Strategi Pedagang Waralaba Dalam Merekrut Pelanggan (Studi Deskriptif : Pedagang Tela-Tela Fried Cassava di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Petisah Tangah, Kecamatan Medan Petisah)

(1)

STRATEGI PEDAGANG WARALABA

DALAM MEREKRUT PELANGGAN

(Studi Deskriptif : Pedagang Tela-Tela Fried Cassava di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Petisah Tangah, Kecamatan Medan

Petisah)

Oleh :

030901048

ARLISA RAKHMADANI

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS IMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Arlisa Rakhmadani

NIM : 030901048

Departemen : Sosiologi

Judul :

STRATEGI PEDAGANG

WARALABA DALAM MEREKRUT

PELANGGAN (Studi Deskripsi :

pedagang Tela-Tela Fried Cassava di

jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah

Tengah, kecamatan Medan Petisah)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Sismudjito, M.Si

NIP . 132 270 051 NIP 131 996 175

DR. Badaruddin M.A

Dekan

NIP 131 757 010


(3)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Pedagang Waralaba Dalam Merekrut Pelanggan (Studi Deskripsi : Pedagang Tela-Tela Fried Cassava di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, berawal dari maraknya pedagang waralaba yang mempunyai produk sejenis yaitu tela-tela. Persaingan global yang telah mengubah peta persaingan melahirkan sistem pemasaran baru yaitu waralaba. Dengan bertambahnya pesaing-pesaing baru dalam dunia usaha membuat para pengusaha atau pedagang harus berpikir seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan serta mempertahankan keberadaan para pelanggan dan pembeli (konsumen) yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan sirkulasi pasar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah

Master Franchisee, Sub Master Franchisee, karyawan serta pembeli dan pelanggan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan-catatan dari setiap kali turun lapangan.

Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa tingginya kompetisi pasar di wilayah tersebut baik produk lokal maupun luar negeri membuat pedagang Tela-Tela harus mampu melakukan kreativitas maupun inovasi produk. Harga murah, kemasan pembungkus, ramah tamah karyawan, dan produk Tela-Tela Fried Cassava yang diolah dengan bahan tradisional dan keunggulan rasa yang modren yaitu rasa keju, barbeque, ayam, pizza, kebab, balado, lado mudo, rujak, pepperoni, pedas asin, pedas manis, super pedas, jagung manis, jagung pedas, jagung bakar dan campur, membuat pedagang Tela-Tela Fried Cassava dapat bertahan dan merekrut pelanggan. Warna yang mencolok di gerai merupakan daya tarik terbesar untuk menarik perhatian pelanggan. Untuk menghadapi persaingan produk sejenis, maka Tela-Tela Fried Cassva mempertahankan kualitas, meningkatkan aneka produk serta memiliki hak paten merek Tela-Tela Fried Cassava. Bertahannya pelanggan membeli produk Tela-Tela Fried Cassava adalah strategi-strategi yang berhasil dilakukan dalam merekrut pelanggan

Untuk menjalankan peran dan tanggung jawab Master Franchisee juga dibantu oleh Franchisor maupun Master Franchisee

yang lainnya dengan cara jaringan sosial yang dijalin pada saat pelatihan ataupun pengenalan produk yang diselenggaran oleh Franchisor.


(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhambulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Strategi Pedagang Waralaba dalam Merekrut Pelanggan (Studi Deskriptif : pedagang Tela-Tela Fried Cassava di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah), disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP-USU). Secara ringkas skripsi ini menggambarkan strategi-strategi pedagang waralaba dalam mempertahankan pelanggan pada persaingan dengan pasar-pasar modern.

Penulis menyadarai sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada Ibu tercinta, S br Sembiring yang dengan cinta kasihnya memotivasi dan mengingatkan si penulis untuk menyelesaikan perkuliahan.


(5)

Izinkan penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi :

1. Bapak Prof DR. M. Arief Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak DR. Badaruddin, M.A, selaku ketua departemen Sosiologi dan ibu Dra. Rosmiani, M.Si selaku sekretaris departemen Sosiologi Universitas Sumatera Utara dan dosen wali.

3. Rasa hormat dan terima kasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada bapak Drs. Sismudjito, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, kak Fenni dan kak Betti yang telah cukup banyak membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga meja hijau.

5. Saudara-saudara yang saya sayangi, adekku Lia, Agung dan Ikbal yang telah memberikan semangat kepada penulis.

6. Para informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang dibutuhhan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas waktu dan kesediaan para informan


(6)

7. Kawan-kawan satu angkatan di Sosiologi Sos 03, terutama kepada Madan, Lena, Grace, Achong, Sri ‘cumi’, Ndah, Kiki, Cecep, Feri, Vorta, Ferdinan, Bastian, Sidiq dan David markus yang memberikan keceriaan dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Keluarga Besar IMASI (Ikatan Mahasiswa Sosiologi) FISIP USU, adik-adik junior, abang/kakak senior terutama mas Ded (Sos 01) yang telah meluangkan waktu untuk diskusi.

9. Anak-anak KU (KOMPAS-USU) yang seangkatan ‘SYLVA DUPA’ terutama marihot dengan kesabaran, perhatian, kasih dan semangatnya untuk segera menyelesaikan skripsi, Tari yang mengutangkan pulsa serta menemani petualangan alam bebas “alam memang ganas tapi indah”, Yoyo, April, Vani, Ibid, Rio, Arif dan tujuh belas orang lainnya yang tidak kusebutkan satu persatu

10. Senior-senior KOMPAS-USU yang telah menempa

kepribadianku menjadi lebih percaya diri dan mengasah kemampuanku serta junior-junior yang menjadi cerminan diriku untuk bersikap sebagai bagian dari masyarakat

11. Pengurus KOMPAS-USU periode 2008/2009 yang telah meminjamkan screen komputernya dan printer beserta kertasnya dengan gratis. Terima kasih banyak


(7)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu skripsi ini.

Medan, September 2008 (Penulis)

030901048 Arlisa Rakhmadani


(8)

DAFTAR ISI

halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 6

1.4.2. Manfaat Praktis ... 6

1.5. Definisi Konsep ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 9

BAB III. METODE PENELITIAN ... 14

3.1. Jenis Penelitian ... 14

3.2. Lokasi Penelitian ... 14

3.3. Unit Analisa dan Informan ... 15

3.3.1. Unit Analisa ... 15

3.3.2. Informan ... 15


(9)

b. Informan Biasa ... 16

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 17

3.5. Interpretasi Data ... 18

3.6. Jadwal Kegiatan ... 19

BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA ... 21

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

4.1.1. Sejarah Kelurahan Petisah ... 21

4.1.2. Topografi, Keadaan Alam dan Batas Wilayah ... 21

4.1.3. Administrasi Desa ... 22

4.1.4. Tata Penggunaan Lahan ... 25

4.1.5. Komposisi Penduduk ... 26

1. Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26

2. Berdasarkan Kelompok Usia ... 27

3. Berdasarkan Agama ... 28

4. Berdasarkan Suku ... 29

5. Berdasarkan Bidang Pekerjaan ... 30

6. Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31

4.1.6. Sarana dan Prasarana Kelurahan Petisah Tengah ... 32

4.2. Profil Informan ... 35

4.2.1. Informan Kunci ... 35

4.2.2. Informan Biasa ... 42

4.3. Strategi Tela-Tela Fried Cassava Merekrut Pelanggan ... 48

4.3.1 Strategi Tela-Tela Fried Cassava Terhadap Produk Sejenis ... 61


(10)

4.3.2 Pelanggan Bertahan Membeli Tela-Tela Fried

Cassava ... 65

BAB IV. PENUTUP ... 68

5.1 Kesimpulan... 68

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Jadwal Kegiatan ... 19

Tabel 2. Tata Penggunaan Lahan... 25

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia ... 27

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 28

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku ... 29

Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Bidang Pekerjaan ... 30

Tabel 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31


(12)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar I. Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Petisah Tengah ... 23 Gambar 2. Logo Tela-Tela Fried Cassava ... 63


(13)

Nama : Jenis Kelamin : Agama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Penghasilan : Pertanyaan

1. Sejak kapan bekerja di Tela-tela?

2. Bagaimana anda dapat bekerja disini?

3. Apakah anda menjalani training sebelum bekerja disini?

4. Berapa jam anda bekerja dalam satu hari?

5. Apa tugas anda?

6. Darimana anda mendapatkan bahan tela-tela (ubi, bumbu, minyak) bahan dagangan anda?

7. Berapa besar jumlah bahan tela-tela (ubi, bumbu, minyak) yang habis daam satu hari?

8. Menurut anda berapa jumlah pembeli dalam satu hari?

9. Menurut anda, apa yang menjadi alasan pelanggan membeli tela?

10.Pilihan rasa apa yang paling diminati oleh pelanggan tela-tela?


(14)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Pedagang Waralaba Dalam Merekrut Pelanggan (Studi Deskripsi : Pedagang Tela-Tela Fried Cassava di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, berawal dari maraknya pedagang waralaba yang mempunyai produk sejenis yaitu tela-tela. Persaingan global yang telah mengubah peta persaingan melahirkan sistem pemasaran baru yaitu waralaba. Dengan bertambahnya pesaing-pesaing baru dalam dunia usaha membuat para pengusaha atau pedagang harus berpikir seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan serta mempertahankan keberadaan para pelanggan dan pembeli (konsumen) yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan sirkulasi pasar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah

Master Franchisee, Sub Master Franchisee, karyawan serta pembeli dan pelanggan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan-catatan dari setiap kali turun lapangan.

Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa tingginya kompetisi pasar di wilayah tersebut baik produk lokal maupun luar negeri membuat pedagang Tela-Tela harus mampu melakukan kreativitas maupun inovasi produk. Harga murah, kemasan pembungkus, ramah tamah karyawan, dan produk Tela-Tela Fried Cassava yang diolah dengan bahan tradisional dan keunggulan rasa yang modren yaitu rasa keju, barbeque, ayam, pizza, kebab, balado, lado mudo, rujak, pepperoni, pedas asin, pedas manis, super pedas, jagung manis, jagung pedas, jagung bakar dan campur, membuat pedagang Tela-Tela Fried Cassava dapat bertahan dan merekrut pelanggan. Warna yang mencolok di gerai merupakan daya tarik terbesar untuk menarik perhatian pelanggan. Untuk menghadapi persaingan produk sejenis, maka Tela-Tela Fried Cassva mempertahankan kualitas, meningkatkan aneka produk serta memiliki hak paten merek Tela-Tela Fried Cassava. Bertahannya pelanggan membeli produk Tela-Tela Fried Cassava adalah strategi-strategi yang berhasil dilakukan dalam merekrut pelanggan

Untuk menjalankan peran dan tanggung jawab Master Franchisee juga dibantu oleh Franchisor maupun Master Franchisee

yang lainnya dengan cara jaringan sosial yang dijalin pada saat pelatihan ataupun pengenalan produk yang diselenggaran oleh Franchisor.


