39
C. Sidang Peninjauan Kembali Kasus Munir
Dengan ditemukannya bukti baru novum dalam perkara pidana terdakwa Pollycarpus maka Jaksa memutuskan untuk melakukan peninjauan kembali meski
dalam KUHAP pasal 263 tidak diatur secara eksplisit tentang pengajuan peninjauan kembali oleh jaksa, untuk itu jaksa kemudian menggunakan
penafsiran secara ekstensif
6
pada pasal tersebut serta merujuk pada UU Nomor 04 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman. Usman Hamid mengatakan bahwa
“Ada sejumlah saksi-saksi baru yang memperkuat pengajuan peninjauan kembali PK kasus pembunuhan Munir”. Saksi-saksi itu memperkuat fakta konspirasi
pembunuhan aktivis HAM itu. Setidaknya ada 4-5 orang. Itu untuk yang lama. Belum lagi untuk fakta yang menunjuk ke arah konspirasi, jadi cukup kuat.
Hendarman juga mengungkapkan sejumlah bukti baru novum. Novum itu antara lain saksi yang melihat mantan terpidana kasus pembunuhan Munir
membawa gelas minuman untuk Munir. Semua disebutkan oleh Hendarman Supandji, baik itu dari saksi yang melihat tersangka, atau mantan terpidana kasus
pembunuhan munir, membawa gelas minuman untuk Munir. Maupun keterangan lain yang berasal dari lingkungan Garuda yang mengindikasikan konspirasi.
Bahwa apa yang dilakukan pihak Garuda Indonesia, bukan semata-mata inisiatif sendiri. Tapi atas permintaan dari lingkungan di luar Garuda. Hal-hal itulah yang
menjadi novum PK kasus Munir. Pihaknya merasa novum ini cukup meyakinkan untuk dibuktikan dalam majelis PK. Dalam sidang PK dapat diketahui siapa-siapa
6
Risalah kasus Munir,………hal : 283
40
yang terlibat dalam konspirasi ini. Dan tentu setelah PK ini selesai, tahap selanjutnya adalah mengejar atau menuntut nama-nama baru, baik itu dari
kalangan Garuda maupun dari Badan Intelijen Negara BIN. Ada yang lebih baru, semuanya disebutkan Hendarman. Hendarman tidak nutup-nutupi semua,
tapi malah menjelaskan secara langsung yang menjadi novum. Hanya memang tidak semua hal bisa disampaikan. Hendarman berharap setelah majelis PK
dibuka, baru bisa diketahui publik secara keseluruhan, termasuk nama-nama barunya.
7
Pro kontra pengajuan PK oleh Jaksa tidak menyurutkan tekad mahkamah agung untuk meninjau kembali kasus pembunuhan terhadap Munir, maka pada
tanggal 9 Agustus 2007 digelar sidang pertama PK atas terdakwa Pollycarpus Budihari Prijanto.
Sidang PK ini diselenggarakan dalam enam kali persidangan, dalam permohonan PK nya jaksa melandasi permohonan tersebut dengan Bab XVIII
tentang Upaya Hukum Luar Biasa, Bagian Kedua tentang Peninjauan Kembali PK putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, Pasal
263-268, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Acara PidanaKUHAP.
Saksi-saksi baru dalam persidangan PK ini adalah : 1.
Saksi Fakta:
7
http:ad.detik.comlinkperistiwaprs-relion.ad Detikcom, 03 Agustus 2007 14:54 WIB
41
a. Indra
Setiawan Mantan Dirut. PT. Garuda Indonesia b.
Raden Mohamad Patma Anwar, alias Ucok, alias Empe, alias Aa. Mantan
Agen BAKIN c.
Raymond J. J. Latuihamallo, alias Ongen Penumpang GA-974
d. Asrini
Putri Penumpang GA-974 di 2J e.
Joseph Ririmase Penumpang GA-974 di 2K
2. Saksi KonfrontasiVerbalisan:
a. BrigJen. Pol Matius Salempang Penyidik Polri, Ketua Tim Pemeriksa
Makasar, 9 Juli 1953. Kristen Protestan b.
KomBes. Pol Pambudi Pamungkas Penyidik Poldi, Anggota Tim Pemeriksa Tuban, 12 Maret 1963. Asrama Polisi Pejaten. Islam.
3. Saksi Ahli:
Dr. Rer. Nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, Msi., Apt.
Apoteker, Peneliti, Dosen Kimia Universitas Udayana 20 April 1968. Jimbaran. Hindu
Farmasi ITB. Doktor toksikologi forensik.
