Adab Berzikir DZIKIR DALAM HUKUM ISLAM

                   Artinya : Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. 10. Zikir menjadikan seseorang diingat Allah SWT Allah SWT berfirman:        Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku. QS. al-Baqarah: 152

D. Adab Berzikir

Zikir memiliki adab-adab yang perlu diperhatikan bagi siapapun yang melakukan zikir kepada Allah SWT, untuk bisa menghantarkan seorang hamba untuk bisa dekat dengan Allah. 1. Dengan niat yang ikhlas Allah SWT berfirman :                   Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. QS. al-Bayyinah:5 Berkata dzun nun al-misri tanda orang yang ikhlas itu ada tiga : yang pertama jika dipuji dan dicela orang tidak berpengaruh baginya, yang kedua jika ia beramal tidak riya‟ dan yang ketiga jika amal yang dilakukan semata hanya untuk mengharapkan ridho Allah SWT. 29 2. Adab Batin Apabila seseorang ingin berzikir hendaknya ia menghadirkan hatinya, mengkadirkan kehadiran Illahi dalam hatinya, mengosongkan hatinya dari hal- hal yang bisa membawanya untuk lalai mengingatnya. Amr bin Utsman al-Makki berkata: kehadiran hati ialah kegaiban yang ditemukan oleh hati dengan kegaiban yang tidak dijadikan sebagai sesuatu yang terlihat dan tidak pula penghayatan hati nurani. 30 Sehingga pengetahuan tentang perbuatan senantiasa menyertainya dan pikiran tidak berkeliaran kepada selain-Nya, selagi pikiran tidak berpaling kepada selain-Nya, hati akan selalu mengingat dengan apa yang sedang diingatnya, karena kehadiran hati kesinambungan antara penglihatan hati dengan penglihatan mata. Allah SWT berfirman : ...       Artinya : Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu . QS. Saba‟: 47 29 Di Kutip dari Syekh Abu nashr as-Sarraj al-Thusi, al- luma‟ t.t: Tsaqafa al-Dhiniyyah, h. 99 30 Ibid, h. 101 Begitu pentingnya kehadiran hati dalam melakukan zikir yang mengkibatkan kekhusuan bagi seorang hamba dalam melakukan sebuah aktivitas zikir, faktor yang menyebabkan kehadiran hati memerlukan kosentrasi dan perhatian yang sangat penuh. Perhatian yang utama terhadap zikir tidak akan terwujud apabila tidak diketahui manfaat dan keutamaan dalam melakukan zikir, karenanya memahami manfaat dan keutamaan dalam berzikir memberikan kunci utama dalam menghadirkan hati. 3. Adab lahir a. Sebelum melakukan zikir hendaknya badan suci dari hadas besar maupun hadas kecil, dan juga tempat yang akan digunakan untuk beerzikir haruslah suci dari segala yang meragukan. Rasulullah saw bersabda: 31 Artinya : berkata Abu Daud: menceriyakan kepada saya Muhammad bin Matan, menceritakan kepada saya „Abd al-„Ala, menceritakan kepada saya Sa‟id dari Qotadah, dari hasan, dari Khudain bin Assandari, Abi Sasan dari Muhazir, Muhazir menemui Rasul, sesungguhnya Nabi saw sedang buang air kecil, Muhazir salam kepada Nabi maka Nabi tidak menjawab salam, sehingga Rasul berwudhu, kemudian beralasan, Nabi bersabda: Saya itu benci 31 Abu Daud, Sunan abu Daud, Kitab ath-Tharah, Sebagaimana dikutip oleh Luqmanul Hakim, Hak Cipta dalam kaarya tulis Kualitas hadist-hadist Zikir, Disertasi Sekolah pasca sarjana UIN syarif hidayatullah Jakarta, Jakarta, tidak diterbitkan, 2008, h. 73 ketika saya menyebut Dzikir Menyebut Allah Azza Wajalla, sampai keadaan suci. HR. Abu Daud b. Hendaknya orang yang berzikir bersikap tertib, jika ia duduk hendaknya ia menghadap ke arah kiblat dengan khusuk, menghinakan diri kepada Allah, dengan tenang, penuh dengan rasa takut dan dengan menundukan kepala. c. Orang yang ingin melakukan zikir hendaknya membersihkan mulutnya sebelum berzikir. 4. Adab lahir batin. 32 a. Ikhlas karena Allah di dalam zikir b. Memperbanyak zikir disetiap keadaan c. Menyatukan zikir dengan hati dan lisan d. Berkumpul untuk berdzikir e. Menangis dan hati lemah dalm berdzikir f. Meringankan suara dalm berdzikir g. Memperbanyak membaca al-Quran h. Memperbanyak istighfar i. Medahulukan zikir yang umum dan yang khusus Ada 20 adab sebelum zikir dalam melakukan zikir berjamaah, dibagi menjadi 5 adab sebelum zikir, 12 adab selama zikir dan 3 adab setelah zikir. 33 32 Abdul Aziz Fathi Sayyid Nada, al-Adab al-Islamiyyah, h. 387 1 Lima adab sebelum zikir a Niat taubat nasuha, dengan bersungguh-sungguh. b Mandi atau bewudhu, kemudian memakai wangi-wangian, bersiwak dan mengharumkan mulut. Dianjurkan menjaga wudhu, tetapi mandi jauh lebih baik. c Duduk diam dan mulai zikir kalbu dengan lafaz Allah...Allah...Allah d Menyatukan hati dengan Mursyid dan memohon dukungannya Rabitah. 34 e Menyatukan diri ke Rasulullah saw dengan perantara SyaikhGuru guru sebagai perantara. 35 2 Dua belas adab selama zikir a Duduk di atas alas yang suci b Meletakan tangan di atas paha dengan jari telunjuk dan jempol dilingkarkan, kemudian berbentuk lingkaran bila berjamaah, bila zikir sendiri sebaiknya menghadap kiblat, bila berjamaah membuat lingkaran. 33 Syaikh Ahmad Khumuskhanawy al-Naqsyabandi, Jami‟ al-Ushul fi al-Awliya, Surabaya: al- Haramayn, 2006, h.24 34 Rabitah berarti seorang murid secara terus menerus “bertatap muka” dengan syaikh surah- iasy-syaikh dalam pikirannya, tidak saja supaya dia dapat mencapai tingkatan penuh kepatuhan pada syaikh tetapi juga agar dia merasa seolah-olah terus bersamanya. Praktis seketika itu serang murid kehilangan dirinya dan menyatu dalam diri sang syaikh, dan seketika itu ia akan mencapai tingkat “peleburan diri dalam diri sang syaikh” fana fi asy-syaikh, yang pada akhirnya akan membawa mereka pada “peleburan diri dalam diri Tuhan” fana bi Allah. Nashr, Warisan sufi abad pertengahan, Yogyakarta, pustaka sufi 2003, h.551 35 Syaikh Ahmad Khumuskhanawy al-Naqsyabandi, Jami‟ al-Ushul fi al-Awliya, Surabaya: al- Haramayn, 2006, h.30 c Memberikan wewangian pada majelis zikir, Rasulullah saw. Menyenangi wewangian, malaikat dan awliya menyenangi wewangian. Adab ini merupakan adab yang sudah disepakati oleh para Mursyid Tarekat d Memakai pakaian yang halal dan suci e Menggelapkan atau mematikan lampu untuk memudahkan untuk menutup indra lahiriyah menuju indra batiniyah. Konsentrasi dan menjaga pandangan serta lebih khusyu. f Memejamkan mata, karena dengan memejamkan mata, maka jalan- jalan indra lahiriyah akan tertutup sedikit demi sedikit. Tertutupnya indra tersebut akan merupakan jalan sumber penyingkapan bagi indra batiniyah atau hati. g Membayangkan kehadiran Mursyid dalam majlis zikir, hal ini merupakan adab yang sangat ditekankan. h Zikir berjamaah lebih baik dengan suara keras namun lembut, dengan kekuatan yang sempurna hingga seluruh sel-sel tubuh dari kepala hingga ujung kaki terisi oleh asma Allah, hal ini menunjukan keadaan di mana pezikir memiliki keinginan yang kuat. i Keikhlasan dan ketulusan dalam beerzikir dengan mengharapkan ridha Allah semata. j Ketika berzikir La ilaha illallah panjang pendeknya sesuai dengan bacaan al-Quran, karena kalimat ini berasal dari al-Quran. k Menghadirkan makna zikir dalam hati l Mengosongkan hati dari msetiap maujud, yaitu menghindarkan selain Allah masuk dalam hati. 36 c Tiga adab setelah zikir 1 Setelah zikir diam sejenak sambil mengawasi warid dari wiridzikir yang dilakukan. 2 Menahan nafas berulang-ulang antara 3 hingga 7 tarikan nafas. 3 Tidak segera minum yang dingin, karena panasnya zikir akan menghancurkan karat-karat hati. 37 36 Syaikh Ahmad Khumuskhanawy al-Naqsyabandi, Jami‟ al-Ushul fi al-Awliya, Surabaya: al- Haramayn, 2006, h.32 37 Ibid, h.35