(15)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Globalisasi telah mengubah peta perdagangan dunia. Pasar yang semakin terbuka membuat persaingan semakin ketat dan melahirkan hiper kompetisi (hyper competition). Dengan bertambahnya pesaing-pesaing baru dalam dunia usaha membuat para pengusaha atau pedagang harus berpikir seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan. Belum lagi keberadaan para pelanggan dan pembeli (konsumen) yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan sirkulasi pasar. Pelanggan global yang telah bebas memilih mengenai produk-produk yang akan dibeli serta dimana dia membeli menjadi manja dengan situasi global saat ini

(

Pelanggan merupakan fokus dari aktivitas bisnis pasar apapun. Dengan demikian, pelanggan adalah orang nomor satu di sirkulasi pasar. Ingatlah salah satu slogan ”costumer is our boss”. Segala sesuatunya harus dipandang dari sudut pelanggan. Keingintahuan tentang pelanggan hendaknya terfokus pada apa yang sebenarnya mereka inginkan serta mengantisipasi apa yang mereka inginkan besok.

Penjualan bersifat dinamis, baik teknologi, pasar maupun ekonomi akan berubah. Ekspektasi pelanggan berubah karena terimbas oleh perubahan, perkembangan informasi, provokasi pesaing dan sebagainya. Pelanggan lebih mempunyai informasi terkini dan menuntut lebih banyak. Semuanya memerlukan pemahaman, antisipasi, dan kecerdikan untuk memanfaatkan perubahan, harus


(16)

mampu menyelaraskan antara kemampuan dan keterbatasannya untuk memanfaatkan peluang sekaligus menahan ancaman yang diakibatkan perubahan tersebut.

Perubahan peta persaingan itu memaksa setiap pengusaha atau pedagang untuk mengubah strategi dasar mereka sehingga melahirkan sistem atau jenis pemasaran baru, salah satunya adalah sistem waralaba (franchise).

Kata waralaba atau Franchise, berasal dari bahasa Prancis kuno (Franchise) yang berarti bebas dari kungkungan/belenggu (free from servitude). Hakekat dari pengertian waralaba adalah mandiri atau bebas. Kata ’mandiri’atau ’bebas’ di sini lebih mengarah pada arti kepemilikan. Penerima waralaba (Franchisee) bukan anak/cabang perusahaan atau unit (company-owned) pemberi waralaba (Franchisor). Hubungan antar kedua pihak ini bersifat horisontal. Dalam hubungan bisnis dan aspek hukum keduanya setara, dalam arti sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan sesuai kesepakatan. Salah satu azas waralaba adalah kemitraan atau jaringan sosial, di dalam perjanjian waralaba, pemberi waralaba (Franchisor) memberikan lisensi kepada penerima waralaba untuk dapat menggunakan merek dagang/jasa yang dimiliki oleh pemberi waralaba. Sistem bisnis tersebut berupa pedoman yang mencakup standarisasi produk, metode untuk mempersiapkan atau mengolah produk atau makanan, atau metode jasa, standar rupa dari fasilitas bisnis, standar periklanan, sistem reservasi, sistem akuntansi, kontrol persediaan, kebijakan dagang dan lain-lain.

Dalam setiap format bisnis waralaba, sang pemberi waralaba (Franchisor) baik secara langsung maupun tidak langsung menarik pembayaran dari penerima waralaba (Franchisee atau Master Franchisee) atas penggunaan merek dagang/jasa dan atas


(17)

partisipasi dalam sistem waralaba yang dijalankan. Biaya biasanya terdiri atas biaya awal, biaya royalti, biaya jasa, biaya lisensi atau biaya pemasaran. Untuk melebarkan wilayah usaha maka si pemberi waralaba (Franchisor) mencari sebanyak-banyaknya si penerima waralaba (Franchisee, Master Franchisee) sedangkan si penerima waralaba akan mencari sebanyak-banyaknya Sub Master franchisee.

Pewaralabaan bisnis bertujuan meningkatkan efisien dan produktivitas. Ada tiga alasan mengapa seorang pedagang mewaralabakan bisnisnya, yaitu :

1. Kekurangan modal untuk ekspansi usaha pasar 2. Kekurangan personil

3. Melakukan perluasan pasar secara cepat

Dari literatur, Isaac Singer (pencipta dan pemilik mesin jahit merek Singer), dianggap sebagai pelopor waralaba. Pada tahun 1851, ia memasarkan produknya melalui penyalur-penyalur independen dengan memungut royalti. Walaupun demikian ada pula yang berpendapat jauh sebelum Isaac Singer, seorang pengusaha di Cina telah mempraktekkannya. Mungkin, pelopor waralaba bukan Amerika Serikat melainkan Cina. Di AS, bisnis waralaba menyerap lebih dari 10 juta tenaga kerja dan diperkirakan meningkat menjadi 15 juta pada tahun 2005. di Inggris total penjualan waralaba tahun 2000 menjadi 50, 24 miliar poundstering, dan meningkat 59,59 miliar poundsterling pada tahun 2001. Di AS dan Inggris, waralaba dijadikan program untuk menanggulangi pengangguran dan mendorong kemajuan pengusaha kecil, yang merupakan perusahaan-perusahaan yang dimiliki dan dikendalikan suatu keluarga.

Berdasarkan studi yang dibuat Francorp, suatu perusahaan konsultan waralaba terbesar dari AS, Indonesia memiliki potensi dan prospek sangat baik bagi


(18)

pertumbuhan bisnis waralaba. Di Indonesia, sistem ini mulai dikenal pada tahun 1950-an, pelopornya ialah Pertamina yang menjual minyak bumi atau melalui pompa-pompa bensin (SPBU). Kemudian perusahaan jamu antara lain Nyonya Meneer. Namun, mereka tidak pernah menyatakan bahwa sistem pemasaran dilakukan secara waralaba (Karamoy, 1996:5).

Di tahun 1996, terdapat 154 franchisor pendatang baru diantaranya 20 franchisor lokal. Salah satunya adalah Tela-Tela Fried Cassava yang sampai saat ini laris di pasaran dengan produk singkong gaul. Tela-Tela Fried Cassava merupakan merek (brand) lokal dari Jogjakarta yang menyajikan makanan ringan siap saji (fast food) yang mengandalkan bahan dasarnya ubi kayu dan keajaiban bumbu sehingga melahirkan rasa keju, barbeque, ayam, pizza, kebab, balado, lado mudo, rujak, pepperoni, pedas asin, pedas manis, super pedas, jagung manis, jagung pedas, jagung bakar dan campur. Ubi kayu (Manihot Esculenta Grant) atau Singkong dalam bahasa Jawa atau Ketela menurut Rukmana dalam Simanjuntak, merupakan salah satu bahan pangan yang utama. Dengan hadirnya singkong gaul mengubah citra ubi yang menjadi makanan kelas dua menjadi naik kelas tanggal 19 Desember 2007).

Banyaknya permintaan membuat pedagang Tela-Tela Fried Cassava mewaralabakan usahanya dan hingga saat ini telah menjangkau 700 gerobak merah kuning yang tersebar dari Aceh hingga Sorong dan Medan merupakan salah satu wilayah tersebut (Ardiansyah, 2008:16)

Semakin maraknya produk yang sejenis dari Tela-Tela Fried Cassava membuat pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava harus selalu melakukan strategi atau


(19)

memunculkan strategi yang baru agar pembeli ataupun pelanggan tetap tertarik atau bertambah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui strategi-strategi yang dilakukan pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava khususnya pada pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava di jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah-Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba untuk menarik suatu permasalahan agar lebih mengarah pada penelitian dimaksud yaitu : 1. Apakah strategi-strategi yang dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela

Fried Cassava yang berada di jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah, kecamatan Medan Petisah- Medan dalam merekrut pelanggan?

2. Bagaimana Strategi Tela-Tela Fried Cassava terhadap maraknya produk sejenis? 3. Apakah penyebab para pelanggan bertahan membeli Tela-tela Fried

Cassava tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui strategi-strategi yang dilakukan oleh pedagang waralaba khususnya pada pedagang waralaba Tela-tela Fried Cassava di jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah, kecamatan Medan Petisah-Medan dalam menarik pelanggan ?


(20)

2. Untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan dalam menghadapi maraknya produk sejenis

3. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menarik dari pedagang waralaba Tela-tela Fried Cassava sehingga para pelanggan membeli Tela-tela ?

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Untuk melatih kemampuan akademis sekaligus penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh penulis.

2. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai ketertarikan dengan masalah penelitian ini

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Data-data dalam penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perumus Kebijakan dan instansi terkait.

2. Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi pedagang (penerima waralaba) Tela-Tela Fried Cassava

1.5. Definisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dalam memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini maka dibuat batasan-batasan makna dan arti konsep yang dipakai yaitu :


(21)

1. Waralaba (Franchise) menurut peraturan menteri perdagangan (no.12/2006) adalah perikatan antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba dimana penerima waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultan operasional yang berkesinambungan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba.

2. Pemberi waralaba (franchisor) adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penerimaan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.

3. Penerima Waralaba (Master Franchisee, Franchisee) adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.

4. Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Pelanggan yaitu mereka datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk membeli suatu barang atau jasa, tetapi tidak mempunyai ke (di) mana akan membeli.

6. Pembeli adalah mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk membeli suatu barang atau jasa, tetapi tidak mempunyai ke (di) mana akan membeli.


(22)

7. Stategi adalah rencana atau langkah tindakan mengarah pada alokasi sumber daya langka organisasi atau badan usaha menurut waktu untuk mencapai tujuan

8. Merekrut adalah mencari atau mengajak orang-orang untuk ikut atau menikmati dan berpartisipasi dalam sebuah kegiatan.

9. Sub Master Franchisee adalah seseorang yang mempunyai gerai/gerobak yang dinaungi oleh Master Franchisee

10. Karyawan adalah pekerja


(23)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

Umumnya bertumbuhnya ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor eksternal seperti struktur dan sistem ekonomi. Namun, pengaruh internal juga sangat menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava agar dapat banyak merekrut pelanggan adalah mengemas produk mereka dengan inovasi dan kreasi moderen yang mengikuti kualitas selera pelanggan.

Veblen memandang selera sebagai senjata dalam kompetisi. Kompetisi tersebut berlangsung antarpribadi, antara seseorang dengan orang lain. Jika masyarakat tradisional, kepercayaan seseorang sangat dihargai sedangkan dalam masyarakat modren, penghargaan diletakkan atas dasar selera dengan mengkonsumsi sesuatu yang merupakan refleksi. Konsumsi dapat dilihat sebagai pembentuk identitas. Barang-barang simbolis dapat juga dipandang sebagai sumber dengan mana mengkonstruksi identitas dan hubungan-hubungan dengan orang lain yang menempati simbolis yang sama (Damsar, 2002:12).

