dalam budaya konteks tinggi cenderung lebih curiga terhadap pendatang dan orang asing.
Kelima dimensi variasi kebudayaan ini merupakan sebagai bagian dari faktor – faktor penghambat komunikasi anatarbudaya. Penulis menjelaskan
faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat dalam komunikasi antarbudaya dengan maksud agar dapat memahami apa yang menjadi faktor
munculnya dan menghambat hubungan yang harmonis didalam suatu masyarakat yang majemuk.
II.3 Hubungan Antaretnis di Medan
Potret kemajemukan budaya karena adanya perpindahan penduduk secara massif tersebut dapat kita temukan salah satunya di kota Medan. Kota Medan
adalah ibukota dan merupakan pusat pemerintahan Propinsi Sumatera Utara yang juga merupakan kota terbesar nomor tiga di Indonesia, adalah sebuah kota yang
tumbuh pesat sejak pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk baik dari kalangan penduduk pribumi maupun imigran dari kawasan
Asia seperti Cina, India, Arab dan imigran dari kawasan Asia Tenggara. Gerak perpindahan kaum migran ke kota Medan tidak lepas dari tarikan magnit
pertumbuhan kota ini sebagai sentral kemajuan ekonomi sehingga dijadikan sebagai tempat tujuan baru yang menjanjikan harapan untuk perbaikan hidup.
Sudah luas diketahui bahwa kota Medan dan Tanah Deli Sumatera Timur pada umumnya yang pernah dijuluki sebagai “Het Dollar Land” berkembang sangat
cepat sejak pertengahan abad ke-19 seiring dengan perkembangan industri perkebunan mulanya perkebunan tembakau yang dirintis oleh Jacobus Nienhys
sejak 1863. Buruh-buruh dari Cina, India dan Pulau Jawa ketika itu didatangkan
Universitas Sumatera Utara
dalam jumlah besar oleh pengusaha-pengusaha perkebunan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Selain mereka yang didatangkan sebagai kuli, migran lain
pun terus berdatangan ke kota ini untuk tujuan berdagang dan mengisi berbagai lowongan pekerjaan yang tersedia.
Kota Medan dalam masa-masa perkembangannya mengalami pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, akibat terjadinya proses urbanisasi dari
berbagai daerah yang ada disekitarnya. Bahkan ada juga etnis-etnis pendatang pada masa penjajahan seperti keturunan Cina dan India. Yang hadir di kota medan
pada masa penjajahan di Indonesia pada masa pemerintahan Kolonia Belanda. Ada beberapa kelompok suku India-Indonesia yang telah lama menetap di
Indonesia. Salah satunya adalah kelompok suku masyarakat Tamil dari India Selatan banyak terdapat di daerah Sumatera Utara Medan, Pematang Siantar, dll.
Banyak dari mereka yang didatangkan oleh pemerintah kolonial Inggris untuk bekerja di perkebunan-perkebunan yang dibuka di daerah tersebut.
Suku Tamil adalah sebuah kelompok etnis yang berasal dari Asia Selatan. Komunitas Tamil yang paling tua berasal dari India bagian selatan dan Sri Lanka
bagian timur laut. Berbagai kelompok masyarakat dari anak benua India telah datang ke kepulauan Indonesia sejak masa pra-sejarah. Malah nama Indonesia
sendiri berasal dari bahasa Latin Indus India dan bahasa Yunani nêsos pulau yang secara harafiah berarti Kepulauan India. Suku Tamil di Indonesia dianggap
sebagai Keturunan asing pada masa orde baru dan kini telah disahkan menjadi bagian dari masyarakat Indonesia atau disebut sebagai Warga Negara Indonesia
WNI. Saat ini diperkirakan ada sekitar 70.000 warga keturunan Tamil India
Universitas Sumatera Utara
yang bermukim di Medan. Suku Tamil sendiri memiliki bahasa daerahnya yang berasala dari India Selatan yang disebut Bahasa Tamil.
