Penulis menggunakan teori komunikasi antarbudaya karena berhubungan langsung dengan masalah penelitian. Teori ini hanya menjelaskan pengertian dan
asumsi komunikasi antarbudaya , sementara faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menciptakan hubungan yang harmonis akan dijelaskan lebih
lanjut.
II.2 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Hubungan Antarbudaya di dalam Masyarakat Majemuk
II.2.1 Faktor Pendukung
Faktor – faktor yang mendukung terjadinya hubungan antarbudaya yang harmonis di dalam masyarakat majemuk adalah sebagai berikut:
1. Imitasi
Faktor ini diuraikan oleh Gabriel Trade yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya bedasarkan faktor imitasi saja. Walaupun
pendapat ini yang berat sebelah, namun imitasi dalam interaksi sosial tidak kecil. Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan
maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah
informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik http:id.wikipedia.org. Orang sukar untuk belajar bahasa tanpa
mengimitasi orang lain. Bahkan tidak hanya berbahasa saja, tetapi juga tingkah laku tertentu, seperti cara member hormat, cara berterima kasih, cara memberi
isyarat dan sebagainya yang kita pelajari mula–mula mengimitasinya. Demikian juga cara berpakaian, adat–istiadat, dan konvensi– konvensi lainnya, faktor
imitasilah yang memegang peranan penting.
Universitas Sumatera Utara
Imitasi sosial dapat berdampak positif maupun negatif. Berdampak positif jika hasil peniruan itu berupa perilaku yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri
dan masyarakatnya. Mencontoh cara berbusana rapi dari orang-orang barat merupakan suatu sikap yang penting dan bermanfaat. Mencontoh etos kerja
orang-orang Barat perlu dilakukan karena bermanfaat bagi kemajuan hidup. Berdampak negatif jika hasil peniruan itu bertentangan dengan nilai dan norma
sosial yang berlaku. Berpakaian minim dan urakan sebagai hasil meniru budaya Barat merupakan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa
sendiri. Segi-segi negatif faktor imitasi, yaitu:
a. Kemungkinan yang diimitasi itu salah, sehingga menimbulkan kesalahan
kolektif yang meliputi jumlah manusia yang besar. b.
Kadang-kadang orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, sehingga dapat menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis Ahmadi, 1991:57.
Sebelum mengimitasi suatu hal, seseorang terlebih dahulu memenuhi beberapa syarat, yaitu:
a. Minat perhatian yang besar akan hal tersebut,
b. Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi,
c. Dapat juga orang-orang mengimitasi suatu pandangan atau tingkah laku,
karena hal itu mempunyai penghargaan sosial yang tinggi. Jadi, seseorang mungkin mengimitasi sesuatu karena ia ingin memperoleh penghargaan sosial
dalam lingkungannya.
Seorang sosiolog Prancis, Gabriel Tarde menyebutkan bahwa semua peniru merupakan hasil langsung dari berbagai bentuk imitasi, antara lain imitasi
Universitas Sumatera Utara
gaya, imitasi pendidikan, imitasi kepatuhan, dan imitasi kebudayaan. Dengan cara imitasi, pandangan dan tingkah laku seseorang mewujudkan sikap-sikap, ide-ide,
dan adat istiadat dari suatu keseluruhan kelompok masyarakat, dan dengan demikian pula seseorang dapat melebarkan dan meluaskan hubungan-
hubungannya dengan orang lain Gerungan, 2002. 2.
Sugesti Sugesti adalah pengaruh yang diberikan orang lain atau kelompok lain
mengenai pandangan hidup, sikap, dan perilaku tertentu yang diterima tanpa dipikirkan secara kritis akibatnya-akibatnya. Pengaruh sugesti ini sangat kuat jika
berasal dari orang-orang yang berwibawa atau berpengaruh dalam masyarakat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan emosi, stress, sedih, atau tertekan
biasanya akan mudah terpengaruh oleh sugesti. Remaja umumnya mudah sekali terpengaruh oleh reklame atau promosi
barang-baarang produk terbaru. Promosi melalui radio, televisi, surat kabar, atau majalah mudah sekali memberi sugesti kepada para remaja. Namun, bagi orang-
orang dewasa yang selalu berpikir kritis tidak mudah terpengaruh oleh sugesti. Faktor pendorong proses sugesti, antara lain sebagai berikut.
1 Kelompok idola atau kaum selebritis artis film, penyanyi tenar, atau orang- orang terkenal.
2 Reklame atau propaganda melalui media massa: radio, televisi, surat kabar, majalah, dan selebaran.
3 Orang-orang dewasa yang memiliki pengaruh, kharisma, atau wibawa. Misalnya : orang tua, guru, tokoh ulama, elit politik, pemimpin Negara, dan
orang-orang pandai.
Universitas Sumatera Utara
4 Orang-orang yang memiliki keduduk an tinggi di masyarakat dan pemerintahan. Misalnya: presiden, menteri, tokoh politik, pejabat Negara, dan
para pemimpin yang kharismatik. Beberapa faktor penyebab orang mudah tersugesti, antara lain sebagai
berikut. 1 Tidak mampu berpikir kritis atau tidak menggunakan akal sehat. Orang-
orang yang tidak mampu berpikir kritis, biasanya mudah terpengaruh sugesti. 2 Pikiran yang kacau, stress, tertekan, atau bercabang. Orang yang
berpikirannya kacau atau tertekan akan mudah tersugesti. Misalnya, orang yang banyak utang akan mudah menerima saran pergi ke dukun agar mudah
mendapatkan uang. 3 Kuatnya pengaruh pihak pemberi sugesti. Orang-orang yang berpengaruh,
seperti guru, dokter, ulama, atau orang-orang pintar nasihatnya akan diterima oleh orang-orang yang mengaguminya.
