Lebih berat, kista bergabung.
Universitas Sumatera Utara
B. Pillsbury 1963 membuat gradasi sebagai berikut
17
Derajat 1 : Komedo dimuka. :
Derajat 2 : Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka. Derajat 3: Komedo,papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka, dada,
punggung. Derajat 4 : Akne konglobata.
C. Frank 1970 membuat gradasi sebagai berikut
17
Derajat 1 : Akne komedonal non-inflamasi. :
Derajat 2 : Akne komedonal inflamasi. Derajat 3 : Akne papular.
Derajat 4 : Akne papulo pustular. Derajat 5 : Akne agak berat.
Derajat 6 : Akne berat. Derajat 7 : Akne nodulo kistikkonglobata.
D. Sjarif M. Wasitaatmadja 1982 Bagian Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin FK
UIRSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo membuat gradasi akne vulgaris yang akurat, sederhana dan mudah diterapkan. Kriterianya adalah sebagai berikut
17
1. Ringan, bila : - Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi. :
- Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi. - Sedikit lesi beradang pada 1 predileksi.
2. Sedang, bila : - Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi. - Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi.
- Beberapa lesi beradang pada 1 predileksi. - Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi.
Universitas Sumatera Utara
3.Berat, bila : - Banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi. - Banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi.
Catatan : sedikit 5, beberapa 5-10, banyak 10 lesi tak beradang : komedo, papul
beradang : pustul, nodus dan kista
Pengukuran derajat keparahan akne vulgaris terus menjadi tantangan bagi dermatologis. Tidak ada sistem gradasi yang telah diterima secara umum. Sistem
gradasi yang ideal bila
18
1. Akurat dan reproduktif.
:
2. Memiliki kapasitas dokumentasi untuk verifikasi di masa depan. 3. Sederhana digunakan untuk beberapa kali pemantauan.
4. Tidak memakan waktu. 5. Mudah digunakan.
6. Merefleksikan kriteria subjektif seperti faktor psikologis.
2.1.5 Diagnosis
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor
sendok Unna. Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.
Pada pemeriksaan histopatologi, mikrokomedo ditandai dengan dilatasi folikel dengan sumbatan keratin padat. Sehubungan dengan perkembangan penyakit,
folikel terbuka dan menjadi dilatasi, dan terbentuk komedo terbuka. Dinding
17
Universitas Sumatera Utara
folikular menipis, dan dapat pecah. Inflamasi dan bakteri mungkin jelas, dengan atau tanpa pecahnya folikular. Folikular pecah disertai dengan inflamasi yang menyusup
ke dermis. Kemudian dapat dijumpai fibrosis dan jaringan parut. Secara umum pemeriksaan laboratorium tidak diindikasikan untuk pasien
akne vulgaris
kecuali yang diduga pasien dengan hiperandrogenisme. Dehydroepiandrosterone sulphate dapat bekerja sebagai prekusor testosteron dan
dehidrotestoteron DHT. Meningkatnya kadar serum androgen telah dijumpai pada kasus akne kistik dan pada kasus akne vulgaris yang berhubungan dengan kondisi
endokrin yang bervariasi yaitu hiperplasia adrenal kongenital ; defisiensi 11- β dan
21- β hidroksilase, tumor adrenal atau tumor ovari, dan penyakit polikista ovari. Pada
kebanyakan pasien akne vulgaris, walau bagaimanapun, serum androgen masih dalam batas normal.
3
2.1.6 Diagnosis banding akne vulgaris