memberikan laporan keuangan kepada Master Franchisee II Medan serta membeli bahan-bahan yang telah habis kepada Master Franchisee II Medan.
Adapun keunikan pada gerai dibandingkan yang gerai lainnya adalah pada dinding gerai dihiasi lampu hias dan pada atas gerai di beri dua lampu merah
seperti lampu ambulans. Hal ini merupakan inisiatif Wito untuk menarik calon pembeli. Berikut penuturannya :
“ Keunikan dari punyaku ini adalah lampu-lampu hias di sepanjang dinding gerai. Ini kumaksudkan untuk menarik
pembeli supaya beli di sini. Setelah beli, manatau bisa jadi pelanggan”
Hasil wawancara bulan Agustus.
Alasan pemilihan lokasi ini karena tingginya mobilitas masyarakat yang berlalu-lalang di wilayah ini serta mempunyai tantangan yang besar
yaitu adanya pasar modern yaitu Medan Plaza dan Medan Fair Plaza dan salah satu pasar yang terkenal di kota Medan yaitu Pasar Petisah. Berikut
penuturannya :
“setelah dikasih izin ama bu Sulis, aku pilih tempat ini karena ramenya orang lewat disini serta ada dua plaza yaitu Medan
Plaza dan di depan ini dan di sana ada pasar terkenal yaitu Pasar Petisah jadi, lebih menantang”
Hasil wawancara bulan Agustus
2. Uti
Uti 24 tahun adalah seorang karyawan Tela-Tela Fried Cassava lulusan SLTA yang telah bekerja sejak lima bulan yang lalu sampai sekarang
dengan gaji Rp 800.000,-bulan dengan jam kerja mulai pukul 09.00 Wib-
Universitas Sumatera Utara
21.00 Wib setiap hari Senin-Sabtu. Pekerjaan sebelumnya adalah karyawan toko grosir, dan memilih bekerja di sini karena lebih dekat dengan tempat
tinggal. Dalam proses wawancara, kadang-kadang terputus karena adanya pembeli namun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dijawab dengan santai
saja. Pekerjaan Uti tidaklah berat, mulai dari memasak ubi yang sudah
direbus, meraciknya dengan bumbu dan mengemasnya. Bekal itu di dapatnya ketika di-training oleh ibu Sulistyaningtyas. Walaupun, outlet ini dimiliki oleh
sub agen tapi ibu sulistyaningtyas tetap mengajari karyawan untuk mengolah Tela-Tela tersebut. Berikut penuturannya :
“Sebelum kerja tetap, aku di ajari selama satu hari tentang mengolah Tela-Tela, berapa timbangannya, memasaknya hingga menguning,
cara mengaduknya dan mengemasnya. Semua itu diajari ibu Sulis. Hasil wawancara, bulan Agustus 2008
Tersedia 14 rasa unik dan modern dengan harga Rp 3.500-Rp 4.000 dengan timbangan 1,5 ons. Terkadang ada permintaan konsumen untuk
menambah sedikit lebih banyak namun, tidak di beri olehnya karena itu sudah standarnya. apalagi bahan ubi tersebut telah ditimbang sebelum sampai
kepadanya yaitu bahan dan bumbu dari Master Franchisee yang telah ditimbang yaitu 10 Kgplastik besar.
Outlet ini menghabiskan ubi ± 20 Kghari atau 2 plastik besar dengan jumlah pembeli ± 83 orang. Yang sebagian besar adalah pelanggan Tela-Tela
Fried Cassava yaitu karyawan dari toko-toko ataupun plaza di sekitarnya, selebihnya adalah orang yang melintas. Menurutnya orang membeli Tela-Tela
Universitas Sumatera Utara
di sini karena unik dan murah. Mulai dari warna outlet, rasa dan pengemasannya. Rasa yang paling diminati pembeli adalah Barbeque dan
Balado.
3. Murni
Murni 40 tahun adalah salah satu pelanggan Tela-Tela Fried Cassava. Nenek yang sehari-hari tidak mempunyai pekerjaan, selalu
menghabiskan waktu dengan cucu di rumah yang tidak jauh dengan lokasi penjualan. Nenek ini adalah penggemar berat ubi sejak masih muda. Semenjak
dia mengetahui Tela-Tela Fried Cassava dari televisi maka nenek ini mulai menjadi pelanggan Tela-Tela tersebut. Dari setahun yang lalu, hampir setiap
hari dia membeli ubi gaul di sini dengan rasa Ballado. Selain karena dekat dari rumah, Tela-Tela Fried Cassava lebih gurih dibanding produk sejenisnya.
Berikut penuturannya : “ Nenek suka ubi, dari muda dulu. Waktu nenek nonton tv
penguasahanya di wawancarai, yang dari jogja. Ternyata Tela- Tela yang inih sambil menunjuk outlet. Karena deket dari
rumah jadi sering-sering beli. Di pringgan juga ada, tapi lebih gurih di sini.kreyes kreyes makannya”
Hasil wawancara, bulan Agustus 2008.
4. Fina