4 Adanya dukungan dari kelompok mayoritas. Seseorang akan mudah menerima nasihat, saran, atau pandangan bila ada dukungan dari banyak
orang. 5 Adanya pengaruh yang berulang-ulang. Iklan atau reklame yang
ditayangkan berulang-ulang di televisi atau radio, akan mempengaruhi seseorang untuk membeli barang yang dipromosikan tersebut.
3. Identifikasi
Identifikasi merupakan usaha seseorang untuk menjadi sama persis dengan orang lain, sifatnya lebih mendalam dari pada yang dilakukan dalam imitasi. Atau
bisa juga diartikan sebagai dorongan untuk menjadi identik sama dengan orang
Universitas Sumatera Utara
lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Proses identifikasi mula–mula berlangsung secara tidak sadar dengan sendirinya, kemudian irrasional, yaitu
berdasarkan kecenderungan–kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan berguna untuk melengkapi sistem–sistem norma, cita–cita
dan pedoman–pedoman tingkah laku orang yang mengindentifikasi itu Ahmadi, 1991 : 63.
Dalam proses identifikasi, proses peniruan dilakukan secara keseluruhan. Identifikasi ini dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
Prosesnya dapat berlangsung secara sadar atau tidak. Ini terjadi karena orang memerlukan tipe-tipe atau model-model ideal untuk dicontohkan dalam
kehidupannya. Identifikasi dilakukan kepada orang lain yang dianggapnya ideal dalam suatu segi, untuk memperoleh sistem norma, sikap, dan nilai yang
dianggapnya ideal, dan masih kurang pada dirinya. Objek penelitian dipilih berdasarkan penelitian subjektif, berperasaan. Ikatan yang terjadi antara orang
yang mengidentifikasi dan orang tempat identifikasi merupakan kaitan batin yang lebih mendalam daripada orang yang saling mengimitasi tingkah lakunya
Gerungan, 2002:68. 4.
Simpati Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap
orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaaan sebagaimana proses identifikasi. Orang tiba–tiba merasa
dirinya tertarik kepada orang lain seakan–akan dengan sendirinya, dan tertariknya itu bukan karena salah satu cirri tertentu melainkan karena keseluruhan cara
bertingkah laku orang tersebut.Timbulnya simpati itu merupakan proses yang
Universitas Sumatera Utara
sadar bagi diri manusia yang merasa simpati terhadap orang lain. Simpati menghubungkan seseorang dengan orang lain Gerungan, 2004 : 74.
Simpati adalah perasaan suka dan tertarik pada suatu sikap dan pola prilaku seseorang atau kelompok. Simpati merupakan proses yang seolah-olah
terlarut dalam perasaan, pikiran, kebahagiaan, atau kesedihan orang lain. Misalnya, seseorang ikut merasakan sakit dan sedih atas musibah yang dialami
oleh temannya. Orang itu mungkin akan menhibur temannya.Simpati sangat penting dalam menjalin hubungan dan komunikasi sosial.
Theodore Ribot dalam bukunya yang diberi judul “Pschology of Emotion,” menekankan pada peranan simpati yang dikatakan sebagai “adalah foundation for
all social science.” Ribot membagi simpati menjadi tiga, yaitu: a.
Tipe Primitif atau otomatis, yang dapat diterangkan dengan respon bersyarat.
b. Refleksif, yang mana seseorang sadar dalam dirinya terhadap keadaan
jiwanya. Ia tahu bahwa ia merasa apa yang dirasakan orang lain, walaupun ia tidak mengalaminya.
c. Tipe yang intelektual, yaitu rasa setia, rasa toleran dan philantropi: bentuk
ini tidak diarahkan pada orang tertentu, tetapi mempunyai corak-corak yang lebih umum dan abstrak Ahmadi, 1991:66.
5. Empati
Empati adalah perasaan ketertarikan yang mendalam terhadap orang lain atau kelompok lain. Empati lebih tinggi derajat pengaruhnya disbanding simpati.
Empati mempengaruhi kejiwaan seseorang. Contohnya, seorang ayah ikut merasakan penderitaan anaknya yang sedang sakit keras dan dirawat di rumah
Universitas Sumatera Utara
sakit. Ayah itu sangat sedih, sehingga jatuh sakit. Contoh lain, Putri merasa kasihan kepada pengemis yang tua renta. Perasaan itu mendorongnya untuk
memberikan sedekah kepada pengemis tersebut. Empati diidefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali,
mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain. Karena pikiran, kepercayaan dan keinginan seseorang berhubungan dengan perasaannya, seseorang yang
berempati akan mampu mengetahui pikiran dan mood orang lain. Empati sering dianggap sebagai semacam resonansi perasaan wikipedia.org. Menurut KBBI,
empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau
kelompok lain. Empati sebagai kajian multikultural meruapakan suatu penyelidikan untuk mengetahui bagaimana perbedaan dan hambatan kultural
dapat diatasi dengan cara menempatkan diri pada posisi lawan bicara Puwasito, 2003: 182.
II.2.2 Faktor Penghambat