mereka mengenai najis, apakah pemahaman mereka ini didapatkan melalui proses pembelajaran dari pendidikan formal atau keagamaan, ataukah hanya dari proses
melihat atau mencontoh orang tua tanpa ada penjelasan. Pemahaman ini akan berimplikasi pada pelaksanaan thaharah yang tidak tepatmelenceng.
Dalam kitab-kitab fiqih hukum mengenai air kencing bayi ada perbedaan. Air kencing bayi laki-laki berbeda dengan air kencing bayi perempuan karena
kecendrungan air kencing bayi laki-laki lebih encer dari pada air kencing bayi perempuan, sehingga kekuatan air kencing bayi laki-laki untuk melekat pada tempat
yang dikenainya tidak sebesar kekuatan air kencing bayi perempuan. Sehingga air kencing bayi laki-laki dihukumi najis mukhaffafah dan cara membersihkannya cukup
dengan diperciki air. Sedangkan air kencing bayi perempuan sama seperti air kencing orang dewasa, sehingga cara membersihkannya harus dengan dibasuh.
3. Kedudukan thaharah dalam ibadah
Thaharah merupakan proses awal dari rangkaian kegiatan ibadah dengan tujuan untuk mendapatkan ridho Allah Swt. Masyarakat pada umumnya memahami
bahwa manifestasi dari ridho Allah yaitu berupa surga yang telah dijanjikan-Nya. Dalam memperoleh surga seseorang tentunya harus memiliki bekal amal baik yang
cukup berupa pahala. Pahala tersebut diperoleh melalui kegiatan ibadah yang dilakukan selama di dunia, misalnya shalat, zakat, infak, shadaqah dan lain
sebagainya. Dalam melakukan ibadah tentunya harus sesuai dengan rukun dan syaratnya, agar ibadah tersebut dianggap sah dan memiliki nilai pahala. Rukun dan
syarat tersebut merupakan prosedur yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang akan beribadah, dan thaharah merupakan proses awal dari prosedur yang ditetapkan
sebagai syarat dari sahnya ibadah baik shalat ataupun ibadah lain yang disayaratkan untuk bersuci.
Dari paparan di atas dapat terlihat bahwa thaharah kedudukan merupakan hal yang sangat penting dalam pencapaian ridho Allah. Oleh karena itu, pemahaman dan
pelaksanaan thaharah harus sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh para fuqoha dalam kitab-kitab fiqih. Jika kita melaksanakan thaharah dengan
sekehendak hati saja, maka hal itu dapat merusak ibadah kita, bahkan dapat menghilangkan pahala yang seharusnya didapatkan.
Dalam pelaksanaanya, di masyarakat Pulo Gebang, masih banyak orang yang memandang thaharah hanya sebagai ritual untuk melakukan ibadah saja dan
menyucikan diri dari sudut pandang jasmaniah. Mereka tidak mengemukakan ujung pangkal dari tujuan thaharah yaitu ridho Allah. Hal ini dalam pemaknaan thaharah
yang dibahas sebelumnya. Banyak yang memaknai thaharah hanya sebatas membersihkan diri dari najis guna melakukan ibadah. Namun mereka sepakat bahwa
pelaksanaan thaharah memiliki hubungan yang sangat penting baik dari sudut pandang teologis maupun kemanusiaan. Hal ini terungkap dalam jawaban yang
dikemukakan oleh beberapa narasumber berikut:
”Thaharah itu adalah dasar perintah dari Allah, jadi thaharah sangat bermanfaat untuk melaksanakan ibadah, agar kita selalu dalam keadaan suci,
bersih dan rapih menghadapbertemu dengan Allah. ”
9
Hal senada juga, diungkapkan oleh narasumber selanjutnya. Yakni, bersuci di sini sangat berfungsi sekali dalam kehidupan yaitu:
”Bersuci sangat bermanfaat sekali dalam kehidupan sehari-hari guna memelihara kebersihan, kesehatan jasmani dan rohani serta meningkatkan
keimanan kita kepada Allah, terutama dalam beribadah. Kalau orang tidak mengertitidak paham dengan bersuci bagaimana dengan ibadahnya nanti,
sedangkan tujuan kita adalah mengharap ridho dari-Nya.
”
10
Dari jawaban tersebut tergambar masyarakat menilai bahwa thaharah
memiliki tempat yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Thaharah dipandang sangat penting, baik dari segi keimanan maupun dari segi kebersihan, kesehatan dan
kesopanan dalam kaitannya dengan penilaian dari manusia. Dalam beribadah tidak hanya harus terpenuhi ketentuan thaharah, tetapi juga aspek pendukung yang juga
sangat penting yaitu kerapihan dan kesopanan. Fungsi thaharah tidak hanya untuk bersuci dalam pemenuhan kesahihan ibadah tetapi lebih dari itu, yaitu sebagai
pembersih diri dari hal-hal yang mengotori hati dan fikiran.
9
Wawancara pribadi, dengan Ibu Lina 33 Tahun latar belakang pendidikannya SMA dan berpengalaman mengikuti pendidikan
agama, pada hari jum’at, 25 Februari 2011 pukul 17.00 WIB
10
Wawancara pribadi dengan Bapak Rahman 34 Tahun latar belakang pendidikannya SMA dan berpengalaman mengikuti pendidikan agama, pada hari minggu, 27 Februari 2011 pukul
10.30 WIB
4. Faktor yang mempengaruhi pemahaman thaharah