Pengertian Peninjauan Kembali Peninjauan kembali (PK) kasus Munir dalam perkara terpidana Pollycarpus menurut Hukum Acara Pidana di Indonesia dan Hukum Islam

14

BAB II DESKRIPSI YURIDIS PENINJAUAN KEMBALI PK

A. Pengertian Peninjauan Kembali

Dilihat secara gramatikal, peninjauan adalah proses atau cara meninjau. Dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia meninjau bisa berarti melihat sesuatu dari ketinggian , mempelajari dengan cermat, dan memeriksa untuk memahami . 21 Dari ketiga makna tersebut, istilah peninjauan lebih relevan dengan makna yang ketiga yaitu memeriksa untuk memahami, karena memeriksa itu berarti melihat dengan teliti untuk mengetahui keadaan. 22 Dengan demikian, peninjauan kembali secara gramatikal berarti melihat dan memahami kembali dengan teliti suatu keadaan untuk memperoleh pemahaman baru . Tujuan dilakukannnya PK sebagai upaya hukum adalah untuk memeriksa sebuah putusan hukum di tingkat kasasi yang dianggap belum memenuhi keadilan materiil agar benar-benar memenuhi asas keadilan sekaligus demi menjaga wibawa hukum di hadapan masyarakat, karena keadilan hukum materiil itu lebih penting daripada kepastian hukum yang bersifat formil. Dengan demikian secara ilmiah kepastian hukum itu dapat diterobos oleh keadilan hukum materiil. Jadi untuk kepentingan keadilan itulah KUHAP mengatur PK sebagai upaya hukum 21 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Edisi Ketiga, Cet. II, hal. 1198 22 Ibid., h. 858 15 luar biasa. 23 Disebut hukum luar biasa, karena sejatinya PK adalah memeriksa kembali putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Zainul Bahry dalam buku Kamus Umum di Bidang Hukum dan Politik menjelaskan bahwa PK merupakan suatu upaya hukum luar biasa, dari keputusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, diajukan kepada Mahkamah Agung oleh terpidana, ahli warisnya atau kejaksaan. 24 Dalam bukunya, Yahya Harahap menyebut PK sebagai upaya hukum luar biasa yang dilakukan terhadap putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap sehingga kasus yang belum memperoleh ketetapan hukum tidak dapat diajukan PK. 25 Sementara S. Tanusubroto menyebut PK sebagai lembaga Herziening, yang diartikan sebagai upaya hukum yang mengatur tentang tata cara untuk melakukan peninjauan kembali suatu putusan yang telah memperoleh suatu kekuatan hukum yang tetap. 26 Dari uraian mengenai pengertian PK di atas, maka dapat disarikan sebuah definisi bahwa PK adalah sebuah upaya hukum luar biasa yang dilakukan sebagai 23 Komite Aksi Solidaritas Untuk Munir KASUM, Risalah Kasus Munir; Kumpulan Catatan dan Dokumen Hukum , Jakarta: C.V. Rinam Antartika, 2007, Cet. I, h. 281 24 Zainul Bahry, Kamus Umum; Khususnya Bidang Hukum Politik, Bandung: Angkasa, 1996, h. 238 25 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Edisi Kedua, Cet. VIII, h. 614 26 S. Tanusubroto, Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana, Bandung: CV. Armico, 1989, Cet. II, h. 161, lebih lanjut diterangkan bahwa lembaga “herziening” tersebut tidak berlaku bagi pengadilan “inlander”. 16 usaha untuk menemukan kebenaran dan keadilan yang dilakukan terhadap putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

B. Peninjauan Kembali Dalam Pasal 263 KUHAP