Menurut Weber, gambaran gaya hidup tertentu dari kelompok status tertentu adalah konsumsi. Konsumsi dipandang dalam sosiologi bukan sekedar pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan biologis manusia tetapi terkait kepada aspek-aspek sosial budaya. Konsumsi berhubungan dengan masalah selera, identitas, atau gaya hidup yang dapat berubah, dan tergantung pada persepsi tentang selera dari orang lain (Damsar, 2002:121).


(24)

2.1 Teori Aksi

Strategi pedagang waralaba dalam merekrut pelanggan diwujudkan dalam bentuk tindakan sosial yang penuh arti dilakukan oleh pedagang itu sendiri. Menurut Weber tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjek bagi dirinya (Damsar, 2002:124)

Tindakan pedagang waralaba menyangkut prilaku perdagangan yang merupakan pertukaran prilaku dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Dalam hal ini termasuk melakukan adaptasi trend dan model yang beredar dipasaran. Dan merekapun memperhitungkan strategi dan merek dengan tujuan agar memperoleh keuntungan sebagai pendapatan hidup sehingga strategi yang dilakukan dapat mempertahankan usahanya.

Pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava dalam strategi mempertahankan usahanya berusaha melebarkan jaringannya dan merekrut pelanggan melalui teori aksi tentang tindakan sosial sebagai konsep dasar dari Talcott Parsons mengatakan bahwa manusia merupakan aktor yang kreatif dari realitas sosialnya dan memiliki kebebasan untuk bertindak. Menurut teori aksi manusia merupakan aktor yang aktif dan kreatif dari realitas sosial. Asumsi teori aksi yakni :

1. Tindakan manusia mulai dari kesadaran sendiri sehingga subjek dan situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.

2. Sebagai subjek manusia bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, metode, serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.


(25)

4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi tidak dapat diubah dengan sendirinya.

5. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan dilakukannya.

Talcott Parsons menggunakan istilah ”action” mengatakan secara tidak langsung aktifitas, kreatifitas, dan proses penghayatan diri individu dengan menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dan karekteristik sebagai berikut :

1. Adanya individu sebagai aktor.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tertentu

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuan.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi/situasi serta dapat membatasi tindakan untuk mencapai tujuan.

5. Aktor berada di bawah kendali nilai-nilai, norma-norma dan ide abstrak yang mempengaruhi dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan (Ritzer, 2004:57).

Talcott Parsons juga mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu organisme yang hidup, agar dapat bertahan hidup dan mencapai suatu tujuan maka perlu empat prasyarat fungsional yaitu :

1. A-Adaptation (Adaptasi)

-Bahwa semua sistem sosial berawal dari hubungan dua (2) orang sampai dengan sistem sosial yang lebih besar dan rumit, harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang dihadapinya baik itu lingkungan fisik atau sosial.


(26)

-Harus terdapat suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang keras dan mungkin dapat diubah dari lingkungan.

-Juga dapat dilakukan proses transformasi aktif dari situasi itu, yakni menggunakan keadaan lingkungan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

2. G-Goal Attainment (Pencapaian Tujuan)

Tindakan diarahkan bukan untuk mencapai tujuan pribadi individu, melainkan tujuan bersama para anggota sistem sosial.

3. I-Integration

Agar suatu sistem sosial dapat berfungsi secara efektif maka diperlukan adanya tindakan solidaritas di antara individu-individu terlibat. Masalah integrasi merujuk pada kebutuhan untuk menjamin ikatan emosional yang mampu menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama dapat dikembangkan dan dipertahankan.

4. L-Latent Patent Maintenance (Pemeliharaan Pola-pola yang Laten)

Suatu sistem sosial diharapkan mampu mengatasi kemungkinan bahwa suatu saat para anggotanya akan merasa letih dan jenuh sehingga mengarah pada terhentinya interaksi. Ini dapat dikatakan wajar, tetapi harus diperhatikan agar komitmen terhadap kelompok tetap utuh sehingga interaksi sistem dapat dilanjutkan bila dirasa perlu (Doyle, 1986:131).

2.2 Jaringan Sosial

Selain mempertahankan usahanya dengan melebarkan jaringannya dan merekrut pelanggan dapat juga melalui pembentukan jaringan sosial atau pola


(27)

kerjasama yang dapat diterapkan oleh pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava yaitu :

1. Jaringan sosial yang dibentuk adalah pola kerja sama pemberi waralaba dengan penerima waralaba yang berdasarkan pada sistem perjanjian usaha waralaba serta sesama penerima waralaba

2. Jaringan sosial sesama pedagang waralaba dikembangkan melalui jaringan sosial yang bersifat timbal balik dan sejajar. Jaringan sosial dapat dipandang sebagai pengaturan logika atau cara menggerakkan hubungan atau pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava. Jaringan sosial merupakan perekat yang menyatukan individu-individu secara bersama-sama ke dalam suatu sistem terpadu. Keterlekatan hubungan timbal-balik dan koneksi semuanya merupakan hubungan jaringan baik setiap tindakan tertentu melekat dalam struktur yang lebih luas (Damsar, 2002:45).

Aktor dalam jaringan sosial berhubungan satu dengan lainnya. Melalui jaringan sosial, individu-individu ikut serta dalam tindakan yang respositas (hubungan timbal-balik) dan melalui hubungan ini pula diperoleh keuntungan yang saling memberikan apa yang dibutuhkan satu sama lain.


(28)

BAB III.

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan tentang apa yang diteliti dan berusaha mendapatkan data sebanyak mungkin sehingga memberikan gambaran yang jelas dan tepat tentang apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian.

Dalam penelitian deskriptif juga mengandung pekerjaan mencatat, menganalisis dan mengintrepretasikan kondisi-kondisi sekarang yang terjadi. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada (Mardalis, 1990:26).

Pendekatan deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan tentang apa yang diteliti dan berusaha mendapatkan data sebanyak mungkin sehingga dapat memberikan suatu gambaran yang jelas dan tepat tentang apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian

Pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava ini berada di jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah, kecamatan Medan Petisah-Medan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah sebagai berikut :


(29)

1. Pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava menganut sistem pemasaran yang baru-baru ini berkembang pesat di Indonesia yang memiliki pesaing yang sangat banyak di lokasi ini.

2. Lokasinya berada di sekitar pasar-pasar modren yaitu Medan Plaza, Medan Fair Plaza dan Pasar Petisah yang mempunyai produk-produk lebih inovatif, menawarkan banyak pilihan dan merupakan gambaran status sosial masyarakat yang merupakan cerminan gaya hidup.

3.3. Unit Analisa dan Informan 3.3.1. Unit Analisa

Yang menjadi unit analisa data dalam penelitian ini adalah pedagang Tela-Tela (Master Franchisee II) Fried Cassava Medan, Sub Master Franchisee, karyawan Tela Fried Cassava, pelanggan dan pembeli yang membeli Tela-Tela di jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah, kecamatan Medan Petisah-Medan.

3.3.2. Informan

a) Informan Kunci (key informan)

Informan kunci merupakan sumber informasi yang aktual dalam menjalankan tentang dunia usaha Tela-Tela dalam strateginya merekrut pelanggan. Informan kunci dalam penelitian ini adalah :


(30)

1) Master Franchisee II Tela-Tela Fried Cassava Medan

Informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah berupa informasi tentang strategi-strategi menguasai pasar serta merekrut dan mempertahankan pelanggan Tela-Tela Fried Cassava

2) Sub Master Franchisee II Tela-Tela Medan

Informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah berupa informasi mengenai strategi-strategi khusus yang dilakukannya sehingga dapat merekrut dan mempertahankan pelanggan.

b) Informan Biasa

Informan biasa merupakan sumber informasi sebagai data-data pendukung. Informan biasa dalam penelitian ini adalah :

1) Karyawan Tela-Tela Fried Cassava

Informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah mengenai pelayanan yang diberikan kepada pembeli ataupun pelanggan serta kuantitas pembeli atau pelanggan.

2) Pelanggan Tela-Tela Fried Cassava

Adapun informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah pendapat dan alasan mereka untuk tetap bertahan mengkonsumsi Tela-Tela Fried Cassava

3) Pembeli Tela-Tela Fried Cassava

Informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah penyebab yang membuat mereka tertarik membeli produk Tela-Tela Fried Cassava


(31)

4) Staf Pemerintahan Kelurahan Petisah Tengah

Informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah berupa informasi lokasi penelitian.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode tertentu untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode yang dipilih berdasarkan pada berbagai faktor terutama jenis data dan informan. Metode pengumpulan data tergantung karakteristik data, maka metode yang digunakan tidak selalu sama dengan informan (Gulo, 2002:110-115).

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 (dua) jenis, yakni data primer dan data skunder.

1. Data Primer, diperoleh melalui :

a) Observasi partisipan, adalah suatu bentuk observasi khusus dimana peneliti tidak hanya menjadi pengamat pasif, melainkan juga mengambil berbagai peranan dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti (K.Yin, 2002:113-114). Disini peneliti akan melakukan observasi langsung ke lapangan, ikut serta dalam meracik dan mengemas Tela-Tela Fried Cassava. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran faktual, cermat, dan terperinci mengenai produk Tela-Tela Fried Cassava


(32)

b) Wawancara Mendalam, yakni melakukan suatu percakapan atau tanya jawab secara mendalam dengan informan. Disini peneliti akan berusaha menggali informasi yang sebanyak-banyaknya dari informan dengan dipandu oleh pedoman wawancara (Depth Interview). Hal-hal yang ingin diwawancarai adalah berupa informasi penyebab tertariknya pembeli atau pelanggan, lamanya waktu serta bertahannya pelanggan atau pembeli serta strategi-strategi dari pedagang (Master Franchisee).

2. Data Sekunder, diperoleh melalui : a) Studi Kepustakaan

Yakni dengan menggunakan buku-buku atau referensi lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.

3.5. Interpretasi Data

Bogdan dan Biklei menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan pada orang lain (Moleong, 2005:248).

Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti akan mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan sebagainya yang selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama. Diintrepretasikan/analisis


(33)

sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik.