Pada masa kolonial orang-orang Tamil bermukim di sekitar lokasi-lokasi perkebunan yang ada di sekitar kota Medan dan Sumatera Timur. Setelah masa
kemerdekaan, mereka pada umumnya berdiam di sekitar kota, yang terbanyak di kota Medan, juga di Binjai, Lubuk Pakam dan Tebing Tinggi. Pemukiman
mereka yang tertua di kota Medan terdapat di suatu tempat yang dulu dikenal dengan nama Kampung Madras, yaitu di kawasan bisnis Jl. Zainul Arifin dulu
bernama Jalan Calcutta. Kawasan ini lazim juga dikenal dengan sebutan Kampung Keling, dan sekarang sudah dikembalikan namanya menjadi Kampung
Madras. Lokasi perkampungan mereka terletak di pinggiran Sungai Babura, sebuah sungai yang membelah kota Medan dan menjadi jalur utama transportasi
di masa lampau. Di kawasan ini hingga sekarang masih mudah ditemukan situs- situs yang menandakan keberadaan orang Tamil, misalnya tempat ibadah umat
Hindu Shri Mariamman Kuil sebagai kuil terbesar yang dibangun tahun 1884 dan sejumlah kuil lainnya; juga pemukiman dan mesjid yang dibangun oleh orang
Tamil Muslim sejak tahun 1887. Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur
agama, suku etnis, budaya dan keragaman plural adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka.
Kota Medan saat ini telah memperlihatkan suatu gambaran keadaan yang terjadi proses penguatan rasa kesatuan kelompok etnis sebagai komunitas baru. Seperti
yang telah dikemukakan dalam perkampungan etnis tersebut, ternyata setiap kelompok etnis mempergunakan norma dan aturan serta ideologi tradisional
Universitas Sumatera Utara
daerah asal mereka, sehingga terjadilah suatu proses penguatan ikatan primordial pada setiap kelompok etnis.
Masyarakat di kota Medan yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama merupakan daerah yang rawan akan terjadinya konflik sosial. Namun
sampai saat ini, konflik sosial yang terjadi di Medan masih berada pada batas- batas kewajaran. Perkelahian antar kelompok pemuda yang pernah terjadi di
Medan, dengan segera dapat diatasi pihak keamanan. Terjadinya berbagai peristiwa peledakan bom di Gereja dan tempat-tempat lain di kota Medan,
ternyata tidak menyebabkan terjadinya konflik sosial yang bersifat terbuka pada masyarakat.
Kondisi yang tampak dipermukaan, menunjukkan bahwa masyarakat kota Medan yang terdiri dari berbagai etnis, suku bangsa dan agama dapat hidup rukun,
dengan pengertian tidak terjadi pertentangan atau konflik secara terbuka. Konflik sosial, tidak selamanya bersifat terbuka. Pertentangan yang terjadi dalam
masyarakat, ungkapan-ungkapan rasa benci antara satu kelompok dengan kelompok lain, ungkapan-ungkapan yang sifatnya memojokkan kelompok lain,
dapat dipandang sebagai suatu konflik sosial. Pertentangan-pertentangan seperti itu, bisa jadi merupakan awal terjadinya konflik sosial yang lebih besar dan
bersifat terbuka, dalam bentuk perkelahian dan tindak kekerasan. Peristiwa konflik sosial, adakalanya bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba. Bahkan ada
kemungkinan, sebagian besar konflik sosial yang terjadi di masyarakat merupakan proses yang panjang; mungkin diawali dengan terjadinya salah faham
antar individu, berkembang menjadi sikap antipati antar kelompok, dan dalam perkembangan selanjutnya meningkat menjadi konflik sosial. Kondisi tersebut
Universitas Sumatera Utara
bisa diperburuk ketika masyarakat yang berkonflik dipengaruhi oleh sikap “etnosentrisme”, dimana menurut Chang satu etnis atau kelompok tertentu merasa
lebih superior dari kelompok lain. Oleh karena itu, ada kemungkinan terjadinya konflik sosial yang dapat
merusak ketentraman didalam sebuah masyarakat. Hal ini menunjukkan perlu adanya suatu komunikasi antarbudaya yang efektif sehingga memunculkan suatu
harmonisasi dalam sebuah masyarakat majemuk guna mengantisipasi terjadinya konflik sosial terutama konflik etnis dan agama pada masyarakat di kota Medan.
Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti peranan komunikasi antarbudaya dalam membina hubungan yang harmonis.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasional. Metode korelasional adalah metode yang berusaha menjelaskan suatu
permasalahan atau gejala yang lebih khusus dalam penjelasan antara dua objek. Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan
apabila ada, seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut.
III.2 Deskripsi Lokasi Penelitian III.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di daerah Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia, Kotamadya Medan.
III.2.2 Keadaan Geografis
Kelurahan Polonia merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Polonia, Kotamadya Medan yang memiliki luas ± 1.57 km
2
. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Anggrung.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sukadamai.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sari Rejo.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Babura dan Kecamatan Medan
Baru. Kelurahan ini terletak pada ketinggian 25 m di atas permukaan laut.
Kelurahan Polonia adalah daerah pintu gerbang Kota Medan, yang merupakan
Universitas Sumatera Utara