Berikut ini akan Penulis paparkan permohonan serta tanggapan terhadap permohonan PK oleh jaksa.
8
8
Seluruh data penulis dapatkan dari hasil monitoring sidang PK kasus Munir yang dilakukan oleh KASUM komite aksi solidaritas untuk Munir dan Kontras. Untuk efektifitas dalam skripsi ini
42
Dasar hukum yang dipergunakan oleh jaksa untuk mengajukan peninjauan kembali dalam kasus Munir adalah KUHAP pasal 263, jaksa juga menggunakan
keputusan menteri kehakiman RI No. M.01.PW.07.03 tahun 1982 tentang Pedoman pelaksanaan KUHAP yang menyatakan bahwa tidak adanya larangan
bagi JPU untuk mengajukan permohonan Peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, oleh karena itu JPU dapat melakukan permohonan PK.
Selain itu jaksa juga mengemukakan bahwa KUHAP pasal 263 ayat 3, tentang putusan bebas dari segala tuntutan hukum, dimana ayat tersebut
menyatakan “terhadap dakwaan yang terbukti tetapi diikuti pemidaan”, dipandang oleh jaksa sebagai hak yang diberikan kepada jaksa mengingat terpidana tidak
akan mungkin mengajukan PK terhadap keputusan bebas yang telah ia dapatkan, maka penafsiran terhadap KUHAP pasal 263 secara harfiah akan membuat
seorang terdakwa tidak dapat lagi dapat diproses secara hukum meskipun ditemukan novum yang dapat dipergunakan untuk membuktikan kesalahan
terdakwa, sehingga perlu ada pergeseran hukum acara dari offender oriented menjadi victim oriented, serta dari keadilan retributif menjadi keadilan restoratif
atau sosiologis, sehingga upaya hukum dalam hal ini merupakan mekanisme perlindungan korban kejahatan dalam lingkup prosedural ketika peradilan sering
tidak memenuhi rasa keadilan. Jadi, dalam melakukan upaya hukum, termasuk PK, jaksa mewakili kepentingan masyarakat, kolektif maupun individual.
penulis hanya menyadur saja, Seluruh data mengenai alasan serta tanggapan terhadap PK kasus Munir akan penulis lampirkan.
43
Dalam dunia hukum dikenal prinsip persamaan hak dan persamaan hukum dimuka pengadilan, sehingga jaksa juga merasa memiliki kepentingan untuk
melakukan PK karena jaksa mewakili kepentingan negara, masyarakat, ,maupun individu.
Namun berbagai dasar serta argumentasi hukum diatas dibantah oleh pihak kuasa hukum Pollycarpus terutama mengenai KUHAP pasal 263. Menurut
kuasa hukum Pollycarpus, KUHAP memuat hukum limitatif terbatas apa yang ditulis, sehingga apa yang dilarang berarti tidak diperbolehkan, sehingga menurut
kuasa hukum Polly, penafsiran yang dilakukan oleh jaksa berada diluar batas karena hukum formil memuat prosedur.
Lebuh lanjut tim kuasa hukum Polly menyatakan bahwa pergeseran perspektif hukum acara tersebut adalah pendapat DR. H. Parman Soeparman,
S.H., M.H. dari bukunya Pengaturan Hak Mengajukan Upaya Hukum Peninjauan Kembali Refika Aditama; 2007. jaksa mencuplik seadanya sehingga konteksnya
bergeser. Dalam bukunya hal. 11 yang disebut “offender” itu sudah jelas pelakunya, offender yang nyata. Dalam perkara yang diajukan PK ini, offender-
nya tidak atau belum jelas. Selain itu Polly telah dibebaskan secara hukum oleh MA, sehingga secara hukum offender-nya bukan Polly karena dia telah
dibebaskan. Selain itu menurut kuasa hukum Pollycarpus, peraturan mengenai PK adalah peraturan yang dibuat untuk melindungi terdakwa.
44
Selanjutnya mengenai alasan peninjauan kembali, jaksa mengemukakan bahwa Dalam pertimbangannya, Judex Jurist dengan jelas memperlihatkan suatu
kekhilafan atau suatu kekeliruan nyata. Jaksa menyatakan bahwa MA salah mengutip amar putusan Pengadilan Tinggi Jakarta dalam pertimbangan putusan
Kasasinya. Selain itu menurut jaksa Judex Jurist telah khilaf dan keliru langsung
menyimpulkan bahwa unsur-unsur Dakwaan Kesatu tidak terpenuhi secara sah dan meyakinkan, tanpa terlebih dahulu membatalkan putusan Judex Factie.