3.6. Jadwal Kegiatan

Pengajuan judul ini merupakan tahap awal dari serangkaian kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah seminar proposal dilakukan, lalu revisi proposal, pengurusan izin penelitian, dan tahapan selanjutnya adalah persiapan penelitian langsung ke lapangan. Untuk lebih rinci jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI 1 Pengajuan Judul Penelitian ●

2 Penyusunan Proposal Penelitian ●

3 Seminar Proposal ●

4 Revisi Proposal ● ● ● ● ●

5 Pengurusan Izin Penelitian ●

6 Penyusunan Interview Guide ●

7 Turun ke Lapangan ●

8 Interpretasi Data ●

9 Penyusunan Laporan Penelitian ●


(34)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Sebagai peneliti yang belum berpengalaman penulis merasakan banyak kendala yang dihadapi, salah satu diantaranya penulis masih belum menguasai secara penuh teknik dan metode penelitian, sehingga dapat menjadi keterbatasan dalam mengumpulkan dan menyajikan data. Kendala tersebut dapat diatas melalui proses bimbingan dari dosen pembimbing skripsi, selain bimbingan dengan dosen pembimbing, penulis juga berusaha untuk mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat mendukung proses penelitian ini. Terbatasnya waktu yang dimiliki informan juga mempengaruhi pengerjaan tulisan ini, para informan yang hanya membeli dan pedagang yang tidak menyediakan tempat hidangan membuat informan hanya sekedar saja meluangkan waktunya. Waktu yang terbatas karena banyaknya pembeli ataupun pelanggan, sehingga penulis harus rela melakukan wawancara bertahap.


(35)

BAB IV.

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Kelurahan Petisah Tengah

Sejarah mengenai berdirinya kelurahan Petisah Tengah sampai saat ini belum ada secara tertulis, penulis membuat tulisan ini berdasarkan hasil wawancara dengan staf kelurahan. Berdasarkan penuturannya diperoleh informasi bahwa awalnya kelurahan ini merupakan kuburan cina dan semenjak tahun 1983-an mulailah berdiri pemukiman hingga sampai sekarang sedangkan, suku Melayu adalah suku yang mendominasi saat itu. Kehadiran Pasar Petisah memicu tingkat mobilitas suku pendatang dan menetap di kelurahan ini sedangkan, pasar-pasar modern mulai merambah kawasan ini yaitu Medan Plaza dan Medan Fair Plaza yang menyemarakkan persaingan dunia usaha.

4.1.2. Topografi, Keadaan Alam dan Batas Wilayah

Topografi kelurahan Petisah Tengah, kecamatan Medan Petisah-Medan memiliki topografi miring ke arah utara dan berada pada ketinggian tempat 30-32 m di atas permukaan laut. Secara geografis terletak diantara 2º29’-2º49’ Lintang Utara dan 98º35’-98º44’ Bujur Timur dan mempunyai dua sungai yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli yang tercemar namun, wilayah ini tidak memiliki titik rawan banjir. Banyaknya jenis transportasi yang melewati


(36)

wilayah ini tidak sampai membuat tercemarnya polusi udara, mungkin dikarenakan pepohonan yang berdiri di sekitar jalan dan mempunyai sebuah taman.

Tanah diolah untuk pembangunan infrastruktur perkotaan dan keadaan jalan yaitu jalan aspal yang lumayan bagus. Secara geografis kelurahan Petisah Tengah memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kelurahan Kesawa 2. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kelurahan Siskambing 3. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kelurahan Skip

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kelurahan Madrasulu

4.1.3. Administrasi Desa

Kelurahan Petisah Tengah merupakan wilayah yang terletak di kecamatan Medan Petisah. kelurahan ini memiliki luas wilayah ±127 Ha. Adapun jarak antara kelurahan Petisah Tengah dengan pusat pemerintahan kecamatan adalah ±1 Km.

Secara struktural pemerintahan kelurahan Petisah Tengah dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini :


(37)

(38)

Keterangan :

Lurah : H Azrul

Sekretaris Lurah : Frans Siahaan

Seksi Pemerintahan : Muhammad A Seksi Ketentraman Ketertiban : I Ginting

Seksi Pembangunan : Agustia Br Harahap Seksi Kesejahteraan Masyarakat : Syahdani

Seksi Umum : Mismi Z

Kepala Lingkungan I : Emmy T Kepala Lingkungan XIII : Dahril Nst Kepala Lingkungan II : Indra Amri Kepala Lingkungan XIV: Eswin Sukarja Kepala Lingkungan III : Thamrin Kepala Lingkungan XVI : E Sitepu Kepala Lingkungan IV : Adrah Kepala Lingkungan XVII : Sinar Gtg Kepala Lingkungan V/XV : A.Soemasis

Kepala Lingkungan VI : Husin Kepala Lingkungan VII : Sukiman Kepala Lingkungan VIII : H.Mansur Kepala Lingkungan IX : Siti Nurhaidah Kepala Lingkungan X : Rustam Effendi Kepala Lingkungan XI : Kasim Pulungan Kepala Lingkungan XII : Syawaluddin


(39)

Lembaga pemerintahan desa merupakan lembaga formal paling penting yang ada, di kelurahan Petisah Tengah telah memiliki perangkat pemerintahan desa yang lengkap, namun secara umum peran lurah bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi lembaga, sementara perangkat lurah lainnya seperti seksi-seksi lebih kepada administrasi kantor dan kepala lingkungan mempunyai peranan penting untuk membantu tugas lurah. Lurah dipilih langsung oleh walikota dan lurah H.Azrul telah terpilih sejak 30 Januari 2004 sampai sekarang. Di lingkup internal kelurahan, lurah merupakan orang yang dihormati termasuk juga pemuka agama (haji)

4.1.4. Tata Penggunaan Lahan

Kelurahan Petisah Tengah yang memiliki luas wilayah ±127 Ha terbagi atas beberapa bagian lahan seperti lahan pemukiman, lahan kuburan, lahan pekarangan, lahan taman, lahan perkantoran dan lahan prasarana umum. Adapun jumlah luas lahan-lahan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 2.

Tata Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Pemukiman 13 Ha 10

2 Kuburan 0,5 Ha 0,3

3 Pekarangan 3 Ha 2


(40)

5 Perkantoran 12 Ha 9,4

6 Prasarana Umum 100 Ha 78

Total 127 Ha 100

Sumber : Kantor Kelurahan Petisah Tengah, 2007.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan untuk prasarana umum menempati posisi paling tinggi yakni 100 Ha, jumlah ini termasuk prasarana transportasi, prasarana pemerintahan, prasarana peribadatan, prasarana olahraga, prasarana kesehatan, prasarana pendidikan, prasarana hiburan dan prasarana TPA umum.

4.1.5 Komposisi Penduduk

Secara demografi kelurahan Petisah Tengah dapat dilihat dari berbagai komposisi pendududuk. Untuk memudahkan proses penyusunan datanya, maka komposisi kelurahan Petisah Tengah di bagi dalam beberapa bagian yaitu :

1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 3.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 8.060 orang 53

2 Perempuan 7.050 orang 47

Total 15.110 orang 100


(41)

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk kelurahan Petisah Tengah yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8.060 orang (53%), sedangkan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 7.050 orang (47%).

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Komposisi penduduk kelurahan Petisah Tengah berdasarkan usia dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia No Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 0-15 5.091 orang 33.6

2 >15-24 2.168 orang 14.3

3 >24-58 7.018 orang 46.4

4 >58 833 orang 5.7

Total 15.110 orang 100

Sumber : Kantor Kelurahan Petisah Tengah, 2007.

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah usia penduduk yang paling banyak yaitu >24-58 tahun yaitu 7.018 orang (46,4 %) dan yang paling rendah >58 tahun yaitu 833 orang (5,3%).


(42)

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Manusia adalah mahluk sosial yang mempunyai kebutuhan yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, kebutuhan tersebut saling berhubungan dan harus seimbang. Agama termasuk kebutuhan rohani yang sangat penting karena turut mempengaruhi tata kehidupan sosial. Secara sosiologis agama mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah fungsi edukatif, penyelamat, dan kontrol sosial (social control).

Komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentase (%)

1 Islam 4.766 orang 31.5

2 Kristen 1.099 orang 7.2

3 Katholik 2.662 orang 17.6

4 Hindu 448 orang 2.9

5 Budha 6.135 orang 40.8

Total 15.110 orang 100

Sumber : Kelurahan Petisah Tengah, 2007.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelurahan Petisah adalah agama Budha yaitu 6.135 orang (40,8%) sedangkan yang sedikit jumlahnya adalah agama Hindu yaitu 448 orang (2,9%). Agama


(43)

sebagai kontrol sosial masih berfungsi walaupun memiliki heterogen agama yang banyak karena setiap agama di kelurahan Petisah Tengah mempunyai tujuan yang sama yaitu berbuat baik.

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

Komposisi penduduk berdasarkan suku dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku

No Suku Jumlah Persentase (%)

1 Batak Toba 282 orang 1,86

2 Nias 57 orang 0,3

3 Melayu 636 orang 4.2

4 Minang 840 orang 5.5

5 Mandailing 974 orang 6.4

6 Karo 406 orang 2.6

7 Jawa 995 orang 6.5

8 Aceh 195 orang 1.2

Cina, dll 10.725 orang 71.4

Total 15.110 orang 100

Sumber : Kantor Kelurahan Petisah Tengah, 2007

Dari tabel di atas dapat kita lihat suku Melayu yang pada dulunya mendominasi wilayah ini mulai sedikit kuantitasnya. Bertambahnya


(44)

suku pendatang membuat bertambah heterogennya suku di wilayah ini. Suku yang paling banyak adalah suku pendatang yaitu Cina dan lainnya dengan jumlah 10.725 orang (71,4 %) sedangkan suku yang paling sedikit yaitu suku pendatang juga yaitu Nias dengan jumlah 57 orang (0,3%). Adat di wilayah ini hanya terlihat pada pesta perkawinan dan upacara adat lainnya misalnya menyambut kelahiran. Sedangkan bentuk rumah ataupun material rumah yang sudah permanen tidak berbau etnis. Pengaruh pasar dan perekonomian telah mengubahnya menjadi rumah-rumah model ruko.

5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Bidang Pekerjaan

Komposisi penduduk berdasarkan bidang pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Bidang Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Buruh/Swasta 3.603 orang 67.9

2 Pegawai Negeri 105 orang 0.6

3 Pengrajin 6 orang 0.03

4 Pedagang 1.001 orang 6.62

5 Penjahit 11 orang 0.07

6 Tukang Batu 20 orang 0.1


(45)

8 Peternak 1 orang 0.00

9 Montir 25 orang 0.1

10 Dokter 12 orang 0.07

11 Supir 50 orang 0.3

12 Pengemudi Becak 10 orang 0.07

13 TNI/Polri 54 orang 0.3

14 Pengusaha 959 orang 23.8

Total 5.874 100

Sumber : Kantor Kelurahan Petisah Tengah, 2007

Dari tabel di atas dapat kita lihat di dominasi penduduk yang bekerja sebagai buruh/swasta yaitu 3.603 orang (67.9%) dan pengusaha yang banyak yaitu 959 orang (23.8) di urutan kedua. Tingginya tingkat persaingan di dunia usaha dapat dilihat dari besarnya angka buruh/swasta dan pengusaha.

6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel di bawah ini memperlihatkan pembagian jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 8

Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase


(46)

2 Tidak Pernah Sekolah 7 orang 0.0

3 Tidak tamat SD 54 orang 0.3

4 SD 3.006 orang 19.8

5 SLTP 3.417 orang 22.6

6 SLTA 3.742 orang 24.7

7 DI-D3 2.540 orang 16.8

6 S1 1.302 orang 8.6

7 S2 158 orang 1.04

6 S3 4 orang 0.4

Total 15.110 orang 100

Sumber : Kelurahan Petisah Tengah, 2007

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan sangat tinggi, banyaknya jumlah dari tingkat SLTA, DI-D3, S1,S2 sampai S3 yang dari persentasenya hampir 50% dari seluruh persentase penduduk berdasarkan pendidikannya.

4.1.6 Sarana dan Prasarana Kelurahan Petisah Tengah

Untuk menunjang aktifitas masyarakat di kelurahan Petisah Tengah terdapat berbagai sarana dan prasarana yang mendukung berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut kehidupan sehari-hari masyarakat di desa ini dapat berjalan baik.


(47)

Sarana Transportasi

Sarana transportasi dari kelurahan Petisah Tengah menuju kelurahan yang lainnya atau ke kota Medan menggunakan angkutan umum dari ±20 jenis trayek yang selalu ada setiap hari selama 24 jam atau menggunakan jasa penarik becak mesin yang selalu mangkal di persimpangan jalan, dan waktunya juga sama seperti angkutan umum, setiap hari dan selama 24 jam. Ditambah lagi taksi, bila memerlukan privatisasi penumpang namun, tarif yang sedikit tinggi dengan transportasi umum lainnya.

Walaupun kelurahan ini mempunyai dua sungai yaitu sungai Babura dan sungai Deli namun, tidak memiliki alat transportasi sungai dikarenakan tersedianya jembatan-jembatan beton di setiap wilayah yang mengharuskan menyeberangi sungai tersebut.

Sarana Komunikasi

Saat ini, kelurahan Petisah Tengah memiliki 220 orang pelanggan telepon, 2000 unit TV dan 100 unit parabola belum lagi jumlah ponsel yang tidak dapat dihitung. Kebutuhan akan komunikasi sangat perlu dan sarana komunikasi tersebut memudahkan aktifitas masyarakat.

Sarana Air Bersih

Pengguna PAM di kelurahan Petisah Tengah yaitu 2.562 KK namun, masih ada saja yang menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari yaitu 20 KK. Penggunaan air sungai tersebut dikarenakan kondisi ekonomi


(48)

yang tidak mungkin untuk menjadi pelanggan PAM. Di desa ini tidak pernah kekurangan air bersih

Sarana Peribadatan

Dengan tingkat heterogen agama yang tinggi, masing-masing agama mempunyai rumah peribadatan yaitu delapan buah mesjid dengan dua mushalla, empat gereja, lima wihara dan dua pura yang terpencar di berbagai wilayah di kelurahan Petisah Tengah.

Sarana Olah Raga

Sesuai dengan minatnya masyarakat kelurahan Petisah Tengah dengan jenis olahraga maka dikelurahan ini terdapat sebuah lapangan sepak bola, sebuah lapangan bulu tangkis, dua buah lapangan voli dan dua buah lapangan basket. Walaupun fasilitas olahraga lengkap namun, prestasi yang di raih tidak unggul. Hal ini dimaklumi, karena sarana olahraga tersebut bukan orientasi menjadi atlet.

Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang dimiliki kelurahan Petisah Tengah adalah lima unit rumah sakit yaitu rumah sakit Malahayati, rumah sakit Naterna, rumah sakit Sri Ratu, rumah sakit Sarah dan rumah sakit Gleni serta satu unit puskesmas, tiga poliklinik, sepuluh apotik, empat posyandu, tiga unit toko obat dan sepuluh tempat praktek dokter. Dengan begitu banyaknya pilihan, membuat masyarakat mudah menentukan pilihannya sesuai dengan penyakit yang dialami dan kondisi keuangan


(49)

Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang dimiliki kelurahan Petisah Tengah adalah sebuah perguruan tinggi, tiga unit SLTA, tiga unit SLTP, satu unit SD, dua TK, satu TPA, dan sebuah perpustakaan. Memudahkan masyarakat di kelurahan ini memasuki tahapan-tahapan dalam dunia pendidikan namun, tidak tertutup kemungkinan atau menemui hambatan yang berarti bila masyarakat ingin bersekolah di luar kelurahan ini.

Sarana Hiburan/Wisata

Sarana hiburan di kelurahan ini yaitu sebuah hotel berbintang 4, dua buah hotel berbintang 3, sebuah hotel berbintang 2, delapan hotel melati, 20 diskotik, 20 bilyar, 20 karaoke dan 20 restauran. Fasilitas tidak hanya dinikmati oleh masyarakat kelurahan Petisah Tengah saja, namun masyarakat dari kota Medan, luar kota Medan juga datang kemari untuk menikmatinya.

4.2. Profil Informan

4.2.1. Informan Kunci (Key Information)

Dalam penelitian ini terdapat seorang informan kunci untuk mengetahui banyak hal yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini. Informan ini mempunyai pengetahuan dan keterlibatan langsung dalam menjalankan usaha waralaba Tela-Tela Fried Cassava serta mengetahui strategi-strategi untuk merekrut dan mempertahankan pelanggan sehingga usahanya tetap berjalan sampai saat ini.


(50)

A.Penerima Waralaba (Franchisee, Master Franchisee) 1. Sulistyaningtyas

Sulistyaningtyas (41 tahun) yang beralamat di jalan Karya Gg Sosro Medan adalah Master Franchisee II Tela-Tela Fried Cassava di Medan, sedangkan Master Franchisee I Tela-Tela Fried Cassava di Medan adalah bapak Ponijan. Ibu Sulistyaningtyas atau akrab dipanggil ibu Sulis mempunyai suami yang bekerja sebagai distributor tunggal buku-buku terbitan Jogjakarta, Bandung dan Jakarta, dan dua orang anak yang masih mengeyam pendidikan dasar. Ibu Sulis berasal dari Blitar dan sudah menetap delapan tahun di Medan. Selama proses wawancara berlangsung ibu Sulis menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan santai dan jelas, tutur katanya sangat kental dengan Jawa. Sebelum menekuni bidang ini, ibu Sulis bekerja sebagai perias pengantin dan pada Juli 2007 mulailah beralih ke Tela-Tela Fried Cassava sekaligus menyewakan pakaian pengantin Jawa.

Bermula dari jalan-jalan ke Jogjakarta, ibu Sulis melihat outlet Tela-Tela Fried Cassava. Tela-Tela-Tela-Tela salah satu makanan kesukaannya dan tertarik melihat warna outletnya akhirnya membeli. Melihat proses pembuatannya yang mudah karena ibu Sulis ini tidak bisa memasak membuat ibu ini ingin menggeluti usaha ini. Sebagaimana diutarakan oleh ibu Sulis berikut ini :

“Waktu di Jogya ibu kuliner terus ibu liat koq ada yang ngejreng. Ibu kesitu e..eh ternyata uwong jualan singkong kesukaan ibu, ya uwes ibu coba enak tenan. Setelah dari situ, ibu cari informasi mengenai singkong gaul inih. Dan kawan ibu tau, ya udah ibu hubungi


(51)

mas eko akhirnya jadilah ibu Master Franchisee yang agen kota Medan”

( Hasil wawancara, bulan September 2008)

Dengan modal 8 juta, si Franchisor memberikan alat memasak, gerobak, bumbu, pembungkus serta bahan-bahan promosi. Tahun 2007 dan pelatihan di Jogjakarta selama dua hari yaitu pelatihan pemilihan ubi, produksi, sistem keuangan, sampai menajerial maka, mulailah ibu Sulis merintisnya. Bermodalkan bumbu, Pencarian bahannya yaitu ubi membuat ia harus menjelajahi pasar-pasar di sekitarnya untuk mencari ubi. Dengan 10 Kg ubi/hari yang direbus, digoreng dan diracik dengan bumbu modern dalam keadaan hangat dijualnya secara door to door tanpa memakai gerobak, hal itu dikarenakan belum selesainya pembuatan gerobak. Masa percobaan Franchisor hanya memberi sampel bumbu sebanyak 1 Ons setiap jenisnya. Awalnya tetangga terdekat yang menjadi pelanggan, lama kelamaan publikasi dari mulut ke mulut membuat bertambahnya omzet penjualan. Sebagaimana diutarakan oleh ibu Sulistyaningtyas dalam wawancara penulis berikut ini :

“Awalnya capek kali dek yang door to door itu apalagi ibu ke sekolah-sekolah dekat sini, ibu jual juga ke ibu-ibu yang nungggu anaknya pulang sekalian promosi lho. Terus mereka suka, ih koq ubi rasanya beda lebih modern. Lalu ibu bilang, ya iyalah inikan singkong gaul tuh banyak lagi di rumah. Maen2 aja ke rumah. Akhirnya mereka datang dan jadi pelanggan”

(Hasil wawancara, bulan September 2008)

Dan sekarang ibu ini harus menyiapkan sedikitnya 200-500 Kg ubi mentah setiap harinya yang diantar secara bertahap ke rumah ibu Sulistyaningtyas oleh pedagang ubi. Setelah ubi di rebus di kediaman ibu


(52)

Sulis akan di sebar pada 18 gerai yang tersebar di jalan Karya, Kartika, Sari Mutiara, SMA 4, Gaperta Ujung, Glambir 5, Pasar IV, Sumber, Pringgan, Hangtuah, Brayan, Gatot Subroto, dan Setia Budi. Kriteria dalam pemilihan lokasi hanya melihat tempat yang strategis yaitu kampus/sekolahan, pusat perbelanjaan, perkantoran, tempat hiburan dan rekreasi. Hasil keuntungan bersih yang diterima oleh ibu ini kira-kira 5-10 juta/bulan.

Sebenarnya dalam waralaba Tela-Tela Fried Cassava ini di setiap wilayah hanya boleh satu orang Master Franchisee saja. Namun, karena Franchisor membayangkan kota Medan yang sangat luas akhirnya, ibu Sulistyaningtyas diterima menjadi Master Franchisee II setelah bapak Ponizan sebagai Master Franchisee I. Hal ini diutarakan ibu Sulistyaningtyas dalam wawancara sebagai berikut :

“Seharusnya di setiap kota hanya ada satu master franchisee, nah dikirain si mas eko (Franchisor) kota Medan itu luas kali makanya ibu diterima jadi Master Franchisee setelah pak Ponijan yang telah lebih dahulu jadi Master Franchisee”.