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TARIAN SUFI JALALUDIN RÛMI

Nama tarian itu adalah Mevlevi Sema Ceremony atau lebih akrab dengan sebutan sema‟ dalam bahasa arab berarti mendengar atau jika diterapkan dalam definisi yang lebih luas ialah bergerak dalam suka cita cita sambil mendengarkan nada-nada musik sambil berputar-putar sesuai dengan arah putaran alam semesta. Di barat tarian ini lebih dikenal sebagai “Whirling Dervishes”, atau para darwis yang berputar-putar dan digolongkan sebagai devine dance. Secara historis tarian ini tarian yang telah di praktekan oleh sufi-sufi awal, akan tetapi tidak mendapat penjelasan bagaimana bagaimana tarian ini dipraktekan dalam sumber-sumber sufi awal. 38 Lalu tarian ini kembali muncul beberapa abad setelahnya yang dilakukan oleh Maulana Jalaludin Rûmi, seorang sufi yang juga merasakan suka cita kepada gurunya Syamsudi al-Tibriz, atau Syams-i- Tabriz. Kemudian tarian ini terus di ramaikan oleh Tarekat Maulawiyah atau Mevlevi.

A. Biografi Rûmi Pendiri Tarekat Maulawiyyah

Jalaluddin Rûmi lahir di balkh, sekarang Afgh anistan, pada 6 Rabi‟ Al- Awwal tahun 604 H 30 November 1207 M. 39 Dan wafat pada 5 Jumad Al- Tsaniyah 672 H17 Desember 1273 M Ayahnya, Baha‟ Walad, adalah seorang ulama yang terkenal, ahli fiqh sekaligus seorang Sufi yang menempuh jalan 38 Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta, Erlangga, 2006, cet. I, h. 259 39 William C. Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi terj, Yogyakarta, Qolam, 2001, cet. III, h. 1.