Ketidak cermatan Judex Jurist juga ditunjukkan ketika Judex Jurust keliru atau salah dalam pertimbangannya sehingga menyatakan Judex Factie salah
dalam menerapkan
hukum pembuktian,
karena Judex
Jurist tidak
menghubungkan fakta satu dengan yang lain, dengan sama sekali tidak mempertimbangkan bahwa pembunuhan Munir tidak lepas dari penggunaan surat
palsu oleh Pollycarpus. Seharusnya, karena penggunaan surat palsu terbukti, maka pembunuhan yang didakwakan juga terbukti. Oleh karena itu, Hakim
Kasasi telah salah menyimpulkan bahwa pendapat Judex Factie terhadap dakwaan kesatu tidak didukung satu pun alat bukti. Padahal surat palsu bukan
hanya alat bukti dalam dakwaan kedua, tetapi juga dalam dakwaan kesatu, yaitu sebagai sarana untuk melakukan pembunuhan berencana.
Kekhilafan lain yang meurut jaksa dilakukan oleh Hakim Kasasi adalah, bahwa hakim kasasi dalam pertimbangan putusannya melakukan penilaian
45
terhadap fakta hukum yang diterangkan oleh Judex Factie. Hakim Kasasi menganggap kesimpulan Judex Factie yang menyatakan bahwa masuknya racun
arsen adalah dalam penerbangan Jakarta-Singapura sebagai kesimpulan yang salah, karena terdapat tiga kemungkinan saat masuknya racun arsen ke dalam
tubuh korban Munir, yaitu sebelum penerbangan, dalam penerbangan, dan sesudah penerbangan Kakarta-Singapura.
Menurut jaksa, Judex Jurist seharusnya tidak melakukan penilaian terhadap pembuktian yang merupakan kewenangan Judex Factie. Sesuai
jurisprudensi MA No. 14PKPid1997 yang menegaskan bahwa penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan tidak dapat
dipertimbangkan dalam tingkat kasasi, dan pemeriksaan mengenai faktas-fakta hukum berakhir pada tingkat banding, sehingga pemeriksaan kasasi bukan
mengenai peristiwa dan pembuktiannya. Alasan peninjauan kembali yang digunakan oleh jaksa penuntut umum
ditanggapi oleh kuasa hukum Polly bahwa kekhilafan Judex Jurist Hanyalah kesalahan redaksional semata. Masih menurut kuasa hukum Polly, bahwa
kesimpulan tersebut juga ditarik tanpa pertimbangan yang jelas, bertentangan dengan Pasal 25 UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaaan Kehakiman dan Pasal
197 1 butir d KUHAP. Pasal 197 2 KUHAP menyatakan bahwa putusan tanpa dasar atau kurang dasar batal demi hukum. Menurut kuasa hukum Polly tidak ada
46
hubungan sebab-akibat langsung kausalitas antara surat palsu dengan meninggalnya alm. Munir.
Berdasar pada berbagai novum baru yang ditemukan maka juga terjadi perubahan dakwaan, Dakwaan semula menyatakan bahwa pelaku pembunuhan
adalah Pollycarpus, Yeti Susmiarti, serta Oedi Irianto, berdasar pada novum baru yang ditemukan, maka dalam dakwaan PK dinyatakan bahwa pelaku pembunuhan
adalah Pollycarpus sendiri. Perubahan dakwaan juga terjadi pada locus tempat kejadian perkara,
dalam dakwaan sebelumnya dinyatakan bahwa Munir diracun dalam pesawat GA- 974, namun berdasarkan novum baru Munir dinyatakan diracun di Coffee Bean,
bandara Changi, Singapura. Sehingga racun arsen tidak dimasukkan dalam welcome drink,
melainkan dalam minuman yang diberikan kepada Munir. Setelah mendengarkan berbagai keterangan, pada tanggal 25 Januari 2008
Sidang pengajuan PK memutuskan Pollycarpus dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah dalam tindak pidana pembunuhan berencana dan
melakukan pemalsuan surat, maka sidang pengadilan PK memutuskan hukuman penjara selama 20 tahun bagi Pollycpus Budihari Priyanto.
47
D. Tinjauan Yuridis PK Kasus Munir Berdasarkan Pasal 263 KUHAP Dan