(Hasil wawancara, bulan September 2008)

Walaupun begitu, di antara mereka tidak terjadi friksi sama sekali karena ada peraturan dalam waralaba Tela-Tela Fried Cassava bahwa setiap outlet berjarak ±2 Km. Dalam perjanjian antara Franchisor dan Master Franchisee selain itu disebutkan juga bahwa kontrak kerja dua tahun yang akhir-akhir ini diganti menjadi lima tahun, pembagian royaltinya adalah Sub Franchisee ke Master Franchisee yaitu 6%, dari


(53)

Master Franchisee ke Franchisor 3% dan bila dalam masa kontrak terputus karena kejadian yang tidak terduga maka akan dilimpahkan ke atasnya misalnya bila Master Franchisee yang putus maka dilimpahkan ke Master Franchisee lainnya dan tidak ada sangsi. Namun, beda halnya bila Sub Master Franchisee yang belum penuh masa kontraknya maka gerobak saja yang ditarik dan uang kembali maksimal 5 % dari uang pokok.

Bila ada produk-produk maupun rasa baru maka, diadakan seminar di Jogyakarta. Seminar itu juga menjadi berkumpul sesama master franchisee karena kalau di hari kerja, hal itu sangatlah tidak mungkin mengingat kesibukan masing-masing. Namun, biaya operasional ditanggung pribadi. Sebagaimana diutarakan ibu Sulistyaningtyas sebagai berikut :

“Kalau ada produk-produk baru atau rasa-rasa yang baru diadakanlah seminar oleh mas eko (franchisor) di Jogjakarta. Jadi, wong dari mana-mana kesitu semua. Kesempatan itu digunakan untuk ngobrol-ngobrol, tanyak sana-sini”

(Hasil wawancara, bulan September 2008)

Walaupun memiliki sub agen tetapi ibu sulis tetap memberikan training kepada karyawan-karyawan yang dimiliki sub Master Franchisee. Hal itu dilakukan untuk tetap menjaga kualitas rasa dan memang ada tanggung jawab Master Franchisee untuk mengontrol wilayahnya. Namun, itu hanya salah satu strategis untk mempertahankan rasa yang akhirnya akan mempertahankan pelanggan. Strategi lainnya adalah warna


(54)

gerai ataupun kemasan yaitu merah dan kuning. Merah artinya perusahaan ingin selalu tampil menonjol, menunjukkan keberanian, kekuatan, semangat, dan kesuksesan. Warna Merah juga bisa mempengaruhi orang yang melihatnya untuk selalu bergerak dan tidak kenal lelah. Kuning artinya bahwa perusahaan itu selalu menjunjung tinggi nilai kebijaksanaan dan intelektualitas, kehangatan dan keceriaan yang ditebarkan warna Kuning ini diharapkan bisa meningkatkan kreativitas dan optimis karyawan. Berikut penuturannya :

“Warna gerai ituh mempunyai arti, gak sembarangan pilih. Semua itu ada artinya. Merah artinya perusahaan ingin selalu tampil menonjol, menunjukkan keberanian, kekuatan, semangat, dan kesuksesan. Warna Merah juga bisa mempengaruhi orang yang melihatnya untuk selalu bergerak dan tidak kenal lelah. Kuning artinya bahwa perusahaan itu selalu menjunjung tinggi nilai kebijaksanaan dan intelektualitas, kehangatan dan keceriaan yang ditebarkan warna Kuning ini diharapkan bisa meningkatkan kreativitas dan optimis karyawan”

(Hasil wawancara bulan Agustus 2008).

Lalu, masih banyak lagi strateginya yaitu dengan kemasannya yang cantik dan karyawan yang ramah serta publikasi yang diserahkan kepada setiap Master Franchisee namun, tetap ada publikasi yang dilakukan oleh Franchisor. Berikut penuturannya :

“Pembungkusnya yang cantik, terbuat dari kertas bukan plastik keresek, terus karyawan yang ramah karena dengan senyuman, orang akan ingat. Dan publikasi dari setiap sub, terserah mereka mo buat apa tetapi tetap ada bantuan dari Franchisor untuk mempublikasikannya”


(55)

Terkenalnya Tela-Tela Fried Cassava karena produknya sudah berada di sebagian besar wilayah Indonesia. Hal itu terjadi karena banyaknya permintaan masyarakat untuk menjadi pewaralaba maka muncullah ide dari 4 orang sahabat pada tahun 1995 untuk mengemas ulang bentuk produk dan paket bisnis yang lebih menjual yaitu waralaba.

Sekarang, telah banyak produk sejenis singkong gaul yang berserakan di Medan. Namun, ibu Sulis tidak gentar menghadapinya karena mengandalkan produknya yang lebih bermutu, kemasan yang cantik, gerai yang mencolok serta karyawan yang ramah. Kira-kira 3 bulan yang ada, ada perusahaan waralaba yang mengeluarkan singkong gaul dengan memakai merek Tela-Tela, akhirnya di somasi oleh pihak Tela-Tela Fried Cassava karena nama Tela-Tela telah dipatenkan. Berarti bila ada produk yang sejenis, dilarang memakai nama Tela-Tela. Berikut penuturannya :

“Kalo’ gak salah inget, tiga bulan yang lalu ada orang yang menjual singkong gaul dengan memakai Tela-Tela. Nah, kita somasi karena nama itu sudah dipatenkan. Akhirnya diganti mereka. Tapi, kenapa mereka pake kata Tela-Tela yah? Nampak kali pengen numpang tenar (sembari tersenyum).

(hasil wawancara bulan Agustus).

Masalah lainnya, bila produk Tela-Tela Fried Cassava tidak enak atau gurih. Hal itu pernah terjadi di gerai ibu Sulis dengan Sub gerai Yanti yang beralokasi di jalan Padang Bulan. Dalam satu hari hanya terjual 1 Kg saja dan terus berlanjut sampai berhari-hari. Melihat hal itu maka, ibu Sulis terjun ke lapangan melihat kondisi. Ternyata kesalahan


(56)

ada pada pengolahannya yaitu penggorengan hingga dapat mengurangi rasa. Maka, ibu Sulis kembali lagi mengadakan pelatihan memasak pada karyawannya tersebut. Berikut penuturannya :

“masalah lainnya, bila pengolahannya yaitu pada penggorengan ubi tersebut tidak sampai berwarna kuning. Itu akan mengurangi rasa. Itu pernah terjadi di gerai saya yang subnya Yanti. Saya heran, koq penjualannya paling rendah dibandingkan gerai lainnya dan terus berlanjut hingga beberap hari kedepannya. Setelah saya chek kesana, ternyata kesalahan ada di situ. Ya udah deh ibu latih karyawannya selama satu hari”

(Hasil wawancara bulan Agustus 2008)

4.2.2 Informan Biasa 1. Wito

Wito (30) tahun adalah sub agen Tela-Tela Fried Cassava di jalan Gatot Subroto Keluran Petisah Tengah, kecamatan Medan Petisah yang mempunyai 2 outlet yaitu di jalan Gatot Subroto dan jalan Sumber, Padang Bulan. Telah ± I tahun menggeluti bidang ini. Awal ketertarikannya memulai usaha ini karena melihat maraknya penjualan Tela-Tela dan modal yang tidak banyak yaitu 4 juta yang diserahkannya kepada Master Franchise II Medan dengan kontrak dua tahun dan memberikan laporan keuangan kepada Master Franchisee II Medan setiap harinya . Uang tersebut sudah termasuk gerobak, alat-alat masak, pembungkus serta bumbu. Tugasnya adalah mengawasi outlet-outletnya agar tetap berjalan dengan menjaga kualitas rasa serta mengingatkan karyawan agar selalu ramah kepada pembeli dan pelanggan dan


(57)

memberikan laporan keuangan kepada Master Franchisee II Medan serta membeli bahan-bahan yang telah habis kepada Master Franchisee II Medan. Adapun keunikan pada gerai dibandingkan yang gerai lainnya adalah pada dinding gerai dihiasi lampu hias dan pada atas gerai di beri dua lampu merah seperti lampu ambulans. Hal ini merupakan inisiatif Wito untuk menarik calon pembeli. Berikut penuturannya :

“ Keunikan dari punyaku ini adalah lampu-lampu hias di sepanjang dinding gerai. Ini kumaksudkan untuk menarik pembeli supaya beli di sini. Setelah beli, manatau bisa jadi pelanggan”

(Hasil wawancara bulan Agustus).

Alasan pemilihan lokasi ini karena tingginya mobilitas masyarakat yang berlalu-lalang di wilayah ini serta mempunyai tantangan yang besar yaitu adanya pasar modern yaitu Medan Plaza dan Medan Fair Plaza dan salah satu pasar yang terkenal di kota Medan yaitu Pasar Petisah. Berikut

penuturannya :

“setelah dikasih izin ama bu Sulis, aku pilih tempat ini karena ramenya orang lewat disini serta ada dua plaza yaitu Medan Plaza dan di depan ini dan di sana ada pasar terkenal yaitu Pasar Petisah jadi, lebih menantang”

(Hasil wawancara bulan Agustus)

2. Uti

Uti (24 tahun) adalah seorang karyawan Tela-Tela Fried Cassava lulusan SLTA yang telah bekerja sejak lima bulan yang lalu sampai sekarang dengan gaji Rp 800.000,-/bulan dengan jam kerja mulai pukul 09.00


(58)

Wib-21.00 Wib setiap hari Senin-Sabtu. Pekerjaan sebelumnya adalah karyawan toko grosir, dan memilih bekerja di sini karena lebih dekat dengan tempat tinggal. Dalam proses wawancara, kadang-kadang terputus karena adanya pembeli namun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dijawab dengan santai saja.

Pekerjaan Uti tidaklah berat, mulai dari memasak ubi yang sudah direbus, meraciknya dengan bumbu dan mengemasnya. Bekal itu di dapatnya ketika di-training oleh ibu Sulistyaningtyas. Walaupun, outlet ini dimiliki oleh sub agen tapi ibu sulistyaningtyas tetap mengajari karyawan untuk mengolah Tela-Tela tersebut. Berikut penuturannya :

“Sebelum kerja tetap, aku di ajari selama satu hari tentang mengolah Tela-Tela, berapa timbangannya, memasaknya hingga menguning, cara mengaduknya dan mengemasnya. Semua itu diajari ibu Sulis. (Hasil wawancara, bulan Agustus 2008)

Tersedia 14 rasa unik dan modern dengan harga Rp 3.500-Rp 4.000 dengan timbangan 1,5 ons. Terkadang ada permintaan konsumen untuk menambah sedikit lebih banyak namun, tidak di beri olehnya karena itu sudah standarnya. apalagi bahan ubi tersebut telah ditimbang sebelum sampai kepadanya yaitu bahan dan bumbu dari Master Franchisee yang telah ditimbang yaitu 10 Kg/plastik besar.

