BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek terpenting bagi manusia guna menjalin hubungan yang terbaik kepada Allah Swt dan manusia serta alam sekitarnya adalah kebersihan.
Dalam kehidupan makhluk bernyawa, kebersihan merupakan salah pokok dalam memelihara kelangsungan eksistensinya, sehingga tidak ada satupun makhluk kecuali
berusaha untuk membersihkan dirinya, walaupun makhluk tersebut dinilai kotor. Dalam ajaran Islam, bersuci memainkan peranan yang sangat penting dalam
ibadah. Tidak hanya dalam kasus shalat, kesucian diri, tubuh, pakaian dan tempat juga sangat mempengaruhi kesahihan ibadah haji. Bersuci sangat mampengaruhi
kesahihan ibadah orang tersebut. Dengan begitu, tujuan dari ibadah terpenuhi dengan sempurna. Kesalahan sedikit dalam bersuci akan berakibat fatal terhadap ibadah.
Alih-alih mendapatkan pahala justru dosa yang diperoleh. Akan tetapi banyak sekali orang yang kurang memperhatikan masalah bersuci tersebut. Hal ini terjadi bisa saja
karena ketidakpahaman mereka tentang bersuci atau memang mereka paham tetapi tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari atau lebih parahnya lagi
mereka menganggap enteng masalah bersuci tersebut. Dari sini dapat dipahami bahwa bersuci dalam Islam begitu penting sekali.
Bersuci juga ada hubungannya dengan soal-soal batin. Persoalan iman dan persoalan
1
shalat berhubungan erat dengan perkara kebatinan. Jadi dengan demikian, bersuci berkaitan langsung dengan iman dan shalat.
Seperti hal yang telah tertulis di atas, maka jika bersuci dilakukan dengan benar, maka ibadah kita akan sempurna. Namun, jika salah melakukan bersuci, maka
ibadah kita rusak. Jadi, perkara yang pertama yang dapat kita pahami tentang bersuci ini adalah bahwa Allah sama sekali tidak bertujuan untuk menyusahkan kita, tetapi
semata-mata hendak membersihkan kita baik dari hadas, najis dan kotoran yang lainnya ataupun membersihkan kita dari segala dosa.
Dengan memelihara kesucian badan, berarti juga menjaga kesucian pakaian. Jika memelihara kesucian badan dan pakaian, maka sekaligus akan memelihara
kebersihan badan dan dengan sendirinya akan terfikirkan untuk memelihara kesucian dan kebersihan rumah. Apabila kesucian dan kebersihan rumah diperhatikan, dengan
sendirinya akan diperhatikan kesucian alat-alat dan perabotan rumah tangga. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan dikhususkan tempat shalat di rumah, sebagai
bukti perhatian terhadap masalah kesucian. Kamar mandi dan WC pun akan menjadi perhatian penting dalam rangka menjaga kesucian dan kebersihan. Seiring dengan
diperhatikan seluruh isi rumah, maka akan memperhatikan kebersihan di sekitar rumah.
Satu contoh ketika akan melaksanakan shalat, pertama yang perlu diperhatikan adalah kesucian badan, juga perlu diperhatikan pula kebersihan dan
kesucian pakaian. Kedua, diperhatikan tentang kesucian tempat atau ruangan khusus untuk melaksanakan shalat musholla dalam rumah. Kemudian diperhatikan pula
jalan yang menghubungkan tempat wudlu menuju tempat sholat, karena dikhawatirkan ada bekas najis yang tidak terlihat seperti bekas air kencing bayi atau
anak-anak. Adapun alat yang digunakan untuk bersuci tersebut ada yang menggunakan
air dan tanah. Akibat teknologi yang lebih maju maka bagi manusia, cara membersihkan diri tersebut dapat dilakukan dengan tanah dan air, dan ditambah
dengan menggunakan sabun mandi. Bahkan untuk pembersih wajah ada sabun khusus dan lain sebagainya. Banyak masyarakat muslim pada umumnya belum bisa
membedakan antara najis dan hadas. Najis adalah materi dari suatu kotoran. Sedangkan hadats adalah kondisi dimana seseorang dianggap tidak bersuci karena
telah mengeluarkan kotoran atau sebab-sebab lain yang dianggap membatalkan kesuciannya. Contohnya: kalau seseorang telah buang air, maka dia berhadats.
Setelah najisnya dibersihkan, dia masih tetap berhadats jika dia belum berwudhu.
1
Ketidaktahuan mereka sebenarnya akan tertutup dengan kesadaran nurani untuk mau belajar dan bertanya kepada yang lebih tahu, baik ulama atau ustadz.
Kesadaran nurani, pengertian akan perilaku yang benar, adalah suara batin yang biasa menjadi tolak ukur. Hal itu memang amat pribadi sifatnya. Tetapi manusia
tumbuh dalam masyarakat, dan kesadaran nurani merepresentasikan secara utuh
1
A. Ma’ruf Asrori, Ringkasan Fikih Islam, ,Surabaya: Al-Miftah, 2000, Cet. Pertama, h. 4
kaidah sosial mengenai benar dan salah. Dalam keadaan apapun, nurani yang buruk akan menyakitkan manusia, sementara kebajikan akan membawa kepuasan batin.
2
Nurani yang buruk tercermin kepada sikap dan perilaku buruk seperti; pakaian najis tidak disucikan, anggota tubuh yang tidak dibersihkan, rumah dan lingkungan
yang tidak dipeliharan kebersihan dan keindahannya. Sedangkan kebajikan yang membawa kepuasan batin seperti; membersihkan dan mensucikan pakaian yang kotor
dan najis, anggota tubuh selalu dibersihkan, merawat dan memelihara kebersihan, keindahan rumah dan halaman.
Berangkat dari permasalahan yang telah dijelaskan di atas maka penulis bermaksud menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul
”Perilaku Bersuci Masyarakat Islam: Etika Membersihkan Najis Studi Sosiologi Hukum di
Masyarakat Pulogebang Jakarta Timur ”
B. Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah