BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Globalisasi telah mengubah peta perdagangan dunia. Pasar yang semakin terbuka membuat persaingan semakin ketat dan melahirkan hiper kompetisi hyper
competition. Dengan bertambahnya pesaing-pesaing baru dalam dunia usaha membuat para pengusaha atau pedagang harus berpikir seoptimal mungkin untuk
mencapai tujuan. Belum lagi keberadaan para pelanggan dan pembeli konsumen yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan sirkulasi pasar. Pelanggan
global yang telah bebas memilih mengenai produk-produk yang akan dibeli serta dimana dia membeli menjadi manja dengan situasi global saat ini
http:majalahfranchise.com, diakses pada tanggal 30 Januari 2008. Pelanggan merupakan fokus dari aktivitas bisnis pasar apapun. Dengan
demikian, pelanggan adalah orang nomor satu di sirkulasi pasar. Ingatlah salah satu slogan ”costumer is our boss”. Segala sesuatunya harus dipandang dari sudut
pelanggan. Keingintahuan tentang pelanggan hendaknya terfokus pada apa yang sebenarnya mereka inginkan serta mengantisipasi apa yang mereka inginkan besok.
Penjualan bersifat dinamis, baik teknologi, pasar maupun ekonomi akan berubah. Ekspektasi pelanggan berubah karena terimbas oleh perubahan,
perkembangan informasi, provokasi pesaing dan sebagainya. Pelanggan lebih mempunyai informasi terkini dan menuntut lebih banyak. Semuanya memerlukan
pemahaman, antisipasi, dan kecerdikan untuk memanfaatkan perubahan, harus
Universitas Sumatera Utara
mampu menyelaraskan antara kemampuan dan keterbatasannya untuk memanfaatkan peluang sekaligus menahan ancaman yang diakibatkan perubahan tersebut.
Perubahan peta persaingan itu memaksa setiap pengusaha atau pedagang untuk mengubah strategi dasar mereka sehingga melahirkan sistem atau jenis pemasaran
baru, salah satunya adalah sistem waralaba franchise. Kata waralaba atau Franchise, berasal dari bahasa Prancis kuno Franchise
yang berarti bebas dari kungkunganbelenggu free from servitude. Hakekat dari pengertian waralaba adalah mandiri atau bebas. Kata ’mandiri’atau ’bebas’ di sini
lebih mengarah pada arti kepemilikan. Penerima waralaba Franchisee bukan anakcabang perusahaan atau unit company-owned pemberi waralaba Franchisor.
Hubungan antar kedua pihak ini bersifat horisontal. Dalam hubungan bisnis dan aspek hukum keduanya setara, dalam arti sama-sama memiliki hak dan kewajiban
yang harus ditaati dan dilaksanakan sesuai kesepakatan. Salah satu azas waralaba adalah kemitraan atau jaringan sosial, di dalam perjanjian waralaba, pemberi
waralaba Franchisor memberikan lisensi kepada penerima waralaba untuk dapat menggunakan merek dagangjasa yang dimiliki oleh pemberi waralaba. Sistem bisnis
tersebut berupa pedoman yang mencakup standarisasi produk, metode untuk mempersiapkan atau mengolah produk atau makanan, atau metode jasa, standar rupa
dari fasilitas bisnis, standar periklanan, sistem reservasi, sistem akuntansi, kontrol persediaan, kebijakan dagang dan lain-lain.
Dalam setiap format bisnis waralaba, sang pemberi waralaba Franchisor baik secara langsung maupun tidak langsung menarik pembayaran dari penerima waralaba
Franchisee atau Master Franchisee atas penggunaan merek dagangjasa dan atas
Universitas Sumatera Utara
partisipasi dalam sistem waralaba yang dijalankan. Biaya biasanya terdiri atas biaya awal, biaya royalti, biaya jasa, biaya lisensi atau biaya pemasaran. Untuk melebarkan
wilayah usaha maka si pemberi waralaba Franchisor mencari sebanyak-banyaknya si penerima waralaba Franchisee, Master Franchisee sedangkan si penerima
waralaba akan mencari sebanyak-banyaknya Sub Master franchisee. Pewaralabaan bisnis bertujuan meningkatkan efisien dan produktivitas. Ada
tiga alasan mengapa seorang pedagang mewaralabakan bisnisnya, yaitu : 1.
Kekurangan modal untuk ekspansi usaha pasar 2.
Kekurangan personil 3.
Melakukan perluasan pasar secara cepat Dari literatur, Isaac Singer pencipta dan pemilik mesin jahit merek Singer,
dianggap sebagai pelopor waralaba. Pada tahun 1851, ia memasarkan produknya melalui penyalur-penyalur independen dengan memungut royalti. Walaupun
demikian ada pula yang berpendapat jauh sebelum Isaac Singer, seorang pengusaha di Cina telah mempraktekkannya. Mungkin, pelopor waralaba bukan Amerika Serikat
melainkan Cina. Di AS, bisnis waralaba menyerap lebih dari 10 juta tenaga kerja dan diperkirakan meningkat menjadi 15 juta pada tahun 2005. di Inggris total penjualan
waralaba tahun 2000 menjadi 50, 24 miliar poundstering, dan meningkat 59,59 miliar poundsterling pada tahun 2001. Di AS dan Inggris, waralaba dijadikan program untuk
menanggulangi pengangguran dan mendorong kemajuan pengusaha kecil, yang merupakan perusahaan-perusahaan yang dimiliki dan dikendalikan suatu keluarga.
Berdasarkan studi yang dibuat Francorp, suatu perusahaan konsultan waralaba terbesar dari AS, Indonesia memiliki potensi dan prospek sangat baik bagi
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan bisnis waralaba. Di Indonesia, sistem ini mulai dikenal pada tahun 1950-an, pelopornya ialah Pertamina yang menjual minyak bumi atau melalui pompa-
pompa bensin SPBU. Kemudian perusahaan jamu antara lain Nyonya Meneer. Namun, mereka tidak pernah menyatakan bahwa sistem pemasaran dilakukan secara
waralaba Karamoy, 1996:5. Di tahun 1996, terdapat 154 franchisor pendatang baru diantaranya 20
franchisor lokal. Salah satunya adalah Tela-Tela Fried Cassava yang sampai saat ini laris di pasaran dengan produk singkong gaul. Tela-Tela Fried Cassava merupakan
merek brand lokal dari Jogjakarta yang menyajikan makanan ringan siap saji fast food yang mengandalkan bahan dasarnya ubi kayu dan keajaiban bumbu sehingga
melahirkan rasa keju, barbeque, ayam, pizza, kebab, balado, lado mudo, rujak, pepperoni, pedas asin, pedas manis, super pedas, jagung manis, jagung pedas, jagung
bakar dan campur. Ubi kayu Manihot Esculenta Grant atau Singkong dalam bahasa Jawa atau Ketela menurut Rukmana dalam Simanjuntak, merupakan salah satu bahan
pangan yang utama. Dengan hadirnya singkong gaul mengubah citra ubi yang menjadi makanan kelas dua menjadi naik kelas http:libraryusu.ac.id, diakses pada
tanggal 19 Desember 2007. Banyaknya permintaan membuat pedagang Tela-Tela Fried Cassava
mewaralabakan usahanya dan hingga saat ini telah menjangkau 700 gerobak merah kuning yang tersebar dari Aceh hingga Sorong dan Medan merupakan salah satu
wilayah tersebut Ardiansyah, 2008:16 Semakin maraknya produk yang sejenis dari Tela-Tela Fried Cassava membuat
pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava harus selalu melakukan strategi atau
Universitas Sumatera Utara
memunculkan strategi yang baru agar pembeli ataupun pelanggan tetap tertarik atau bertambah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui strategi-strategi yang
dilakukan pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava khususnya pada pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava di jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah,
Kecamatan Medan Petisah-Medan.
1.2. Perumusan Masalah