Outlet ini menghabiskan ubi ± 20 Kg/hari atau 2 plastik besar dengan jumlah pembeli ± 83 orang. Yang sebagian besar adalah pelanggan Tela-Tela Fried Cassava yaitu karyawan dari toko-toko ataupun plaza di sekitarnya, selebihnya adalah orang yang melintas. Menurutnya orang membeli Tela-Tela


(59)

di sini karena unik dan murah. Mulai dari warna outlet, rasa dan pengemasannya. Rasa yang paling diminati pembeli adalah Barbeque dan Balado.

3. Murni

Murni (40 tahun) adalah salah satu pelanggan Tela-Tela Fried Cassava. Nenek yang sehari-hari tidak mempunyai pekerjaan, selalu menghabiskan waktu dengan cucu di rumah yang tidak jauh dengan lokasi penjualan. Nenek ini adalah penggemar berat ubi sejak masih muda. Semenjak dia mengetahui Tela-Tela Fried Cassava dari televisi maka nenek ini mulai menjadi pelanggan Tela-Tela tersebut. Dari setahun yang lalu, hampir setiap hari dia membeli ubi gaul di sini dengan rasa Ballado. Selain karena dekat dari rumah, Tela-Tela Fried Cassava lebih gurih dibanding produk sejenisnya. Berikut penuturannya :

“ Nenek suka ubi, dari muda dulu. Waktu nenek nonton tv penguasahanya di wawancarai, yang dari jogja. Ternyata Tela-Tela yang inih (sambil menunjuk outlet). Karena deket dari rumah jadi sering-sering beli. Di pringgan juga ada, tapi lebih gurih di sini.kreyes kreyes makannya”

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008).

4. Fina

Fina (21 tahun) adalah seorang gadis manis yang mempunyai toko sepatu. Awalnya dia tidak menyukai ubi. Namun, karena penasaran dengan warna-warna yang cerah pada outlet tersebut membuat dia mencoba produknya. Rasa penasarannya bertambah ketika si karyawan menawarkan


(60)

banyak rasa. Agak sedikit bingung akhirnya dia memilih rasa Ballado. Berikut penuturannya :

“Warnanya itu lho yang buat aq tertarik dan rasa-rasa yang gak mungkin kalilah ubi koq rasanya aneh-aneh, malah agak sok gaul (sambil tertawa).

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008)

Setelah itu, dia mulai menyukai Tela-Tela Fried Cassava dengan rasa Ballado yang menjadi pilihannya. Apalagi murahnya harga serta kemasannya membuat semakin gaul tapi tidak boros membuatnya hampir setiap hari membelinya. Berikut penuturannya :

“Aku suka pedas. Ballado kan pedas jadi sama dia. Harganya pun murah. Adek bayangkan aja, di Carrefour mana ada makanan yang harganya tiga setengah. Plus bungkusnya ini, gak malu-maluin

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008)

5. Nita

Nita (21 tahun) adalah karyawan di salah satu toko di Medan Fair Plaza. Awal mulanya dia di ajak temennya untuk membeli Tela-Tela Fried Cassava. Murahnya harga dan rasa yang beraneka ragam membuat dia menjadi pelanggan Tela-Tela Fried Cassava yang tidak jauh dari tempat kerjanya. Setiap pulang kerja sambil menunggu angkutan umum dia membeli Tela-Tela.

“Makanan ini cocok untuk cemilan aku waktu nunggu angkot. Ngenyangin, enak dan murah.


(61)

6. Anton

Anton (20 tahun), seorang mahasiswa yang lagi jalan-jalan di Medan Fair Plaza adalah penggemar berat Tela-Tela Fried Cassava. Dia tidak menyukai ubi karena merupakan makanan masyarakat desa. Namun, dengan rasa yang gaul, unik dan modern membuatnya menjadi pelanggan Tela-Tela Fried Cassava. berikut penuturannya :

“Ubi kan makanan desa, gue kan orang kota. Tapi…….karena rasanya yang gaul ituh, saya jadi suka. Apalagi ini kan lagi booming-booming. Kalo murahnya seh, bukan karena itu gue beli tapi ra..sa…nya!”

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008) 7. Rizal

Rizal (25 tahun) adalah menejer di Matahari dengan penghasilan ± Rp 3 juta menyukai makanan tradisional ini. Bosan dengan makanan impor, membuat dia beralih ke Tela-Tela. Di waktu istirahat pekerjaan, dia menyempatkan untuk membeli Tela-Tela Fried Cassava. kebiasaan tersebut dilakukannya sejak tiga bulan yang lalu.

Berikut penuturannya :

“Bosen dengan makanan impor, yang pizza lah, Mc D, sampe makanan jepang. Abang memang penyuka makanan tradisional seperti ayam penyet dan bakso. Nah, tela-tela ini juga abang sukai karena memang dari ubi. Kalo rasanya gak berapa kali suka,mungkin karena dah bosen yah rasa-rasa modern. Kalo abang beli Tela-Tela gak dicampur bumbu, lebih original. Dimakan selagi hangat, wah enak tenan”


(62)

8. Dedi

Dedi (22 tahun) adalah seorang karyawan yang sedang berbelanja di Medan Fair Plaza. Membeli Tela-Tela karena sedang menunggu angkutan umum.alasan memilih Tela-Tela karena murah dan rasanya yang beraneka. Namun, dia bukanlah penggemar Tela-Tela jadi, ketika lagi berbelanja saja dan tidak mempunyai uang.

Berikut penuturannya :

“Abis dari belanja dek, sekalian nyobain Tela-Tela ini sambil nunggu angkot. Harganya juga murah”

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008).

9. Pretti

Pretti (17 tahun) adalah seorang mahasiswa yang sedang menghabiskan waktunya di Medan Fair Plaza. Baru pertama kali membeli Tela-Tela karena di rayu temannya. Dia segan menolak, hingga akhirnya membeli sebungkus Tela-Tela Fried Cassava rasa jagung bakar. Berikut penuturannya :

“Inih..nih diajak dia, males aja cobain makanan yang aneh- aneh. Terpaksa juga aq beli. Lumayan enak sih, tapi gak terlalu wah”

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008)

10. Mismi Z

Mismi Z (45 tahun) adalah seorang staf pemerintahan yang bekerja di kelurahan Petisah Tengah, Medan Petisah. Bekerja sejak tahun 1999 sampai saat ini sudah menduduki posisi seksi umum. Informasi yang diberikan lebih


(63)

kepada lokasi penelitian yaitu jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah. Menurutnya, persaingan antara pedagang ataupun pengusaha disini selalu berputar, sehingga tingginya persaingan tersebut, banyak pedagang yang gulung tikar tetapi tidak mengurangi para pedagang untuk mengais rezeki disini. Berikut penuturannya :

“Maaf yah dek, kalo masalah waralaba, bapak gak ngerti tapi kalo tanyak mengenai kelurahan ini, bisalah bapak bantu. Disini, persaingannya tinggi sekali apalagi di kalangan pengusaha atau pedagang. Yang kalah yang gulung tikar dan yang lainnya berlomba-lomba mengais rezeki disini. Gak jera-jera. Namanya juga cari makan dek”

(Hasil wawancara bulan September 2008)

4.3. Strategi Tela-Tela Fried Cassava Merekrut Pelanggan

Sebenarnya, nama asli Singkong gaul ini adalah Tela-Tela yang berasal dari Jogjakarta. Di kota gudek itu, Tela-Tela menjadi makanan favorit nomor 1. Tela-Tela Fried Cassava adalah perusahaan yang mempelopori dan memimpin pasar dalam industri makanan ketela ini. Kisah Tela-Tela berawal 24 September 2005. Dimana empat mahasiswa berniat berjualan setiap minggu pagi di kawasan bunderan Universitas Gadjah Mada (UGM). Rencana itu gagal karena di usir oleh aparat keamanan. Tidak putus harapan, mereka pindah ke lokasi ke pinggir jalan dekat kontrakan rumah mereka. Sebulan pertama, dagangan mereka masih sepi.

Seiring waktu, Tela-Tela Fried Cassava mampu memikat hati para mahasiswa karena murah, singkongnya gurih, empuk dan bumbu yang modern sehingga dikenal dengan singkong gaul. Tela-Tela Fried Cassava semakin bersinar ketika ikut acara pameran makanan tradisional di sebuah kampus. Selanjutnya, Tela-Tela semakin


(64)

popular karena promosi dari mulut ke mulut. Dalam websitenya, dijelaskan 4 orang sahabat yang memunculkan kembali ide lama mereka dan mengemas ulang dalam bentuk produk dan paket bisnis yang lebih menjual diakses pada tanggal 31 Januari 2008). Selain Tela-Tela Fried Cassava, ada 19 Franchisor nasional. Dapat dilihat pada berikut ini :

Tabel 9

Waralaba Lokal yang Hadir Pada Tahun 2006

No Merek Dagang Nama Perusahaan Bid Usaha Jumlah Gerai

1 Aladine Kebab Aladine Makanan 7 gerai

2 Amigos PT.Entertainment International Tbk

Restoran Meksiko

4 gerai

3 ArimaPest PT Arima

Himbayu Lestari

Pest Control 9 gerai

4 Asia Holiday Online Travel

Agent

Promenade Arcade Travel Agent 28 gerai

5 Atoz Kids Gym Club

Global Waralaba Pendidikan Anak

1 gerai

6 Bakmi Top 17 PT Puri Inti Rasa Bakmi 27 gerai 7 Bakso Malang

”Cak Eko”

Bakso Malang ”Cak Eko”

Makanan 22 gerai


(65)

Axisindo Hotdog 9 Coffe Toffe Coffe Toffe

Indonesia

Minuman 9 gerai

10 Diginet PT Digital

Wireless Indoensia

Penyedia Jasa Internet

4 gerai

11 J.CO Johny Andrean Gerai Donut 16 gerai

12 Klenger Burger Klenger Burger Food & Beverages

16 gerai

13 M Photo Kios PT Modren Putra Indonesia

Photo Digital 4 gerai

14 My Way PT Langgara

Group

Makanan 20 gerai

15 P-Man P-Man Pisang

Goreng

6 gerai

16 Rodeo Steak Restaurant

CV Randah Nurpratama

Steak 4 gerai

17 Shafira PT Shafira Laras Persada

Butik Busana Muslim

4 gerai

18 Ta B’nana --- Pisang

Goreng

30 gerai

19 Tela-Tela Fried Cassava


(66)

20 Tintaku Azzam Printer Solution

Isi Ulang Tinta & Service Printer

3 gerai

Sumber : Riset SWA, 2006

Dari jumlah franchisee tersebut, jumlah pengusaha kecil relatif masih sedikit. Waralaba yang berkembang pesat dan masih sangat menguntungkan sampai saat ini adalah waralaba di bidang makanan (Hakim, 2008:124). Tabel di atas menunjukkan perkembangan pesat waralaba Tela-Tela Fried Cassava yang dalam jangka waktu setahun telah membuka 50 gerai. Angka fantastis yang diraih oleh pemula.

