Motivasi dan Perilaku Hukum

3. Motivasi dan Perilaku Hukum

Motivasi dapat diartikan suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan organnya. Sedangkan kata motif adalah suatu alasandorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatumelakukan tindakan tertentu. Dalam suatu motif umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongankebutuhan, dan unsur tujuan. Proses interaksi timbal balik antara kedua unsur di atas terjadi di dalam diri manusia, misalnya keadaan cuaca, kondisi lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu dapat saja terjadi suatu perubahan motivasi yang pertama mendapat hambatan atau tidak mungkin dipengaruhi. 34 Menurut Soejono Soekanto mengutip pendapat Talcott Parsons 35 , aksi ”action” mempunyai empat karakteristik, yakni: Suatu tujuan, suatu motivasi yang menyangkut penggunaan energi, suatu situasi, dan pengaturan normatif. Soerjono menjelaskan bahwa Parsons mengadakan klasifikasi terhadap sistem-sistem aksi, ke dalam dua hal, yakni: 1. sistem kepribadian ”personality systems”, 2. sistem-sistem sosial ”social systems”. Sistem kepribadian mencakup motivasi-motivasi dan tujuan-tujuan dari pribadi-pribadi. Artinya, hal itu mencakup isi dan cara integrasi dari motivasi-motivasi serta tujuan-tujuan. Sistem sosial mencakup interaksi antara aktor-aktor dengan norma-norma situasional yang 34 Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, Yogyakarta: Kanisus, 1992, h. 10 35 Soejono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam Masyarakat, h. 166 mengatur proses interaksi tersebut. Dengan demikian, maka tempat karakteristik dari sistem-sistem aksi diterapkan pada sistem kepribadian dan sistem sosial; kedua sistem tersebut saling pengaruh mempengaruhi. 36 Adapun pengertian perilaku dalam kamus ilmiah adalah tindakan, perbuatan, atau sikap. 37 Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Lawrence M. Friedman menjelaskan ada tiga model Perilaku Hukum. 38 Pertama, model cost-benefit model biaya-manfaat atau untung-rugi. Sebelum seseorang bertindak ia menghitung-hitung apa untung ruginya. Ia hanya akan bertindak jika dalam pendapatnya ia akan mendapatkan untung dari perilakunya. Bagi aktor ini, sanksi amat penting artinya. Ia melihat perilakunya dari kacamata imbalan dan hukuman. Kedua, model peer group didasarkan bahwa tentu saja tidak seorang ahli pun yang akan mencoba memangkas semua perilaku hukum menjadi hitung-hitungan seperti ini. Jelas terlihat bahwa faktor- faktor sosial, ”hubungan-hubungan sosial” - kultur sekeliling dan kelompok sebaya peer Group- berpengaruh terhadap perilaku hukum, dengan ancaman pengucilan, misalnya, atau dengan pujian dan celaan. 36 Ibid. 37 Achmad Maulana, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Yogyakarta: Absolut, 2004, h. 394 38 Lawrence M. Friedman, Sitem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Penerjemah M. Khozim, Bandung: Nusa Media, 2009, cet. Ke-2, h. 80 Ketiga, model perilaku yang menjelaskan atas dasar norma-norma yang tertanam dalam diri aktor. Untuk singkatnya M. Friedman menamakan model ini sebagai kesadaran nurani. Dalam masyarakat-masyarakat yang tak bernegara, sarana penegak hukumnya mungkin hanya kelompok sebaya –sebagai opini publik- dan kesadaran nurani. 39 Semua model perilaku hukum ini secara keseluruhan tidak bertentangan dengan yang lainnya. Sebagai tindakan hukum lebih menghasilkan dampak dalam satu tipe daripada yang lainnya. Imbalan dan hukuman ada di mana-mana di dalam hukum. Para pembuat hukum jelas berasumsi bahwa orang-orang akan berpikir dua kali sebelum mengambil risiko masuk penjara atau dikenai denda dan bahwa mereka akan tergugah untuk memperoleh umpan uang dan lainnya. Propaganda pemerintah jelas berpijak pada kekuatan kesadaran nurani dan opini publik. Segenap sistem hukum mengandalkan munculnya tindakan sukarela. Uang yang dikeluarkan dan yang tidak dikeluarkan untuk inspektor, detektif, polisi dan pengadilan mengasumsikan bahwa masyarakat menghendaki kepatuhan tanpa paksaan. 40

4. Kesadaran dan Kepatuhan Hukum