BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TARIAN SUFI JALALUDIN RÛMI
Nama tarian itu adalah Mevlevi Sema Ceremony atau lebih akrab dengan sebutan
sema‟ dalam bahasa arab berarti mendengar atau jika diterapkan dalam definisi yang lebih luas ialah bergerak dalam suka cita cita sambil mendengarkan
nada-nada musik sambil berputar-putar sesuai dengan arah putaran alam semesta. Di barat tarian ini lebih dikenal sebagai “Whirling Dervishes”, atau para darwis yang
berputar-putar dan digolongkan sebagai devine dance. Secara historis tarian ini tarian yang telah di praktekan oleh sufi-sufi awal,
akan tetapi tidak mendapat penjelasan bagaimana bagaimana tarian ini dipraktekan dalam sumber-sumber sufi awal.
38
Lalu tarian ini kembali muncul beberapa abad setelahnya yang dilakukan oleh Maulana Jalaludin Rûmi, seorang sufi yang juga
merasakan suka cita kepada gurunya Syamsudi al-Tibriz, atau Syams-i- Tabriz. Kemudian tarian ini terus di ramaikan oleh Tarekat Maulawiyah atau Mevlevi.
A. Biografi Rûmi Pendiri Tarekat Maulawiyyah
Jalaluddin Rûmi lahir di balkh, sekarang Afgh anistan, pada 6 Rabi‟ Al-
Awwal tahun 604 H 30 November 1207 M.
39
Dan wafat pada 5 Jumad Al- Tsaniyah 672 H17 Desember 1273 M Ayahnya, Baha‟ Walad, adalah seorang
ulama yang terkenal, ahli fiqh sekaligus seorang Sufi yang menempuh jalan
38
Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta, Erlangga, 2006, cet. I, h. 259
39
William C. Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi terj, Yogyakarta, Qolam, 2001, cet. III, h. 1.
Tasawuf, sebagaimana Ahmad Ghazali, saudara Muhammad Ghazali, seorang sufi terkenal dan „Ayn al Qhudat Hamdani.
40
Menurut tradisi nenek moyangnya, Rûmi tergolong masih begitu muda ketika mulai belajar ilmu-ilmu eksoterik. Dia
mempelajari berbagai keilmuan meliputi dari tata bahasa arab, ilmu persajakan, Al-
Qur‟an, fiqh, ushul fiqh, tafsir, sejarah, teologi, filsafat, logika, matematika, dan astronomi.
Pada saat ayahnya meninggal dunia pada tahun 628 H1231 M, dia telah menguasai bidang keilmuan tersebut, Namanya pada waktu itu sudah dapat
dijumpai dalam sederatan para ulama ahli dibidang hukum pada mazhab hanafi. Karena keilmuan tersebut tidak diherankan pada usia 24 tahun, dia sudah diminta
untuk menggantikan tugas ayahnya untuk menjadi dai sekaligus menjadi rujukan hukum Islam.
Ketika Rûmi telah menggantikan kedudukan ayahnya nampaknya dia telah menguasai ilmu-ilmu disiplin kerohanian dan ilmu-ilmu eksoterik sufisme,
bahkan terdorong kearahnya, sampainya bertemu dengan seorang yang bernama Burhan al-Din tirmidzi, dia murid kesayangan ayahnya, dia datang ke Konya
pada tahun 629 H1232 M hingga wafatnya pada tahun 638 H1240 M. Di bawah bimbingannyalah Rûmi menjalani disiplin-disiplin rohani.
Setelah kematian Tirmidzi, Rûmi terus menjalankan tugasnya, terus mengajak dan membimbing orang-orang Konya. Dia menjadi begitu terkenal dan
paling dihormati di kalangan ahli hukum fuqaha. Meskipun demikian, dia tetap
40
Ibid
menjalani kehidupan rohani sebagai seorang sufi, bahkan pada masa itu, sebagai mana yang disebutkan oleh S.H. Nashr, Rûmi telah menjadi seorang guru sufi
sejati.
41
Kendati dalam kehidupan sehari-harinya, dia tetap menjalani kehidupan sebagaimana sebelumnya, sebagai seorang ahli hukum yang dihormati.
Kadang-kadang dia juga menyinggung ma salah “keajaiban-keajaiban
rohani,” walaupun tidak pernah menunjukan tanda-tanda bahwa dia pernah mengalaminya. Hal itu berubah manakala seorang yang berpenampilan aneh,
yang bernama Maulana Syamsudin al-Tibrizi, datang ke Konya pada tahun 642 H1244 M.
42
Syams-i Tibriz sangat besar pengaruhnya terhadap Rûmi, dialah yang menyebabkan Rûmi berubah dari seorang ahli hukum yang tenang menjadi
seseorang yang mabuk akan Cinta Tuhan. Setelah kurang lebih satu atau dua tahun, Syams senantiasa mendampingi
Rûmi, suatu ketika tiba-tiba Syams pergi meninggalkan kota Konya. Hal itu menyebabkan Rûmi dilanda kecemasan. Kemudian Rûmi membujuknya dan
pada akhirnya Syams kembali ke Konya, namun tidak lama kemudian Syams kembali meninggalkan Rûmi sekitar tahun 645 H1247 M, dia kembali
menghilang. Dan disinilah puncak dimana Rûmi merasa kehilangan seorang guru spritual yang sangat dicintainya, Syamsuddin Tabrizi. Ia adalah seorang guru sufi
misterius yang bagaikan magnet mampu menyedot seluruh perhatian Rûmi,
41
Dikutip dari William C. Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi, terj Yogyakarta, Qolam, 2001, cet. III, h. 3.
42
Ibid
hingga orientasi spiritual Rûmi berubah secara dramatis, dari seorang teolog dialektis menjadi seorang penyair-sufi.
Setelah kepergian Syams seorang yang dianggap Rûmi yang berpengaruh dalam perjalanan spiritualnya, Rûmi selalu melakukan Tarian ditengah-tengah
kota Konya pada waktu pagi hari, Tarian ini salah satu ritual yang dilakukan Rûmi utnuk mengenang kepergian Syams dan juga rasa Cintanya kepada Tuhan
yang begitu mendalam, Bagi Rûmi menari adalah Cinta. Dan Rûmi tak berhenti
menari karena ia tak pernah berhenti mencintai Tuhan. Hingga tiba saatnya di suatu senja 17 Desember 1273,
43
ia dipanggil Sang Maha Kuasa dalam keadaan diliputi Cinta Ilahi.
Kemudian tarian ini terus di kembangkan oleh Tarekat Maulawiyah atau mevlevi yang kemudian menjadi seni yang dipertontonkan pada setiap bulan
Desember, khususnya pada tanggal 12 desember yang mana untuk mengenang sang maestro Maulana jalaludin Rûmi, terhadap karya-karyanya.
1. Karya-karya Rûmi
Karya-karya Rûmi adalah Diwan Syams Tabrizi yang memuat lebih dari 40.000 syair dan kitab karang Rûmi yang paling monumental ialah Matsnawi
43
Ibid, h. 5
yang terdiri dari 6 jilid berisikan 25.000 untaian bait syair. Yang mana kitab ini disebut juga sebagai Quran yang berbahasa Persia.
44
Maulana Jalaludin Rûmi pun meninggalkan buah karya prosa yang relatif pendek, dengan judul Fihi ma Fihi, meliputi tema yang sama seperti Matsnawi.
Majalis Sab‟ah jelas merupakan karya yang ditulis sebelum kedatangan Syams ke Konya.
45
Diwan kumpulan syair, terdiri dari kurang lebih 3.230 ghazal, yang jumlah keseluruhannya mencapai 35.000 syair; 44
ta‟rif, sebuah bentuk puisi yang terdiri dari dua atau lebih ghazal, yang seluruhnya berjumlah 1.700 syair,
ruba‟iyyat, “sajak-sajak yang terdiri dari empat baris.” Diwan lebih mencakup dari keseluruhan syair Rûmi dari pada Matsnawi, yang disusun dalam rentang
waktu lebih dari tiga puluh tahun sejak kedatangan Syams di Konya hingga menjelang akhir hayat Rûmi.
46
Sebenarnya masih ada karya-karya Rûmi yang lain, seperti Ruba‟iyat
syair empat baris dari Rûmi, berisikan sekitar 1.600 kuatren orisinal, yang mencakup ide-ide Rûmi tentang Tasawuf, seperti tawakal, ikhlas, cinta, iman,
akal, dan penyatuan. Al-Maktubat, karya Rûmi yang lain berisikan 145 surat
44
Ibid, h. 6
45
Ensiklopedi Tematis Spritual Islam terj, Bandung, Mizan, 2003, cet, II, h. 149
46
Ibid
yang rata-rata sepanjang dua halaman, yang ditujukan kepada para keluarga raja dan bangsawan Konya, tetapi karya ini tidak begitu terkenal dan berpengaruh.
47
Maqalat-i Syams-i Tabriz Percakapan Syamsi Tabriz, karya Rûmi yang lain, dianggap sebagai buah persahabatan Rûmi dengan guru dan sahabatnya,
Syams al-Din Tabriz. Ia berisikan beberapa dialog mistik antara Syams sebagai guru dan murid.
48
Sekalipun karya tersebut menjelaskan prihal kehidupan, namun menurut Mulyadhi, mengutip Nicholson, mengatakan bahwa karya ini menerangkan
beberapa ide dan doktrin sang penyair.
49
Majlis- i Sab‟ah Tujuh Pembahasan, karya Rûmi yang merupakan
bentuk prosa juga, yang berisikan sejumlah Khutbah Rûmi dan kuliah Rûmi yang diberikan bukan saja untuk kalangan kaum Sufi, akan tetapi juga khalayak umu.
Khutbahnya kebanyakan dalam bentuk nasehat dan konseling, dan agaknya disampaikan sebelum bertemu dengan Syams al-Din Tabriz.
50
Karya-karya Rûmi sangat berpengaruh teerhadap perkembangan dan popularitas tarekat Maulawiyyah, baik yang ditulis oleh Rûmi sendiri, maupun
47
Mulyadhi Kartanegara, Tarekat Maulawiyah: Tarekat Kelahiran Turki, dalam Sri Mulyati, ed., Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Mukhtabarah di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006, h.
336
48
Ibid
49
Mulyadhi Kartanegara, Jalal al-Din Rûmi: Guru Sufi dan Penyair Agung. Jakarta, Teraju, 2004, h. 10-11
50
Ibid, h. 14
para pengikutnya, baik pada masa lalu maupun pada masa kini. Popularitas Tarekat Maulawiyyah tentu sangat terikat dengan karya utama Rûmi, yang