Sistem waralaba dengan konsep yang jelas merupakan strategi untuk merekrut pelanggan karena dengan memunculkan profesionalisme di dunia usaha dapat menjual produk. Konsepnya yaitu sebagai berikut :

Visi

- Menciptakan keuntungan jangka panjang untuk semua stakeholder Misi

- Menghadirkan produk makanan ketela/ubi yang enak dan inovatif kepada masyarakat

- Membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan serta lapangan usaha yang terjangkau.


(67)

Strategi Positioning

- Tela-Tela mempunyai posisi strategis di industri makanan ketela/ubi karena Tela-Tela Fried Cassava adalah perusahaan pelopor dan pemimpin pasar dalam industri makanan ketela/ubi

Marketing Strategy

- Penjualan langsung dari gerai ke pada pembeli dengan pelayanan yang ramah serta siap menerima saran dan kritik yang membangun

- Melakukan ekspansi secara berkesinambungan untuk memperkenalkan Tela-Tela di seluruh Indonesia

- Mendukung berbagai bentuk kegiatan gerai yang bertujuan untuk membangun citra Tela-Tela

- Mendiskusikan bersama setiap kendala yang muncul untuk mencari win win solution

- Makanan tradisional dengan cita rasa modren. Alasan memilih investasi Tela-Tela Fried Cassava

- Tela-Tela adalah perusahaan pelopor dan pemimpin pasar dalam industri makanan ketela/ubi

- Menjadi makanan favorit nomor 1 di Jogjakarta

- Investasi terjangkau mengurangi kerugian dibanding usaha lain - Dalam 3-6 bulan dengan lokasi yang tepat sudah balik modal

- Konsep Take Away menjadikan Tela-Tela tidak membutuhkan tempat yang luas untuk berjualan, bahkan dapat dilakukan dengan konsep kaki lima.


(68)

- Harga jual yang terjangkau bagi semua golongan masyarakat. Murah, enak, kenyang.

- Tidak menggunakan sistem jual putus. Dalam hal pelayanan Master Franchisee atau Franchisor selalu memantau perkembangan gerai dan terbuka untuk melakukan diskusi masalah.

- Jaminan akan adanya inovasi produk menjadikan Tela-Tela Fried Cassava usaha panjang

- Mampu dan berani bersaing dalam hal rasa, kualitas maupun harga untuk produk yang sejenis.

- Dukungan dari pemberi waralaba untuk melakukan promosi bagi gerai baru - Penerima Waralaba dapat melakukan konsultasi setiap saat dengan pihak

perusahaan atau Sub Master Franchisee tanpa dikenai biaya

Awalnya tidak terpikirkan untuk menjadikan Tela-Tela sebagai usaha waralaba, akan tetapi karena banyaknya permintaan masyarakat untuk menjadi pewaralaba, maka dalam waktu singkat Tela-Tela resmi menjadi usaha waralaba, dan dalam kurang dari satu tahun telah memiliki 100 outlet di Indonesia.

Adapun tata cara menjadi Master Franchhisee dan Sub Master Franchisee yaitu : a) Penerima Waralaba (Master Franchisee)

Penerima waralaba adalah orang yang menguasai lisensi Tela-Tela di wilayah tertentu. Dengan bermodalkan 8 juta dan harus minimal membuka 2 gerai maka anda akan menjadi penerima waralaba bila di wilayah tersebut belum ada. Dana awal tersebut sudah termasuk alat-alat masak, gerobak, seragam serta bahan dan bumbu. Sebelum memulai usaha, penerima waralaba akan


(69)

memulai usaha setelah mendapatkan aneka pelatihan, mulai dari pemilihan singkong, produksi, sistem keuangan sampai manajerial. Hal itu sangat diperlukan karena si penerima waralaba ini yang bertugas mengembangkan waralaba Tela-Tela di wilayahnya.

Penerima waralaba yang akan menyeleksi permintaan waralaba di sana sekaligus juga bertanggung jawab menyediakan pasokan bahan baku di wilayahnya. Sebagai buah jerih payahnya, dia akan memperoleh sebagian royalty fee, 3% dari 6% yang dibayarkan tiap terwaralaba.

b) Sub Master Franchisee

Hanya dengan menyetor 4 juta, anda bisa langsung memulai usaha dengan cara menemui penerima waralaba di wilayah anda. Pembayaran dana awal tersebut bisa di cicil dengan 50% pembayaran di mula. Namun, mempunyai kewajiban membayar 6% dari royalti fee kepada penerima waralaba. Pembayaran dana tersebut sudah termasuk alat penggorengan, bumbu, bahan awal dan gerobak. Bila si penerima waralaba setuju maka, akan disurvei lokasi tersebut. Salah satu syarat lokasi adalah radius ±2 Km antara gerai satu dengan gerai lainnya dan berada di lokasi di dekat kampus/sekolahan, pusat perbelanjaan, perkantoran, tempat hiburan dan rekreasi. Di masa awal, si penerima waralaba akan membantu anda menyebarkan selebaran ke orang-orang sekitar. Pada operasionalnya, Tela-Tela Fried Cassava mewajibkan terwaralaba mengambil bahan baku singkong setiap hari dari Master Franchisee wilayah. Berhubung harga ubi berbeda di setiap daerah, harga jual per bungkus juga bisa berbeda.


(70)

Untuk memperluas wilayah, Franchisor Tela-Tela Fried Cassava telah menunjuk Master Franchisee. Franchisor juga ingin mempromosikan makanan tradisional Indonesia yang dikemas dengan cita rasa modern serta memperoleh bahan bakunya dari hasil bumi nusantara.

Inovasi pedagang terlihat dari racikan rasa melahirkan rasa-rasa baru Adapun rasa–rasa modern itu sehingga dijuluki singkong gaul adalah sebagai berikut :

- Keju

Rasa keju Tela-Tela memiliki cita rasa yang khas yaitu rasa yang gurih dengan aroma susu dengan menggunakan keju pilihan.

- Barbeque

Barbeque merupakan varian rasa di Tela-Tela yang memiliki aroma daging panggang yang sangat menggoda selera.

- Ayam

Mempunyai spesial aroma daging dan kaldu ayam dan juga terasa sedikit asin

- Pizza

Pizza adalah makanan khas Italia, sebuah produk khas Indonesia yaitu ubi dibumbui dengan rempah itali

- Kebab

Cita rasa Tela-Tela yang mempunyai ciri khas kebab khas timur tengah, aroma grill yang sangat khas dari Tela-Tela


(71)

Sambal balado mempunyai ras yang sangat oriental asli nusantara dengan perpaduan rasa pedas cabai yang berkualitas dan rempah-rempah asli Indonesia

- Lado mudo - Rujak - Pepperoni

Rasa izza yang dicampurkan dengan merica bubuk - Pedas asin

Pedas dan asin, merupakan perpaduan rasa pedas dan asin khas Tela-Tela - Pedas manis

Mempunyai cita rasa unik tetapi menarik untuk dicoba perpaduan Balado dengan sedikit tambahan rasa manis

- Super pedas

Perpaduan antara sambal ballado dengan sentuhan pedasnya cabai terpedas di Indonesia

- Jagung manis

Varian rasa jagung manis khas Indonesia - Jagung pedas

Varian rasa jagung bakar yang dipadukan dengan saus pedas dan sedikit aroma grill khas Tela-Tela

- Jagung bakar


(1)

- Pemerintahan kelurahan Petisah Tengah, diharapkan mampu mengumpulkan bukti-bukti sejarah yang berkaitan dengan wilayah tersebut.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, 2008. Dunia Waralaba, Jakarta: PT Gramedia Grafindo Persada.

Damsar, MA, 2002. Sosiologi Ekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Doyle, P.J, 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modren, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gulo, W, 2002. Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo. Hakim, Lukman, 2008. Info Lengkap Waralaba, Yogyakarta:

Media Presindo.

Hartanto, John Surjadi, 1998. Kamus Bahasa Indonesia 1998, Surabaya:

Penerbit Indah.

Karamoy, Amir, 1996. Sukses Usaha Lewat Waralaba : Tanya Jawab Berbagai Aspek Waralaba, Jakarta : PT Jurnalindo Aksara Grafika.

Mardalis, 1990. Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta

: Bumi Aksara.

Moleong, Lexy, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Peter dan Olson, 2002. Prilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Jakarta : PT Erlangga.


(3)

Poloma, M. Margareth, 1987. Sosiologi Kontemporer, Jakarta : Rajawali Pers.

Ritzer, G, 2004. Teori Sosiologi Modren, Jakarta : PT Rajawali Pers. Sanafiah, Faisal, 2003. Format-Format Penelitian Sosial : Dasar-dasar

dan Aplikasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Soedjas, Triwibowo, 2005. Merebut dan Mempertahankan Pelanggan, Penerbit Andi : Jogjakarta.

Majalah SWA, Edisi Juni 2006, Suskes Usaha Waralaba, hlm 27. Buletin Tela-Tela Fried Cassava, Edisi Kedua Januari 2008.

Situs Internet :

Dunia Franchise,

pada tanggal 02 Januari 2008 pkl 18.35 Wib.

Franchisee di Indonesia,

http://www.i-comers.com/franchiseebasics.php?page_mode=detail&id=2 diakses pada tanggal 02 Januari 2008 pkl 22.05 Wib.

,

Sejarah Waralaba,

diakses pada tanggal 29 Desember 2007 Pkl 20.05.


(4)

Peluang Bisnis Industri Berbasis Ubi Kayu,

19 Desember 2007 Pkl 21.09 Wib.

Tela-tela Indonesia


(5)

Gambar I

Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Petisah Tengah Lurah H.Azwar Sekretaris Lurah Frans Siahaan Seksi Pemerintahan Muhammad A Seksi Ketentraman Ketertiban I Ginting Seksi Pembangunan A br Harahap

Seksi Kes Masy Syahdani Seksi Umum Mismi Z Kepling I Emmy T Kepling II I.Amri Kepling III Thamrin Kepling IV Adrah Kepling V/XV A.Soema sis Kepling VI Husin Kepling VII Sukiman Kepling VIII H.Mansur Kepling IX Siti H Kepling X R.Effendi Kepling XI Kasim P Kepling XII Syawaluddin Kepling XIII Dahril Nst Kepling XIV E.Sukarja Kepling XVI E.Sitepu Kepling XVII Sinar G


(6)